Jumat, 03 NOVEMBER 2023 • 17:22 WIB

11 Kumpulan Puisi Karya WS Rendra yang Terkenal, Penuh Makna!

Author

Puisi WS Rendra

INDOZONE.ID - WS Rendra adalah seorang penyair yang sudah menciptakan banyak puisi terkenal.

Puisi karya ciptaan WS Rendra mengusung berbagai tema, mulai dari cinta, kehidupan, hingga pendidikan.

Kumpulan puisi yang dihasilkan WS Rendra, bahkan sudah sampai dibukukan.

Untuk mengenal WS Rendra lebih dalam, simak kumpulan puisi karya dari WS Rendra tentang cinta, kehidupan, dan pendidikan yang terkenal.

Puisi Pendek WS Rendra

Puisi WS Rendra pendek

Dari sekian banyak puisi yang diciptakan WS Rendra, di antaranya ada yang singkat, seperti puisi WS Rendra pendek di bawah ini:

1. Tuhan Aku Cinta Padamu

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, aku cinta padamu

2. Sagu Ambon

Ombak beralun, o, mamae
Pohon-pohon pala di bukit sakit
Burung-burung nuri menjerit
Daripada membakar masjid
Daripada membakar gereja
Lebih baik kita bakar sagu saja.

Pohon-pohon kelapa berdansa
Gitar dan tifa
Dan suaraku yang merdu
O, ikan
O, taman karang yang bercahaya
O, saudara-saudaraku,
Lihat, mama kita berjongkok di depan kota yang terbakar.

Tanpa kusadari
Laguku jadi sedih, mamae.
Air mata kita menjadi tinta sejarah yang kejam.

Laut sepi tanpa kapal layar.
Bumi meratap dan terluka
Di mana nyanyian anak-anak sekolah?
Di mana selendangmu, nonae?
Di dalam api unggun aku membakar sagu.

Aku lihat permusuhan antara saudara itu percuma,
Luka saudaraku, lukaku juga.

3. Hak Oposisi

Aku bilang tidak,
aku bilang ya,
menurut nuraniku.
Kamu tidak bisa mengganti
nuraniku dengan peraturan.
Adalah tugasmu
untuk membuktikan
bahwa kebijaksanaanmu
pantas mendapat dukungan.
Tapi dukungan -
tidak bisa kamu paksakan.
Adalah tugasmu
untuk menyusun peraturan
yang sesuai dengan nurani kami.
Kamu wajib memasang telinga,
- selalu,
untuk mendengar nurani kami.
Sebab itu, kamu membutuhkan oposisi.
Oposisi adalah jendela bagi kamu.
Oposisi adalah jendela bagi kami.
Tanpa oposisi: sumpek.
Tanpa oposisi: kamu akan terasing dari kami
Tanpa oposisi, akan kamu dapati gambaran palsu
tentang dirimu.
Tanpa oposisi kamu akan sepi dan onani.

Baca Juga: 10 Kumpulan Contoh Puisi Chairil Anwar yang Paling Terkenal

Puisi Cinta WS Rendra

Puisi WS Rendra tentang cinta

WS Rendra menciptakan beberapa puisi bertema cinta yang romantis dan menyentuh hati. Seperti inilah contoh puisi WS Rendra tentang cinta:

4. Kangen

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta

Kau tak akan mengerti segala lukaku
karna cinta telah sembunyikan pisaunya

Membayangkan wajahmu adalah siksa
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan

Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi

Itulah berarti
aku tungku tanpa api

5. Bunga Gugur

Bunga gugur
di atas nyawa yang gugur
gugurlah semua yang bersamanya

Kekasihku

Bunga gugur
di atas tempatmu terkubur
gugurlah segala hal ihwal antara kita

Baiklah kita ikhlaskan saja
tiada janji 'kan jumpa di sorga
karena di sorga tiada kita 'kan perlu asmara

Asmara cuma lahir di bumi
(di mana segala berjuang di tanah mati)
ia mengikuti hidup manusia
dan kalau hidup sendiri telah gugur
gugur pula ia bersama-sama

Ada tertinggal sedikit kenangan
tapi semata tiada lebih dari penipuan
atau semacam pencegah bunuh diri

Mungkin ada pula kesedihan
itu baginya semacam harga atau kehormatan
yang sebentar akan pula berantakan

Kekasihku

Gugur, ya, gugur
semua gugur
hidup, asmara, embun di bunga -
yang kita ambil cuma yang berguna.

6. Tentang Mata

Aku merindukan mata bayi
setelah aku dikhianati mata durjana.
Aku merindukan mata hari
karena aku dikerumuni mata gelap.
Aku merindukan mata angin
karena aku disekap oleh mata merah saga.
Wahai, mata pisau! Mata pisau di mana-mana

Mata batin! Mata batin!
Hadirlah kamu!
Hadirlah kamu di saat yang rawan ini.
Wahai, mata batin!
Kedalaman yang tak terkira.
Keluasan yang tak terduga.
Harapan di tengah gebalau ancaman.

Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekapan malam.

Dalam kehidupan yang penuh mata bisul
hatiku meronta ditawan rangkaian mata rantai.
Sawah gersang tanpa mata bajak.
Mata gergaji merajalela di rimba raya.
Mata badik memburu mata uang.
Mata kail termangu tanpa umpan.

Mata sangkur! Mata sangkur!
Mata sangkur menghujam ke mata batin.
Mata kejora! Mata kejora!
Mata kekasih dalam dekapan malam.

Padang rumput termakan mata api.
Tetapi, kekasihku,
di dalam kalbuku yang murung ini,
engkaulah mata air pengharapanku!

Baca Juga: 12 Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono yang Paling Terkenal

Puisi Kehidupan WS Rendra

Puisi WS Rendra tentang kehidupan

Puisi WS Rendra tentang kehidupan menjadi curahan hatinya melihat keadaan sekitar dan peristiwa yang sempat dialami selama hidup.

7. Makna Sebuah Titipan

Seringkali aku berkata
Ketika semua orang memuji milikku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta
ingin lebih banyak mobil
lebih banyak popularitas
dan kutolak sakit
kutolak kemiskinan
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

8. Inilah Saatnya

Inilah saatnya
melepas sepatu yang penuh kisah
meletakkan ransel yang penuh masalah
dan mandi mengusir rasa gerah
menenangkan jiwa yang gelisah.

Amarah dan duka
menjadi jeladri dendam
bola-bola api tak terkendali
yang membentur diri sendiri
dan memperlemah perlawanan.
Sebab seharusnya perlawanan
membuahkan perbaikan,
bukan sekadar penghancuran.

Inilah saatnya
meletakkan kelewang dan senapan,
makan sayur urap
mengolah pencernaan,
minum teh poci,
menatap pohon-pohon
dari jendela yang terbuka.

Segala macam salah ucap
bisa dibetulkan dan diterangkan.
Tetapi kalau senjata salah bicara
luka yang timbul panjang buntutnya.
Dan bila akibatnya hilang nyawa
bagaimana akan membetulkannya?

Inilah saatnya
duduk bersama dan bicara.
Saling menghargai nyawa manusia.
Sadar akan rekaman perbuatan
di dalam buku kalbu
dan ingatan alam akhirat.
Ahimsa,
tanpa kekerasan menjaga martabat bersama.
Anekanta,
memahami dan menghayati
keanekaan dalam kehidupan
bagaikan keanekaan di dalam alam.

Menerima hidup bersama
dengan golongan-golongan yang berbeda.
Lalu duduk berunding
tidak untuk berseragam
tetapi untuk membuat agenda bersama.

Aparigraha,
masing-masing pihak menanggalkan pakaian
menanggalkan lencana golongan
lalu duduk bersama.
Masing-masing pihak hanya memihak
kepada kebenaran.

Inilah saatnya
menyadari keindahan kupu-kupu beterbangan.
Bunga-bunga di padang belantara
Lembutnya daging dan susu ibu
dan para cucu masa depan
mencari Ilham.

Inilah saatnya,
Inilah saatnya.
Ya, saudara-saudariku.
Inilah saatnya bagi kita.
Di antara tiga gunung
melekuk rembulan.

9. Sajak Rajawali

Sebuah sangkar besi
Tidak bisa mengubah rajawali
Menjadi seekor burung nuri

Rajawali adalah pacar langit
Dan di dalam sangkar besi
Rajawali merasa pasti
Bahwa langit akan selalu menanti

Langit tanpa rajawali
Adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
Tujuh langit, tujuh rajawali
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara

Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
Memandang dunia
Rajawali di sangkar besi
Duduk bertapa
Mengolah hidupnya

Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
Yang terjadi dari keringat matahari
Tanpa kemantapan hati rajawali
Mata kita hanya melihat fatamorgana

Rajawali terbang tinggi
Membela langit dengan setia
Dan ia akan mematuk kedua matamu
Wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka

Puisi Pendidikan WS Rendra

Puisi WS Rendra tentang pendidikan

Selain tentang cinta dan kehidupan, WS Rendra juga menciptakan puisi tentang pendidikan. Simak puisi karya WS Rendra tentang pendidikan berikut ini!

10. Sajak Sebatang Lisong

Menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang
berak di atas kepala mereka

Matahari terbit
Fajar tiba
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan

Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papan tulis-papan tulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan

Delapan juta kanak-kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya

Menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun

Dan di langit
para tekhnokrat berkata

bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung-gunung menjulang
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam
terhimpit di bawah tilam

Aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian

Bunga-bunga bangsa tahun depan
berkunang-kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
Kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa-desa
mencatat sendiri semua gejala
dan hanya menghayati persoalan yang nyata

Inilah sajakku
Pamplet masa darurat
Apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
Apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

11. Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api

Bagaimana mungkin kita bernegara
Bila tidak mampu mempertahankan wilayahnya
Bagaimana mungkin kita berbangsa
Bila tidak mampu mempertahankan kepastian hidup
bersama?
Itulah sebabnya
Kami tidak ikhlas
menyerahkan Bandung kepada tentara Inggris
dan akhirnya kami bumi hanguskan kota tercinta itu
sehingga menjadi lautan api
Kini batinku kembali mengenang
udara panas yang bergetar dan menggelombang,
bau asap, bau keringat
suara ledakan dipantulkan mega yang jingga, dan kaki
langit berwarna kesumba

Kami berlaga
memperjuangkan kelayakan hidup umat manusia.
Kedaulatan hidup bersama adalah sumber keadilan merata
yang bisa dialami dengan nyata
Mana mungkin itu bisa terjadi
di dalam penindasan dan penjajahan
Manusia mana
Akan membiarkan keturunannya hidup
tanpa jaminan kepastian?

Hidup yang disyukuri adalah hidup yang diolah
Hidup yang diperkembangkan
dan hidup yang dipertahankan

Itulah sebabnya kami melawan penindasan
Kota Bandung berkobar menyala-nyala tapi kedaulatan
bangsa tetap terjaga

Kini aku sudah tua
Aku terjaga dari tidurku
di tengah malam di pegunungan
Bau apakah yang tercium olehku?

Apakah ini bau asam medan laga tempo dulu
yang dibawa oleh mimpi kepadaku?
Ataukah ini bau limbah pencemaran?

Gemuruh apakah yang aku dengar ini?
Apakah ini deru perjuangan masa silam
di tanah periangan?
Ataukah gaduh hidup yang rusuh
karena dikhianati dewa keadilan.
Aku terkesiap. Sukmaku gagap. Apakah aku
dibangunkan oleh mimpi?
Apakah aku tersentak
Oleh satu isyarat kehidupan?
Di dalam kesunyian malam
Aku menyeru-nyeru kamu, putera-puteriku!
Apakah yang terjadi?

Darah teman-temanku
Telah tumpah di Sukakarsa
Di Dayeuh Kolot
Di Kiara Condong
Di setiap jejak medan laga. Kini
Kami tersentak,
Terbangun bersama.

Putera-puteriku, apakah yang terjadi?
Apakah kamu bisa menjawab pertanyaan kami?

Wahai teman-teman seperjuanganku yang dulu,
Apakah kita masih sama-sama setia
Membela keadilan hidup bersama

Manusia dari setiap angkatan bangsa
Akan mengalami saat tiba-tiba terjaga
Tersentak dalam kesendirian malam yang sunyi
Dan menghadapi pertanyaan zaman:
Apakah yang terjadi?
Apakah yang telah kamu lakukan?
Apakah yang sedang kamu lakukan?
Dan, ya, hidup kita yang fana akan mempunyai makna
Dari jawaban yang kita berikan.


Itulah kumpulan puisi yang ditulis oleh WS Rendra. Mana nih puisi ciptaan WS Rendra yang paling kamu suka?

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: