Kategori Berita
Media Network
Jumat, 14 FEBRUARI 2025 • 18:20 WIB

Menelisik Generasi Ketiga 'Mpu Kereta Kuda' Legendaris di Kota Pelajar

Sosok Paidi, Generasi ketiga Bengkel Kereta Pandawa Lima atau dikenal Javanese Horse Carriage Workshop.

INDOZONE.ID - Salah satu bengkel kereta kuda legendaris di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah Bengkel Kereta Pandawa Lima atau dikenal Javanese Horse Carriage Workshop. Bengkel ini sekarang dikelola oleh generasi ketiga dan khusus menjadi bengkel kereta dari Keraton Ngayogyakarta.

"Saya adalah generasi ketiga yang menggeluti usaha bengkel kereta kuda ini. Jadi, awalnya itu mbah saya yang punya usaha, terus sejak saya kelas empat SD, saya sudah mulai belajar untuk bisa benerin kereta kuda yang rusak," katanya Paidi (Generasi Ketiga Bengkel Pandawa), pada Kamis (13/2/2025).

Istilah Bengkel Kereta Pandawa Lima, kata Paidi menjelaskan karena yang mengerjakan adalah lima orang laki-laki.

"Nama usaha kami ini Bengkel Kereta Pandawa Lima, karena lima orang yang mengerjakan. Saya dan adik-adik, laki semua," ucapnya.

Namun, saat ini bengkelnya hanya memberdayakan empat orang. Lantaran salah satu saudaranya sudah meninggal dunia.

Dalam benak Paidi, pewaris kepandaian memperbaiki kereta kuda merupakan pekerjaan pria. Sehingga keturunan mereka  yang mayoritas adalah perempuan, tidak 'wangun' (diharuskan) untuk menjadi penerus usaha.

"Saya itu anak dua, perempuan semua. Adik-adik saya, juga anaknya perempuan. Ada cuma satu yang laki-laki, tapi nggak tahu apa akan berminat (meneruskan usaha bengkel kereta)," ucapnya.

BACA JUGA Dikembalikan ke Keraton, GOR Kridosono Bakal Jadi Kawasan Hijau Kota Yogyakarta

Sayangnya, usaha bengkelnya tersebut kini bukan menjadi penopang utama perekonomian keluarganya. Sehingga, dirinya melakukan pekerjaan lain yakni dari sektor pertanian.

"Yo corone (ya caranya), nek iki ming nggo samben kaleh tani (bisa dikatakan, usaha bengkel kereta kuda ini hanya untuk sampingan sambil bertani). Soale yo ora cukup (karena tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan)," ucapnya kemudian melepas tawa.



Menariknya, dirinya beserta dua adiknya yang lain merupakan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta.

"Nama keraton saya, Wedono Rotopariwiro. Saya juga mengerjakan untuk Pakualaman," ungkapnya.

Karena dipercaya menjadi Abdi Dalem inilah, Paidi menyebut ada laku tradisi yang dilakukan sebelum memperbaiki kereta kuda dari Keraton Yogyakarta dan Pakualaman yaitu melakukan berpuasa.

"Namanya juga melestarikan budaya. Puasanya macam-macam ada yang puasa tujuh hari, puasa mutih, puasa brangkah. Tergantung masing-masing," jelasnya.

BACA JUGA Dikembalikan ke Keraton, GOR Kridosono Bakal Jadi Kawasan Hijau Kota Yogyakarta

Paidi menuturkan, mayoritas koleksi-koleksi kereta kuda yang merupakan peninggalan masa kolonial diimpor dari Eropa rusak. Meski begitu, ia tidak merasa kesulitan mencarikan material pengganti

"Saya sudah punya langganan kayu. Tinggal pilih, mau kualitas yang seperti apa," ujarnya.

Terhadap proses pembuatan kereta kuda tersebut, kata dia menjelaskan dapat menyelesailan sekitar dua bulan. Karena kelihaiannya ini, Paidi disebut sebagai Mpu Kereta Kuda.

"Proses kalau dari nol sampai rampung itu dua bulan," tandasnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan Langsung

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Menelisik Generasi Ketiga 'Mpu Kereta Kuda' Legendaris di Kota Pelajar

Link berhasil disalin!