INDOZONE.ID - Aafia Siddiqui adalah wanita Pakistan yang menjadi subjek berbagai kontroversi dan ketegangan internasional.
Aafia Siddiqui lahir pada tanggal 2 Maret 1972, di Karachi, Pakistan.
Dia mendapatkan pendidikan tinggi di Amerika Serikat dan memperoleh gelar doktor dalam ilmu neurosains dari Brandeis University.
Aafia menikah dan memiliki tiga orang anak, yang saat itu berusia 5 tahun, 3 tahun, dan 6 bulan.
Kisah kelam Aafia dimulai pada 2003, di mana Aafia dan keluarganya menghilang secara misterius di Pakistan.
Keluarga berusaha untuk mencari keberadaan Aafia yang membawa mereka ke dalam lubang rahasia pemerintah, operasi rahasia, dan praktik yang sangat kontroversial.
Kakak Aafia, Fowzia Siddiqui pun memulai misi untuk mengungkap misteri seputar hilangnya Aafia, menghubungi organisasi hak asasi manusia dan memohon bantuan di media sosial.
"Adik saya hilang pada 2003, bersama anak-anaknya dan kami tidak tahu tentang keberadaan mereka selama 4 tahun. Ini tidak masuk akal," ujar Fowzia.
Kontroversi muncul terkait keadaannya yang terluka, sementara ada juga laporan yang menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana penangkapannya terjadi.
Baca Juga: Kisah Pilu Nenek Tua Tinggal di Rumah Reyot yang Kebanjiran, Ngeri Rumahnya Bolong-bolong
Pada 2005, Fowzia dan keluarganya mulai menghubungkan titik-titik tersebut, didorong kata-kata mantan tahanan Guantanamo, Moazzem Begg.
Dalam memoarnya, 'Enemy Combatant', dia menceritakan pengalamannya di penjara Bagram, Afghanistan, dia menyebut satu-satunya tahanan perempuan sebagai "Wanita Abu-abu" atau "Tahanan 650", yang jeritan kesakitannya menggema di dinding penjara siang dan malam, disertai dengan tangisan tanpa henti.
"Saya mulai mendengar jeritan mengerikan dari seorang wanita di sebelah sel," tulis Moazzem Begg.
"Selama dua hari dua malam, saya mendengar suara jeritan itu. Saya merasa pikiran saya runtuh. Mereka bilang padaku tidak ada wanita. Tapi saya tidak yakin," ungkapnya.
"Jeritan itu menggema melalui mimpi terburukku sejak lama. Dan saya kemudian mengetahui di Guantanamo, dari tahanan lain, bahwa mereka juga mendengar jeritan tersebut," sambung Moazzem.
Selain itu, Yvonne Ridley seorang jurnalis Inggris yang menyampaikan berita pada pertengahan 2008 tentang seorang wanita yang ditahan dan disiksa di pangkalan udara.
"Saya yakin dia adalah Grey Lady of Bagram. Saya telah menunjukkan foto-fotonya kepada berbagai mantan tahanan Bagram dan setengah lusin orang telah memastikan bahwa dialah wanita yang mereka lihat dikurung di sana," ujar Yvonne Ridley.
"Saya telah berbicara dengan Binyam Mohammed, mantan tahanan Bagram, Guantanamo, dan dia mengatakan bahwa dia melihat beberapa tentara AS memperkosa Aafia Siddiqui ketika dia berada di Bagram," sambungnya.
Dalam dua tahun, Fowzia berhasil mendapatkan kembali dua anak Aafia, namun hingga hari ini bayi Sulaiman tak juga ditemukan.
Fowzia dan keluarganya juga mendapat banyak ancaman karena mencari soal keberadaan Aafia.
Penjara FMC Carswell tempat Aafia Siddiqui ditahan.
Setelah penangkapannya, Aafia diadili di Amerika Serikat pada 2010 atas tuduhan serangan terhadap personel militer AS.
Dia dihukum penjara selama 86 tahun setelah dinyatakan bersalah dalam pengadilan tersebut.
Namun, setelah Ridley melakukan penyelidikan terhadap rekaman eksklusif yang mengungkap bagian dalam sel, dia mencatat bahwa peluru yang diduga dikeluarkan Aafia
tidak dapat ditemukan, begitu pula senjata api asli yang tidak membawa telapak tangan atau sidik jari Aafia.
Kasus Aafia Siddiqui memicu protes dan kampanye pembebasan yang luas di Pakistan dan di beberapa negara lainnya.
Banyak orang yang percaya bahwa Aafia adalah korban penangkapan yang tidak adil dan dipenjara tanpa proses hukum yang benar.
"Aafia tidak membunuh siapa pun atau melukai siapa pun. Bagaimana dia bisa menembak seseorang saat dirantai? Dimana pembenaran menahan seseorang tanpa diadili selama lima tahun? Dimanakah pembenaran untuk memperkosanya setiap hari, menelanjanginya dan menghancurkan kitab sucinya? Apa pembenaran atas semua itu?" ujar Fowzia.
Baca Juga: Kisah Pilu Laila Korban Kebakaran Depo Plumpang, Menanti Suami yang Hilang Tanpa Jejak
Seiring berlalunya waktu, upaya Fowzia yang tiada henti membuahkan hasil.
Setelah dua dekade yang panjang, pemerintah AS akhirnya memberikan izin untuk Fowzia bertemu Aafia yang saat ini ditahan di penjara FMC Carswell.
Namun di pertemuan itu Fowzia sangat sakit hati melihat kondisi adiknya dan memberikan gambaran yang mengerikan.
"Seorang saudara perempuan yang mengintip dari balik kaca pembatas, melihat mayat hidup yang kehabisan tenaga, korban penderitaan yang berkepanjangan dan tak terkatakan," ujar Fowzia.
Deretan gigi depan Aafia rontok karena serangan di penjara, juga menderita kurangan pendengaran setelah cedera kepala yang parah.
Suaranya terdengar seperti campuran kesedihan dan penderitaan.
Kampanye upaya pembebasan Aafia Siddiqui.
Selama beberapa tahun, pemerintah Pakistan dan keluarga Aafia telah berupaya untuk membebaskannya dari penjara di Amerika Serikat.
Upaya diplomatik, kampanye internasional, dan tuntutan hak asasi manusia terus berlanjut.
Kisah Aafia Siddiqui adalah salah satu yang paling kontroversial dan penuh dengan konflik di arena internasional.
Ia masih menjadi subjek perhatian dan pembicaraan di berbagai belahan dunia, dengan banyak pihak yang terus berupaya untuk memperjuangkan hak-haknya dan pembebasannya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber