Senin, 16 OKTOBER 2023 • 15:37 WIB

Kisah Nenek Tomi, Diceraikan Suami Gegara Sakit Parah hingga Tak Dapat Pelayanan Kesehatan

Author

Nenek Tomi sakit parah. (Z Creators/Arka Hatta)

INDOZONE.ID - Seorang nenek tua bernama Tomi (67) warga Dusun Wetan Gunung, Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Jember, tampak lemah dan hanya terkapar di atas kasur beralaskan lantai di rumahnya.

Nenek Tomi didiagnosa penyakit stroke berat, namun karena persoalan administrasi pendudukan yang salah data, ia tak mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Nenek Tomi menurut Kepala Desa Wonojati Abdurrahman, dulunya adalah pedagang sayur keliling. Namun karena sakit, perempuan tua itu diceraikan oleh suaminya. Bahkan sang suami kini dikabarkan telah menikah lagi dengan perempuan lain.

Karena dibutuhkan pembaharuan data di adminduk karena statusnya cerai, dan ada kesalahan di adminduk soal jenis kelamin yang tertulis laki-laki. Nenek Tomi hanya bisa pasrah dan menunggu uluran tangan perhatian dari masyarakat sekitar.

"Soal data adminduk memang dibutuhkan perbaikan, kami dari pemerintah desa dan juga dibantu Pak Camat sudah mengupayakan dan dibantu juga oleh relawan kemanusiaan. Tapi lewat aplikasi J-Lahbako (aplikasi Dispenduk), sampai saat ini belum ada perbaikan data. Upload (unggah) data dari tanggal 3 Oktober sampai sekarang, bahkan sudah tiga kali kita coba. Masih belum ada perbaikan data," kata Abdurrahman saat dikonfirmasi Z Creators Arka Hatta, Jumat (13/10/2023).

Akhirnya Abdurrahman bersama Camat Jenggawah berusaha datang ke Kantor Dispenduk.

"Tapi ternyata di sana tercatat belum pernah melakukan perekaman. Akhirnya kami minta petunjuk untuk melakukan apa. Tapi tidak ada penjelasan, kita bingung harus berbuat apa. Kami pun hanya bisa menunggu," ungkapnya.

Terkait persoalan Dispenduk itu, lanjutnya, pihak pemerintah desa juga mendapati ada data kependudukan yang tidak tepat. Sehingga dibutuhkan perbaikan data.

“Setelah diteliti oleh staff saya, muncul di KK yang lama, ibu Tomi itu kepala keluarga, dan NIKnya khusus untuk laki-laki,” kata Abdurrahman.

“Itu sudah dulu, waktu saya tanya ke bu Tomi. Dulu beliaunya dianggap laki-laki. Apalagi, NIK perempuan dan laki-laki itu kan beda,” sambungnya.

Terkait persoalan adminduk ini, Abdurrahman juga menambahkan, Nenek Tomi tidak bisa mendapat pelayanan kesehatan. Bahkan juga bantuan dari Dinsos setempat.

“Kalau tidak ada KTP dan KK kan tidak bisa mengurusi bantuan ke Dinsos. Munculnya adminduknya kan nunggu dari Dispenduk itu, yang kami sudah daftarkan. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Kita tidak akan membiarkan begitu saja, kasian memang,” ujarnya.

“Ini juga ada WA-nya (bukti Screenshoot unggahan J-Lahbako) dari staff saya,” imbuhnya.

Abdurrahman juga menambahkan, pihaknya juga membenarkan terkait kondisi kemiskinan yang dialami Nenek Tomi. Sehingga pihaknya berharap segera ada perhatian.

"Bu Tomi ini hanya tinggal dengan anak dan menantunya. Mereka masuk kategori masyarakat miskin. Anaknya hanya kerja serabutan, bingung harus bagaimana untuk membantu untuk kesembuhan ibunya," kata Abdurrahman.

Terkait kondisi yang dialami Nenek Tomi, diketahui juga mendapat perhatian dari relawan kemanusiaan setempat. Salah seorang relawan Syaiful Yasin, juga membenarkan soal kendala Adminduk yang dialami Nenek Tomi.

“Sebagai salah satu bentuk kemanusiaan, kami di sini juga ikut membantu untuk mengurus adminduk punya ibu Tomi. Karena bu Tomi ini sekarang lagi mengalami sakit yang terbilang parah. Kenapa? Karena kondisinya sedang sakit berat, terkena penyakit stroke. Sampai badannya kurus,” kata Syaiful saat dikonfirmasi terpisah.

Terkait sakit stroke yang diderita, lanjut Syaiful, dari assessment yang dilakukan sudah diderita dua tahun lebih.

"Kondisinya sudah tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, hanya bisa tiduran di kasur saja. Sehingga, kami berinisiatif untuk langsung dibawa ke rumah sakit," ucapnya.

"Tapi, di sini ada kendala mengenai adminduknya, ternyata si ibu ini tidak mempunyai adminduk atau ada kendala soal pembaharuan datanya,” imbuh Syaiful.

Terkait kendala yang dialami oleh pemerintah desa setempat, juga dibenarkan olehnya.

"Sehingga karena sifatnya urgent, kami coba datang ke Dispenduk, tapi dari pihak Dispenduk tidak merespon. Alasannya, karena ibu ini tidak pernah melakukan perekaman. Tidak dijelaskan solusinya bagaimana, kami berharap segera ada tindak lanjut,” jelasnya.

Terpisah terkait kondisi yang dialami Nenek Tomi, INDOZONE.ID bermaksud meminta klarifikasi dari Kepala Dispenduk Jember Isnaini Dwi Susanti namun belum memberikan jawaban.

Konfirmasi lewat sambungan telepon sudah dilakukan tidak ada jawaban. Konfirmasi lewat aplikasi percakapan whatsapp juga tidak membuahkan hasil. Di percakapan aplikasi whatsapp hanya menunjukkan centang dua warna biru.

Sementara saat dikonfirmasi langsung ke Kantor Dispenduk Jember. Salah seorang staf yang enggan disebutkan namanya, hanya menjawab jika Kepala Dispenduk sedang tidak ada di tempat.

"Maaf ibu tidak ada, ada giat luar," jawabnya singkat.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators