INDOZONE.ID - Anemia menjadi salah satu komplikasi umum pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK), terutama pada stadium lanjut. Risiko meningkat, seiring dengan keberadaan diabetes atau saat pasien menjalani terapi dialisis.
Namun, kabar baiknya, pengobatan terhadap penyebab utama anemia, dapat membantu meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan data dari National Institutes of Health (NIH) yang dikutip dari Healthline, sekitar 1 dari 7 penderita penyakit ginjal, mengalami anemia. Kondisi ini biasanya muncul pada stadium 3, 4, atau 5 penyakit ginjal kronis.
Pasien dengan diabetes, berisiko lebih tinggi mengalami anemia yang lebih parah dan lebih dini, dibandingkan pasien tanpa diabetes.
Gejala Anemia pada Penyakit Ginjal
Anemia ringan, sering kali tidak menimbulkan gejala yang nyata. Namun, pada kasus yang lebih berat, gejala umum yang dialami antara lain:
- Kelelahan dan lemas
- Kulit pucat
- Nyeri tubuh
- Sakit kepala
- Sensitivitas terhadap udara dingin
- Gangguan tidur
- Kesulitan berkonsentrasi
- Pusing atau pingsan
Baca Juga: Apakah Donor Darah Bisa Menyebabkan Anemia? Ini Faktanya
Penyebab Anemia pada PGK
Anemia terjadi karena tubuh tidak memproduksi cukup sel darah merah. Pada pasien PGK, produksi eritrosit bisa terganggu akibat:
- Usia di atas 60 tahun
- Jenis kelamin perempuan
- Menjalani dialisis
- Adanya penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung
- Malnutrisi, infeksi, atau peradangan kronis
- Kehilangan darah, misalnya akibat pengambilan darah berulang atau prosedur dialisis
Selain itu, sel darah merah pada pasien PGK, cenderung memiliki usia hidup yang lebih pendek.
Pengobatan dan Penanganan
Penanganan anemia pada PGK tergantung pada penyebab utamanya. Beberapa pilihan terapi meliputi:
1. Suplemen Zat Besi atau Vitamin
Zat besi membantu tubuh memproduksi sel darah merah yang sehat. Suplemen dapat diberikan secara oral atau infus intravena, khususnya bagi pasien yang menjalani dialisis.
Jika terdapat kekurangan vitamin B12 atau folat, dokter mungkin akan meresepkan suplemen tambahan.
2. Agen Perangsang Eritropoiesis (ESA)
Obat suntik ini merangsang sumsum tulang untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah. Pemberian ESA bisa dilakukan bersamaan dengan jadwal dialisis, atau disuntikkan sendiri di rumah.
3. Transfusi Darah
Untuk anemia berat, transfusi darah menjadi solusi cepat meskipun bersifat sementara. Penggunaan transfusi yang terlalu sering, bisa menimbulkan efek samping, seperti penumpukan zat besi dalam darah (hemokromatosis), dan pembentukan antibodi terhadap sel darah donor.
4. Manajemen Kesehatan Secara Menyeluruh
Selain fokus pada anemia, penting juga untuk mengendalikan penyakit ginjal dan kondisi penyerta seperti diabetes dan hipertensi. Perubahan pola makan, mungkin diperlukan.
Namun, perlu hati-hati karena beberapa makanan kaya zat besi juga tinggi protein, yang perlu dibatasi oleh pasien PGK.
Baca Juga: Duh! Kebiasaan Makan Seblak Picu Anemia Ribuan Remaja Putri di Karawang
Jenis Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis
Berbagai jenis anemia dapat dialami oleh pasien PGK, antara lain:
- Anemia defisiensi zat besi: Disebabkan oleh kurangnya zat besi akibat kehilangan darah atau gangguan penyerapan.
- Anemia defisiensi vitamin: Terjadi karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat.
- Kekurangan hormon eritropoietin (EPO): Ginjal yang rusak tidak mampu memproduksi cukup hormon EPO untuk merangsang pembentukan sel darah merah.
Kapan Harus ke Dokter?
Pasien penyakit ginjal kronis umumnya menjalani tes darah rutin untuk memantau anemia. Namun, jika kamu mengalami gejala seperti kelelahan, pusing, atau kulit pucat, segera konsultasikan ke dokter.
Segera cari bantuan medis jika muncul gejala serius seperti:
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Detak jantung cepat atau tidak teratur
Gejala tersebut bisa menjadi tanda kondisi yang memerlukan penanganan segera. Beri tahu dokter jika kamu mengalami gejala tersebut, agar kamu dapat memulai pengobatan sebelum kondisinya memburuk.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Healthline