Presiden Soeharto (photo/pinterest/potolawas)
Presiden ke-2 Republik Indonesia yakni Soeharto, lahir tanggal 8 Juni 1921, di Kemusuk, Bantul, Yogyakarta.
Tepat hari ini, merupakan peringatan usia 100 tahun Soeharto yang dikenal sebagai Sang Jenderal yang Tersenyum.
Soeharto adalah Presiden Indonesia dengan masa jabatan paling lama, dari tahun 1967 sampai 1998.
Berikut ini Indozone rangkum sejumlah informasi tentang profil Presiden Republik Indonesia ke-2 dalam biografi Soeharto di bawah ini.
Soeharto dilahirkan oleh ibunya yang bernama Sukirah. Ayahnya bernama Kertosudiro, seorang petugas desa pengatur air.
Kertosudiro-lah yang memberikan nama Soeharto ketika ia lahir.
Sayangnya hubungan orang tua Soeharto tidak serasi, sehingga mereka bercerai setelah Soeharto dilahirkan.
Ibunya kemudian jatuh sakit, sehingga tidak bisa menyusui Soeharto.
Ia pun diasuh oleh Kromodiryo, adik dari kakek Soeharto, yakni Kertoirono.
Kromodiryo sering membawa Soeharto menyusuri sawah, menaiki garu, bermain air, bermandikan lumpur, dan mencari belut untuk dimakan.
Masa kecil Soeharto pun dipenuhi kegiatan menggembala kerbau di sawah.
Soeharto kerap berpindah-pindah tempat tinggal. Ia sempat tinggal bersama kakeknya, Mbah Atmosudiro, ayah dari ibunya.
Saat berumur delapan tahun, ia pun bersekolah di Sekolah Rakyat (setingkat SD)
Soeharto juga pernah tinggal kembali bersama ibunya dan ayah tirinya.
Hingga akhirnya ia dititipkan di rumah bibinya dan pamannya yang seorang mantri tani.
Ketika berumur 14 tahun, Soeharto tinggal bersama Hardjowijono, teman ayahnya.
Namun, karena ingin melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) di Yogyakarta, ia pun pulang ke kampung halamannya di Kemusuk.
Setamatnya dari SMP, Soeharto tidak melanjutkan pendidikannya lantaran keadaan ekonomi.
Akhirnya ia kembali ke rumah bibinya, dan bekerja sebagai pembantu klerek pada sebuah Bank Desa.
Tahun 1942, Soeharto mendaftarkan diri menjadi tentara kerajaan Belanda, yang disebut Koninklijk Nederlands Indisce Leger (KNIL).
Soeharto berhasil diterima di KNIL dengan pangkat sersan, lalu menjadi komandan peleton, kemudian komandan kompi PETA.
Dilanjutkan sebagai komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel.
Ia juga sempat menjabat sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) sektor Kota Makassar.
Tahun 1953, Soeharto diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel.
Dua tahun kemudian, ia diangkat menjadi Kepala Staf lalu Panglima Tentara, hingga Kolonel.
Pada usia 41 tahun, Seoharto telah naik pangkat menjadi Mayor Jenderal, lalu "ditarik" Jenderal Abdul Haris Nasution untuk bergabung ke markas besar ABRI.
Tahun 1962, ia pun dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Untuk melawan G-30-S/PKI, Jenderal Soeharto membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).
Atas perintah Presiden Soekarno, Soeharto melakukan operasi penertiban dan pengamanan.
Ia pun memusnahkan Gerakan 30 September dan menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang.
Suasana yang makin memanas setelah pemberontakan G-30-S/PKI, membuat Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) memberi mandat kepada Soeharto menjadi Presiden.
Tahun 1968, ia pun resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-2, menggantikan Soekarno.
Soeharto menjadi presiden dengan masa jabatan paling lama sepanjang sejarah Indonesia, yakni selama 32 tahun.
Selama masa kepemimpinannya yang disebut Orde Baru, Soeharto membuat Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Hal ini menjadikan Indonesia berhasil mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur.
Masyarakat juga mendapatkan harga bahan-bahan pokok yang terjangkau dan situasi keamanan yang terjaga.
Berkat pencapaiannya menjaga stabilitas negara, Presiden Soeharto pun dijuluki sebagai bapak pembangunan.
Di balik keberhasilannya di bidang pembangunan, namun marak terjadi penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan pelanggaran HAM di masa pemerintahan Soeharto.
Sosok Soeharto juga kontroversial, karena membatasi kebebasan hak warga negara Indonesia keturunan Tionghoa.
Puncaknya ditandai dengan krisis ekonomi 1998 yang memicu demonstrasi dan kerusuhan.
Hingga terjadilah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998, disusul dengan kerusuhan terhadap etnis Tionghoa pada 13 Mei–15 Mei 1998.
Ribuan mahasiswa kemudian menduduki gedung DPR/MPR dan menuntut reformasi.
Soeharto akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Soeharto yang menderita penyakit berkepanjangan, menghembuskan napas terakhir pada 27 Januari 2008 karena kegagalan organ multifungsi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: