Guru Besar FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus peneliti Mikrobiologi Klinik Prof. dr. Tri Wibawa, mengatakan, peningkatan kasus di negara tetangga tidak dapat secara pasti akan diikuti peningkatan penularan di Indonesia.
“Namun, belajar dari penularan di masa pandemi yang sangat cepat dan luas, akan lebih baik kalau kita bersiap,” katanya, Selasa (10/6/2025).
Tri menjelaskan, tingkat kecepatan penyebaran cukup rendah. Sebab, varian SARS-CoV-2 yang dominan menyebar di Thailand adalah XEC dan JN.1, lalu di Singapura LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1), di Hongkong JN.1, dan di Malaysia adalah XEC (turunan JN.1).
Namun, varian yang dominan di Indonesia saat ini berbeda dengan yang ada di negara tetangga yakni MB 1.1. Varian ini, sebutnya, belum masuk pada daftar Variants of Interest (VOIs), maupun variants under monitoring (VUMs) yang dikeluarkan oleh WHO.
BACA JUGA: Laporan Data Terbaru: 17 Orang Positif Covid-19 di Jakarta
Tri menyampaikan, belum banyak informasi spesifik tentang Variant MB1.1, tetapi, ia menduga, manifestasi klinis yang muncul tidak banyak berbeda dengan varian omicron lain yang pernah beredar di Indonesia.
“Gejala yang ditimbulkan pun sejauh ini serupa dengan varian-varian COVID-19 sebelumnya, termasuk demam, pusing, batuk, sakit tenggorokan, mual dan muntah, serta nyeri sendi,” imbuhnya.
Meskipun angka kasusnya cukup rendah dan gejalanya cenderung sama, bukan berarti masyarakat tidak perlu waspada. Tri menganjurkan masyarakat dapat mengantisipasi dengan menjaga kebersihan, dan pola hidup sehat seperti makan makanan bergizi serta istirahat yang cukup.
Bahkan, ia juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker jika merasakan gejala seperti flu.
“Jika berada dalam kerumunan dan membatasi diri untuk tidak berada di kerumunan jika merasa tidak dalam kondisi kesehatan yang prima,” pesannya.
BACA JUGA: Papua Jadi Episentrum Malaria Diangka 91 Persen, Pakar UGM Desak Kemenkes RI Jadikan Kasus Itu Prioritas Penanganan
Selain itu, Tri meminta masyarakat untuk memantau keadaan dari sumber informasi terpercaya, termasuk dari pemerintah dan lembaga yang kredible.
“Kita harus yakin bahwa kita bersama telah memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk dapat bertahan pada masa-masa sulit pandemi,” pungkasnya.