INDOZONE.ID - Gen Z dan Milenial yang akrab dengan teknologi digital, tidak canggung menggunakan aplikasi kencan, untuk menemukan pasangan. Akan tetapi, kebosanan terhadap aplikasi kencan, ternyata mulai timbul di Gen Z dan Milenial.
Gen Z dan Milenial pun mulai melirik cara tradisional untuk mendapatkan pacar. Mengapa demikian?
Menurut laporan Eventbrite, Gen Z dan Milenial mulai tidak menyukai aplikasi kencan karena justru mempersulit mereka mendapatkan pasangan.
Baca Juga: Tingkatkan Angka Kelahiran, Pemerintah Jepang akan Luncurkan Aplikasi Kencan untuk Warganya
Selain itu, ada juga masalah keamanan. Sebab, banyak akun yang salah menggambarkan diri mereka hingga menyembunyikan identitas asli.
Oleh sebab itu, Gen Z dan Milenial mulai melirik cara tradisional, yaitu tatap muka. Pertemuan langsung dianggap lebih menunjang, untuk mengetahui ketulusan sang gebetan.
Sementara itu, sebuah studi dari Forbes Health menemukan, bahwa 78 persen responden lelah dengan aplikasi kencan, terutama mereka yang mungkin menghabiskan sebagian besar masa kencan mereka secara online.
Baca Juga: Modus 'Cewek Cantik Palsu' di Aplikasi Kencan Online, Bangun Hubungan Intens dan Sensitif
Gen Z (79 persen) dan Milenial (80 persen) memiliki persentase tertinggi yang melaporkan perasaan lelah, dibandingkan Gen X (77 persen) dan Baby Boomers (70 persen), menurut penelitian tersebut.
Seorang Pelatih Kencan, Judith Gottesman, bahkan menyatakan, penggunaan aplikasi kencan justru melelahkan. Sebab, membuat peluang untuk berkencan, tanpa kualitas, seakan tidak terbatas.
“Jika Anda terus berkencan, rasanya seperti kemungkinan yang tidak ada habisnya,” kata Gottesman.
Baca Juga: Kisah Wanita Temui Pria dari Aplikasi Kencan, Beda dari Foto hingga Ilfeel sama Sendal
"Namun, sebenarnya Anda lebih cepat lelah karena hanya menjalani banyak kencan buruk secara acak dan memiliki pengalaman negatif dan membuang-buang banyak waktu dan uang,” ungkapnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Timeout.com, Nypost-com