Ayu Kartika Dewi dan Gerald Bastian. (YouTube/Ayu Kartika Dewi)
Staf khusus (stafsus) Presiden Jokowi, Ayu Kartika Dewi menjadi perbincangan hangat dalam beberapa hari terakhir. Itu karena ia menikah beda agama dengan kekasihnya, Gerald Bastian, Co-Founder Kok Bisa, hari ini, Jumat (18/3/2022).
Sebelum akhirnya menikah, Ayu telah berpacaran selama dua tahun dengan Gerald. Ia pernah mencoba menuliskan 100 kriteria pendamping hidupnya sebelum bertemu dengan Gerald.
"Dulu banget, saya pernah mencoba menulis 100 kriteria teman hidup yang saya inginkan. Butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa nulis sampai ke angka 100. Beberapa tahun kemudian, saya dikenalkan dengan orang ini. Ternyata dia memenuhi 97 dari 100 kriteria. Jadi, ya gitu deh. Setelah pacaran lebih dari 2 tahun, kami mau nikah," tulis Ayu pada unggahan Instagram.
Dalam undangan yang ia bagikan, Ayu menegaskan bahwa dirinya dan Gerald tidak karangan bunga, hadiah barang, maupun uang atau angpau. Jika pun ada yang tetap ingin memberikan kado, Ayu meminta agar disampaikan melalui link tiny.cc/kadoayugerald untuk didonasikan.
Ayu hanya memohon dukungan dan doa dari keluarga, sahabat, teman, dan semuanya untuk kelancaran pernikahan mereka.
" Jika rekan-rekan berkenan memberikan kado, silakan sampaikan di link ini. Nanti Ayu dan Gerald akan berdiskusi dengan tim KitaBisa untuk menyalurkan 100% dana yang terkumpul kepada aktivitas sosial pilihan kami," tulisnya.
Dikutip dari website perpusnas.go.id yang bersumber dari kenangan.com, berikut profil Ayu.
Nama: Ayu Kartika Dewi
Tempat Lahir: Banjarmasin
Tanggal Lahir: 27 April 1983
Pendidikan:
- SMPN 1 Balikpapan
- SMAN 5 Surabaya
- Universitas Airlangga Surabaya, Jurusan Manajemen Pemasaran
- Duke University, Amerika Serikat
Ayu memiliki perawakan yang mungil dan wajahnya terlihat awet muda untuk orang seusianya.
Ayu lahir dari ayah yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibunya yang fokus mengurus rumah tangga, membuatnya biasa hidup berpindah-pindah karena tuntutan dinas pekerjaan sang ayah.
Hidup berpindah-pindah ini membuatnya sekolah di kota berbeda, yakni SMPN 1 Balikpapan dan SMAN 5 Surabaya. Tapi karena inilah ia juga jadi mudah menghadapi perbedaan di lingkungan sekitar.
Selain biasa hidup berpindah, kedua orang tuanya sangat menjunjung tinggi pendidikan meskipun tidak kaya raya.
Mereka selalu mengusahakan untuk memfasilitasi pendidikan Ayu dengan rutin membelikan buku dan mengirimnya les bahasa Inggris agar dirinya fasih berbahasa Inggris.
Memasuki dunia perguruan tinggi, Ayu memilih kuliah jurusan manajemen pemasaran di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Prestasinya terutama di bidang akademis kian moncer selama masih menjadi mahasiswa. Ini dibuktikan lewat tugas akhirnya yang terpilih untuk mendapatkan Student Grant dari Asian Development Bank.
Di samping itu, Ayu pernah meraih penghargaan sebagai presenter terbaik Student Grant seluruh Indonesia, Mahasiswa Berprestasi Peringkat Pertama FE (Fakultas Ekonomi) Unair selama dua tahun berturut-turut, dan peringkat keempat se-Unair di tahun 2003.
Ayu juga aktif di organisasi kemahasiswaan. Prestasinya ini mengantarkannya pada beberapa beasiswa selama kuliah seperti beasiswa dari stasiun televisi swasta SCTV dan pertukaran pelajaran yang diadakan oleh SIF ASEAN Fellowship.
Lulus kuliah, Ayu bekerja di P&G (Procter & Gamble), perusahaan multinasional di bidang FMCG (Fast Moving Consumer Goods) selama lima tahun di Jakarta dan Singapura.
Di tengah kariernya yang tengah menanjak di dunia korporat dan ia sendiri beberapa kali dianugerahi penghargaan karyawan terbaik, Ayu justru memilih untuk resign demi keluar dari zona nyaman.
Keluar dari P&G, Ayu justru memilih untuk bergabung bersama Gerakan Indonesia Mengajar yang diprakarsai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Ayu masuk dalam angkatan pertama Indonesia Mengajar dan saat itu ia ditugaskan mengajar di sebuah sekolah dasar di lereng gunung di Maluku Utara yang terkena dampak kerusuhan Ambon-Poso 1999.
Sejak kerusuhan yang menyebabkan ribuan nyawa melayang itu, banyak desa yang dipisah antara desa Islam dan desa Kristen. Hal itu dilakukan bertujuan untuk mengurangi gesekan dan sentimen agama. Tapi akibatnya, banyak anak yang tumbuh di lingkungan homogen yang tidak pernah mengenal orang yang berbeda agama.
Di samping mengajar, Ayu juga mengadakan sejumlah aktivitas bersama Indonesia Mengajar seperti Kompetisi Sains Nasional dan menginisiasi sejumlah aktivitas ekstrakurikuler seperti, dokter cilik, pustakawan cilik, dan guru cilik.
Selama hampir dua tahun berkecimpung di dunia relawan pendidikan di Indonesia Mengajar, teriakan anak-anak didiknya tentang isu kerusuhan itu rupanya membekas di benak Ayu.
Ayu gelisah melihat anak-anak yang sejak kecil sudah menyimpan prasangka buruk terhadap golongan tertentu. Ketika kembali ke Jakarta, ia berdiskusi dengan teman-temannya yang memiliki kegelisahan yang sama dengannya.
Hingga akhirnya mereka memutuskan membentuk SabangMerauke yang merupakan akronim dari Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali. Gerakan dan organisasi ini dibentuk pada hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2012 lalu. Keinginan Ayu dan kawan-kawan membentuk gerakan ini adalah sebagai bentuk aksi nyata agar Indonesia lebih damai dalam bertoleransi, tidak hanya sekedar tahu teori dari pelajaran PPKn di sekolah.
Selain itu, agar lebih banyak anak Indonesia yang mengenal dan berinteraksi nyata dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda dengan diri mereka demi menghilangkan banyak stereotip dan prasangka yang ada.
Ide gerakan ini istimewa. Tapi tetap saja Ayu harus menghadapai tantangan terbesar di awal-awal pendiriannya.
Menggalang dukungan, baik keikutsertaan dalam program sebagai peserta maupun dukungan finansial, menjadi batu sandungan pertama yang dihadapi Ayu dalam gerakan SabangMerauke ini.
Tapi berkat kegigihan dan kerja keras dalam meyakinkan anak-anak SMP untuk menjadi peserta dan menggunakan koneksi untuk menggalang dana beasiswa, pelan tapi pasti gerakan yang mengusung misi “Toleransi tidak bisa hanya sekedar diajarkan, tetapi harus dialami.” ini bisa mulai berjalan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: