INDOZONE.ID - Rasa nyeri di dada merupakan keluhan umum yang sering dialami oleh banyak orang.
Kondisi ini bisa dipicu oleh berbagai gangguan kesehatan, seperti masalah pada sistem pencernaan, gangguan jantung, hingga penyakit paru-paru.
Mengetahui penyebab pasti dari nyeri dada sangat penting agar penanganan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Baca Juga: Ratu Camilla Alami Infeksi Dada, Begini Kondisinya Terkini
Kalau gejala ini diabaikan atau penyebabnya tidak teridentifikasi dengan benar, risikonya bisa sangat serius, bahkan mengancam jiwa.
Gangguan Pencernaan atau Masalah Jantung: Apa Penyebab Nyeri Dada?
Gangguan pada sistem pencernaan maupun jantung sama-sama bisa memicu nyeri di area dada, sehingga tak jarang orang kesulitan membedakannya.
Menurut Dr. Balai, nyeri dada akibat masalah jantung umumnya terasa di bagian tengah dada, menyerupai tekanan atau remasan, dan bisa menjalar ke lengan kiri, leher, punggung, atau rahang.
Sebaliknya, nyeri yang disebabkan oleh gangguan pencernaan biasanya terasa di perut bagian atas dan cenderung tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Ia juga menjelaskan bahwa gangguan jantung umumnya disertai gejala seperti keringat berlebihan atau rasa mual, yang cenderung memburuk saat beraktivitas fisik dan biasanya mereda setelah beristirahat atau mengonsumsi tablet nitrogliserin.
Sementara itu, masalah pada saluran pencernaan sering kali disertai dengan sendawa dan mual, yang biasanya makin parah setelah makan makanan pedas, dan umumnya dapat diredakan dengan obat antasida.
Bisakah Kondisi Paru-Paru Menyebabkan Nyeri Dada?
Dr. Balai menyampaikan bahwa infeksi pada paru-paru seperti pneumonia dan pleuritis juga bisa menjadi penyebab nyeri dada.
Kedua kondisi ini memicu peradangan pada jaringan paru serta penumpukan cairan di alveoli, yaitu kantung udara kecil dalam paru-paru, yang sering disertai batuk dan rasa nyeri di dada.
Infeksi virus atau bakteri seperti pneumonia dapat menyebabkan pengerasan jaringan paru dan peradangan pada parenkim paru.
Akibatnya, penderita mungkin merasakan nyeri di dada saat batuk atau saat menarik napas dalam, karena adanya gesekan antara dua lapisan pelindung paru-paru.
Nyeri dada akibat radang selaput dada biasanya terasa tajam dan menusuk, terjadi setelah demam atau infeksi virus atau bakteri lainnya.
Nyeri dada biasanya bertambah parah saat batuk, bernapas dalam, atau saat bergerak dan terkadang dapat berkurang dengan duduk atau mencondongkan tubuh ke depan.
Bagaimana Cara Mengetahui Apakah Nyeri Dada Kamu Adalah Serangan Panik atau Kecemasan?
Sebagian individu yang mengalami kecemasan atau serangan panik juga bisa merasakan nyeri dada yang menyerupai gejala jantung.
Namun, melalui peninjauan riwayat medis secara menyeluruh, pemeriksaan fisik, serta evaluasi tambahan yang relevan, dokter umumnya mampu membedakan apakah nyeri tersebut disebabkan oleh gangguan psikologis atau berkaitan dengan masalah jantung.
Sebuah studi tahun 2002 yang diterbitkan dalam The Primary Care Companion to The Journal of Clinical Psychiatry mengungkapkan bahwa nyeri dada merupakan salah satu gejala umum dari serangan panik, dengan angka kejadian antara 22% hingga lebih dari 70%.
Para peneliti juga mencatat bahwa sekitar 18% hingga 25% pasien yang datang ke ruang gawat darurat karena nyeri dada ternyata menderita gangguan panik.
Baca Juga: Jangan Abaikan Nyeri Dada! Ini Cara Mencegah Angin Duduk
Nyeri dada akibat serangan panik atau kecemasan ini umumnya disertai gejala seperti rasa takut yang intens, gemetar, dan ketiadaan faktor risiko penyakit jantung yang jelas.
Meskipun nyeri dada umumnya tidak mengancam jiwa, namun perlu diwaspadai jika penyebabnya diduga serius.
Gangguan pencernaan dapat diatasi dengan perubahan pola makan dan pengobatan, namun nyeri dada yang terkait dengan jantung memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Kalau kamu mengalami masalah paru-paru, konsultasikan dengan dokter spesialis paru untuk mengetahui penyebabnya.
Selain itu, penting juga untuk mengenali gejala serangan panik dan kecemasan, yang dapat meliputi nyeri dada dan tekanan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Onlymyhealth.com