Kategori Berita
Media Network
Rabu, 28 MEI 2025 • 20:37 WIB

Gempuran Fast Fashion Impor Makin Tren di Indonesia, Poppy Dharsono Angkat Bicara

Fashion Bangkok jadi buruan karena selalu up-to-date soal model fashion

INDOZONE.ID - Gempuran fast fashion impor menjadi tren di kalangan masyarakat. Desainer lokal pun mencoba mempertahankan warisan budaya wastra agar menjadi produk yang memiliki nilai produk.

Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) pun membeberkan upaya desainer lokal untuk bertahan di tengah gempuran ini. Gak cuma sekadar jualan, tapi juga terus edukasi ke masyarakat mengenai tren fashion.

"Fast fashion hari ini dibanjiri oleh barang-barang impor, mereka murah, mereka bagus dan ada di mana-mana sekarang. Baik yang legal maupun tidak legal, saya dan teman-teman mulai khawatir tentang itu," kata Ketua Umum APPMI Poppy Dharsono dalam pembukaan IFW 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), dilansir ANTARA.

Baca Juga: Generational Legacy, Kampanye Fashion Terbaru yang Didukung Seleb Lintas Generasi

Dia mencontohkan langkah yang diambil para desainer dengan mempertahankan warisan budaya itu membuat sebuah karya yang melibatkan kain wastra dari berbagai daerah dengan karakter yang berbeda.

 

Di samping mempertahankan warisan tersebut, desainer menjadikannya sebagai upaya untuk memperkenalkan kekayaan Indonesia di kancah global.

"Mau harga lebih mahal juga boleh sah-sah saja, kita tidak bersaing dengan fast fashion itu. Tetapi kita tetap mempertahankan pasar kelas menengah ke atas, yang khususnya dengan identitas wastra Indonesia. Jadi wastra Indonesia memang punya potensi besar," ujar dia.

Baca Juga: Selain Milan Fashion Week 2024, Busana Desainer Cilik Michelle Hadip Bersinar di The Runway

Menurutnya, karya-karya yang dihasilkan dari budaya yang diperkenalkan juga dapat menggantikan pasar yang hilang diambil oleh fast fashion dari luar negeri itu.

Poppy mengatakan fast fashion saat ini sudah dikuasai oleh produk yang diimpor secara legal maupun ilegal. Banyak perusahaan turut menggunakan robot untuk membuat proses produksi jauh lebih cepat sehingga para desainer mengalami kesulitan berkompetisi.

Terlebih dengan kondisi perekonomian negara yang sedang sulit dan harga yang ditetapkan jauh lebih murah dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh para desainer.

"Dalam keadaan ekonomi yang sulit banyak orang tidak memiliki daya beli yang benar, yang bagus. Jadi mereka beli fast fashion, tidak bisa disalahkan mereka ada yang bawa (harga) Rp5 ribu, jika kita melihatnya saja kita bikin baju sudah berapa," kata Presiden Indonesia Fashion Week itu.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: ANTARA

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Gempuran Fast Fashion Impor Makin Tren di Indonesia, Poppy Dharsono Angkat Bicara

Link berhasil disalin!