Kiri: S.K Trimurti / Kanan: Ruhana Kuddus (Wikipedia) (Wikipedia)
Hari ini, 9 Februari diperingati sebagai Hari Pers Nasional (HPN). Kesuksesan pers di Tanah Air tidak terlepas dari perjuangan sejumlah tokoh.
Pers tidak hanya diisi oleh kaum pria saja, tapi juga wanita. Seperti halnya beberapa tokoh perempuan yang punya peran besar di dunia pers.
Siapa sajakah mereka? Yuk simak ulasan yang telah Indozone rangkum berikut:
S.K Trimurti merupakan seorang aktivis, jurnalis, dan advokat kesetaraan gender di Indonesia. Dia juga dikenal sebagai tokoh yang vokal mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah, isu sosial dan jurnalistik.
Baca juga: Hari Pers Nasional: Sejarah, Tema dan Makna Logo HPN 2023
Akibat keberaniannya itu lah, wanita dengan nama asli Surastri Karma Trimurti sering keluar-masuk penjara kolonial di masa penjajahan.
Trimurti pernah lantang membicarakan soal ketidaksetujuannya terhadap aturan feodal, karena perempuan yang berpolitik dianggap sebagai pekerjaan yang tabu.
Ruhana Kuddus adalah tokoh pers perempuan pertama di Indonesia. Selain menjadi jurnalis, Ruhana juga salah satu penggerak emansipasi wanita di Indonsia.
Wanita kelahiran 20 Desember 1884 ini diketahui membangun sekolah untuk perempuan di Kota Gadang, Sumatera Barat yang bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS).
Awal tahun 1900-an, Ruhana mendirikan sebuah surat kabar bernama Soenting Melajoe. Media ini menjadi wadah bagi perempuan untuk menuangkan pikiran.
Ruhana pernah mengkritik praktik pergundikan, serta praktik-praktik lain yang menjebak dan memperdaya para buruh perempuan ke prostitusi.
Jurnalis asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat ini diketahui aktif berkontribusi di organisasi Islam dan gerakan perempuan. Rasuna Said pernah menjadi pemimpin redaksi di Majalah Raya, yang merupakan media erjuangan di Sumatera Barat.
Wanita yang menjadi redaktur di majalah Suntiang Nagari ini disebut-sebut merupakan perempuan Indonesia pertama yang dipenjara atas tuduhan ujaran kebencian, dalam jeratan hukum spreekdelict karena sering beroras menentang pemerintahan dan politik praktis milik kolonial Belanda.
Wanita dengan nama asli Siti Latifah Herawati Diah ini mengawali karier jurnalistik sebagai stringer di United Press International (UPI), yang merupakan kantor berita di Amerika Serikat di usia 22 tahun.
Baca juga: Cerita Pemred Makan Durian Bareng Jokowi di Hari Pers: Kaget Bapak Jago Milih yang Enak
Perempuan kelahiran 3 April 1917 di Tanjung Pandan itu telah mendirikan beberapa surat kabar harian, seperti harian Merdeka, majalan Keluarga, dan majalan berita Topik.
Tahun 1955, Herawati menerbitkan surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indonesia bernama The Indonesian Observer.
Ani Idrus adalah wartawati senior Indonesia. Bersama dengan sang suami, Ani Idrus mendirikan surat kabar Harian Waspada di tahun 1947.
Selain terjun ke dunia jurnalistik, Ani Idrus juga mendirikan dan memimpin sebuah lembaga pendidikan yang bernaung dalam Yayasan Pendidikan Ani Idrus.
Wanita kelahiran 25 November 1918 itu juga mendirikan dan mengurus organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: