Kamis, 27 FEBRUARI 2025 • 11:06 WIB

Stop Sekarang Juga! 7 Obat Ini Pantang Dicampur dengan Cuka Apel, Efeknya Bisa Fatal

Author

Cuka sari apel


INDOZONE.ID - Cuka sari apel salah satu minuman yang populer karena segudang manfaat kesehatannya, ternyata tidak boleh dicampur sembarangan dengan obat-obatan tertentu.

Kombinasi yang salah justru menimbulkan efek samping yang berbahaya, bahkan fatal.

Sari buah ini mengandung beberapa vitamin, mineral, dan asam yang secara tradisional telah digunakan untuk berbagai keperluan medis.

Cuka sari apel ini memiliki manfaat potensial bagi kesehatan, meliputi peningkatan kesehatan kulit, kadar gula darah, dan pengaturan berat badan.

Karena mengadung sifat asam, cuka sari apel ini berpotensi berinteraksi dengan obat lain.

Lantas apa saja obat-obatan yang gak diboleh dikonsumsi bersamaan dengan cuka sari apel?

Berikut ini tujuh suplemen atau obat yang dipantang, jika dikonsumsi bersamaan dengan cuka sari apel.

Baca Juga: 5 Makanan untuk Sarapan yang Sebaiknya Dihindari: Salah Satunya Roti

7 Obat yang Pantang Dicampur dengan Cuka Apel

Ilustrasi obat-obatan

Dibawah ini ada tujuh obat yang pantang dicampur dengan cuka sari apel.

1. Diabetes dan Obat Penurun Gula Darah (Insulin, Glucotrol, dan Ozempic)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cuka sari apel dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes, sehingga memberikan efek memperlambat pengosongan lambung.

Cuka sari apel juga dapat meningkatkan kemampuan tubuh kamu menyerap karbohidrat yang selanjutnya memengaruhi kadar gula darah.

Namun, kamu perlu ketahui bahwa mengonsumsi cuka sari apel dengan obat lain dapat meningkatkan risiko hipoglikemia (gula darah rendah).

Berikut ini obat penurun gula darah yang perlu kamu ingat:

1. Glucophage, Riomet, atau Glumetza (metformin)
2. Glucotrol (glipizid)
3. Insulin
4. Ozempic atau Wegovy (semaglutide)

Selain obat kimia, terdapat juga ramuan tradisional yang dapat menurunkan gula darah kamu, seperti:

1. Kayu manis
2. Teh hijau
3. Momordica charantia (pari)

Hipoglikemia terjadi saat kadar gula darah Anda turun di bawah 70 miligram per desiliter (mg/dL). Kadar gula darah puasa yang normal (setelah tidak makan selama minimal 8 jam) adalah 70-99 mg/dL.

Tanda-tanda hipoglikemia meliputi perasaan lemah, denyut jantung cepat, berkeringat, lapar, kebingungan, pingsan, dan kejang.

Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula darah di dalam tubuh berada di bawah normal atau biasa disebut gula darah rendah.

Gula darah rendah dianggap sebagai keadaan darurat, dan sering kali dapat diobati dengan minum atau mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan gula darah .

Jika kamu sering mengalami hipoglikemia, konsultasikan segera dengan dokter tentang cara mencegah gula darah rendah.

Baca Juga: HKU5-CoV-2 Virus Corona Baru dari Kelelawar China, Ancaman Baru bagi Manusia?

2. Digoksin (Obat Jantung)

Digoksin adalah obat yang biasa dikonsumsi oleh penderita gagal jantung.

Obat ini dapat mengobati kondisi jantung, seperti fibrilasi atrium (sejenis aritmia, atau detak jantung tidak teratur) dan gagal jantung. Merek obatnya meliputi Digox dan Lanoxin.

Keracunan digitalis merupakan efek samping yang berbahaya, akibat terlalu banyaknya digoksin dalam tubuh.

Keracunan digitalis juga dapat terjadi saat mengonsumsi digoksin jika kadar kalium dalam tubuh Anda rendah. Gejala keracunan digitalis meliputi:

  1. Kebingungan
  2. Penurunan kesadaran
  3. Kesulitan bernafas
  4. Detak jantung cepat
  5. Kehilangan selera makan
  6. Mual, muntah, diare
  7. Perubahan penglihatan

Sebagai informasi, digitalis adalah glikosida jantung yang beracun yang digunakan untuk mengobati gagal jantung dan kelainan irama jantung.

Jika Anda mengonsumsi digoksin dan cuka sari apel, penyedia layanan kesehatan Anda akan memantau kadar digoksin dan kalium Anda dengan cermat.

3. Diuretik (pil air untuk jantung)

Diuretik , yang juga disebut pil air, mengobati kondisi jantung dan pembuluh darah serta membantu tubuh membuang kelebihan cairan.

Diuretik bekerja dengan mengalirkan air dan elektrolit seperti natrium dan kalium melalui urin. Contoh diuretik meliputi hidroklorotiazid, Diuril (klorotiazid), dan Lasix (furosemid).

Hipokalemia terjadi saat kadar kalium dalam darah berada di bawah sekitar 3,5 milimol per liter (mmol/L).

Gejalanya bergantung pada seberapa rendah kadar kalium dalam darah dan dapat meliputi:

  1. Kebingungan
  2. Kelelahan
  3. Kram otot
  4. Palpitasi jantung atau detak jantung tidak normal
  5. Kelemahan atau kelumpuhan otot
  6. Pengobatan hipokalemia bergantung pada tingkat keparahan gejala dan komplikasi yang Anda alami.

Jika kamu tidak mengalami gejala yang disebutkan di atas, kondisi kamu dipastikan tidak perlu memerlukan pengobatan apapun. Tetapi perlu terus diperhatikan ya!

Namun, jika sebaliknya, kamu disarankan langsung berobat ke dokter terdekat, untuk mencegah atau mengobati komplikasi penyakit tersebut, sehingga dapat mengembalikan kadar kalium tubuhmu.

4. Pencahar Stimulan (Obat Sembelit)

Pencahar salah satu obat yang membantu melancarkan buang air besar. Obat ini sering digunakan untuk mengatasi sembelit dan masalah kesehatan gastrointestinal lainnya.

Selain itu, obat ini meningkatkan pergerakan di usus, dan mengurangi jumlah air yang diserap tubuh dari usus.

Contoh obat ini adalah senna dan Dulcolax (bisacodyl). Ada juga suplemen yang memiliki efek pencahar, meliputi biji rami, gardenia, dan rose hip.

Mengonsumsi obat pencahar dan cuka sari apel bersamaan dapat meningkatkan risiko rendahnya kadar kalium.

Di sisi lain mengonsumsi cuka sari apel juga dapat meningkatkan risiko hipokalemia.

Jika kamu masih khawatir apa aman mengonsumsi obat pencahar dengan cuka sari apel, kamu bisa langsung konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis lainnya.

Mereka akan membantumu menentukan pilihan pengobatan terbaik untuk kesehatan kamu.

5. Herbal dan Suplemen yang Mengandung Glikosida Jantung

Ramuan dan suplemen glikosida jantung digunakan untuk mengobati kondisi jantung, seperti fibrilasi atrium atau gagal jantung.

Suplemen ini terkait dengan obat resep digoksin dan memiliki efek samping yang serupa. Contoh ramuan ini meliputi foxglove, oleander , dan lily-of-the-valley.

Mirip dengan digoksin, mengonsumsi cuka sari apel dosis tinggi bersamaan dengan glikosida jantung dapat menyebabkan efek samping berbahaya (toksisitas digitalis) terkait dengan rendahnya kadar kalium.

6. Akar Manis

Akar manis diketahui salah satu produk herbal yang digunakan dalam makanan dan dikonsumsi sebagai suplemen.

Suplemen ini digunakan untuk membantu mengatasi kondisi seperti masalah pencernaan, gejala menopause, dan infeksi.

Bila dikonsumsi dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi, akar manis dapat meningkatkan tekanan darah dan menurunkan kadar kalium.

Perlu kamu ingat bahwa mengonsumsi akar manis dan cuka sari apel, secara bersamaan dapat meningkatkan risiko hipokalemia.

Sebelum mengonsumsi akar manis dan cuka sari apel, kamu bicarakan terlebih dahulu ke dokter atau tenaga media lainnya, agar mereka memantau kadar kalium yang terdapat dalam tubuhmu dan merekomendasikan pilihan pengobatan terbaik.

7. Ekor Kuda

Ekor kuda merupakan tanaman herbal dari tanaman Equisetum yang memiliki sifat antioksidan dan antiperadangan.

Tanaman herbal ini digunakan untuk membantu mengeluarkan cairan dari tubuh, mengobati infeksi saluran kemih (ISK), dan meningkatkan kesehatan kulit, rambut, dan tulang.

Efek samping yang mungkin terjadi dari ekor kuda adalah kadar kalium yang rendah, kemungkinan karena dapat mengeluarkan cairan dari tubuh.

Mengonsumsi ekor kuda dan cuka sari apel dapat meningkatkan risiko hipokalemia.

Bicaralah terlebih dahulu ke dokter, jika kamu ingin mengonsumsi cuka sari apel dan ekor kuda ini.

Kemungkinan mereka akan memantau atau mengecek terlebih dahulu kadar kalium didalam tubuhmu, serta merekomendasikan pengobatan yang berbeda, untuk proses penyembuhan penyakit yang kamu derita.

Nah, itulah tujuh obat yang kamu harus ingat jika ingin mengonsumsi bersamaan dengan cuka sari apel.

Jangan sampai lupa ya! Agar kesehatan kamu terus terjaga dan manfaat dari cuka sari apel ini dapat langsung menyerap ke tubuhmu.

Penulis: Hilwah Nur Puspitawati

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Health.com