Selasa, 24 OKTOBER 2023 • 11:30 WIB

Perjuangan Syarifah Lioni, Siswa Tuna Netra Bondowoso Melawan Perundungan di Sekolah

Author

Syarifah Lioni, siswi tuna netra yang berjuang melawan perundungan. (Z Creators/Deni Ahmad)

INDOZONE.ID - Syarifah Lioni (13), siswa tuna netra di Kabupaten Bondowoso mengisahkan perjuangannya sebagai penyandang disabilitas menghadapi perundungan.

Perundungan atau bullying yang dialami siswa kelas VII di SMPN 3 Bondowoso ini sempat ia alami di sekolah, bahkan sejak ia masuk duduk di bangku sekolah dasar.

Lazimnya, siswa difabel bersekolah di lembaga pendidikan khusus atau sekolah luar biasa (SLB). Seperti Syarifah, umumnya disekolahkan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB).

Di sana, para siswa berkebutuhan khusus akan berkumpul dengan sesama teman istimewa lainnya, sehingga tidak akan saling singgung.

Namun Syarifah 'menantang dunia'. Dia memilih bersekolah di lembaga pendidikan negeri dan berbaur dengan siswa yang tidak sama dengannya.

Benar saja. Saat awal masuk SMPN 3 Bondowoso, Syarifah sempat menerima perundungan oleh siswa lainnya.

"Seperti dikatain 'Wah, orang buta mau lewat nih' dan sebagainya," kata Syarifah kepada Z Creators Indozone, Senin (23/10/2023).

Tetapi gadis asal Desa Kejayan, Kecamatan Pujer ini menanggapi dengan santai. Ia seperti telah berdamai dengan keadaan dan menerima saja ejekan teman-temannya.

"Saya sempat ditanya kenapa memaksa masuk sekolah negeri dan tidak memilih SLB saja. Tapi saya jawab 'kalau memang itu takdir saya, maka itu yang akan saya jalani'," tegasnya.

Bahan perundungan bagi Syarifah semakin lengkap, sebab ibu kandungnya juga penyandang tuna netra.

"Tapi saya menilai semua manusia itu sama. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada yang sempurna," nilainya.

Syarifah membuktikan itu semua. Meskipun ia tidak sempurna dari sisi fisik, namun ia cukup berprestasi di bidang tarik suara.

Ia pernah menjadi juara favorit lomba bernyanyi pada September 2023 lalu yang digelar di SMKN Bondowoso.

Syarifah juga pernah menyabet juara III di kompetisi serupa pada Hari Santri Nasional tingkat Kabupaten Bondowoso pekan lalu.

"Dari semua peserta, hanya saya yang tuna netra. Waktu itu saya menyanyikan lagu Yasir Lana," ungkapnya.

Menurutnya, walaupun seseorang dibully maka tidak perlu putus asa.

"Tidak perlu menyalahkan takdir. Kita tunjukkan saja dengan prestasi," tegas Syarifah.

Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Kabupaten Bondowoso Anisatul Hamidah pernah beberapa kali bertemu Syarifah.

"Syarifah ini hidup di keluarga 'istimewa'. Ibunya juga tuna netra. Jadi selama ini ayahnya yang melayani, termasuk jika ada pertemuan dengan Pertuni," tuturnya.

Pertuni merupakan sebuah akronim dari Persatuan Tuna Netra Indonesia.

"Dinsos P3AKB sendiri telah memberikan bantuan kepada penyandang disabilitas tuna netra, seperti tongkat sensor untuk membantu mobilitasnya," bebernya.

Selain itu, Pemkab Bondowoso juga berupaya memberdayakan warga difabel untuk berusaha di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

"Sehingga disabilitas punya hak yang sama untuk mengelola UMKM khusus disabilitas," pungkas Anis.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators