Kamis, 21 NOVEMBER 2024 • 08:05 WIB

Viral Sebuah Seni Pisang dengan Lakban Bernilai Rp15,9 M, Apa yang Membuatnya Mahal?

Author

Cattelan Banana.

INDOZONE.ID - Karya seni bisa dihargai mahal karena beberapa alasan. Contohnya, sebuah pisang yang ditempel dengan lakban ke dinding.

Sebuah pisang biasa yang dijual di pasar mungkin hanya dihargai beberapa ribu rupiah. Akan tetapi, apa jadinya jika pisang tersebut ditempelkan ke dinding menggunakan lakban?

Hal ini terjadi pada karya seni kontroversial berjudul “Comedian” karya seniman Italia, Maurizio Cattelan.

Karya ini tidak hanya mengundang perdebatan di dunia seni, tetapi juga mencapai nilai fantastis hingga USD1 juta (Rp15,9 milyar) dalam lelang Sotheby’s di New York. Apa sebenarnya yang membuat ‘seni pisang’ ini begitu mahal?

Baca Juga: Rangoli: Seni Tradisional yang Kaya Makna dari India, Nepal, dan Bangladesh

Awal Mula “Comedian”

Karya seni "Comedian" pertama kali muncul di Art Basel Miami Beach pada 2019. Pisang yang ditempelkan dengan lakban perak ke dinding ini, langsung mencuri perhatian publik hingga menjadi perbincangan hangat.

Banyak yang bertanya-tanya, apakah ini sebuah lelucon, kritik terhadap dunia seni, atau mungkin keduanya?

Popularitas karya ini makin memuncak ketika seorang seniman lain memutuskan untuk mencabut pisang tersebut dan memakannya.

Sebagai pengganti, pisang baru segera ditempelkan kembali ke dinding. Meski menuai kontroversi, tiga edisi “Comedian” terjual dengan harga antara USD120.000 hingga USD150.000 (Rp1,9 milyar – 2,3 milyar)

Baca Juga: Tato Suku Dayak: Seni, Identitas, dan Makna Spiritual

Mengapa Karya Ini Begitu Mahal?

Menurut David Galperin, kepala seni kontemporer di Sotheby’s, nilai dari “Comedian” tidak terletak pada pisang itu sendiri, tetapi idenya.

Pembeli karya ini akan menerima sertifikat keaslian yang memberikan hak untuk mereproduksi pisang dan lakban tersebut, sebagai karya asli Maurizio Cattelan.

Galperin menjelaskan, bahwa karya ini adalah refleksi terhadap dunia seni kontemporer.

“Cattelan ingin menantang cara kita menilai sebuah karya seni dan apa yang kita anggap sebagai seni,” katanya.

Pisang yang dilelang pada November 2024 ini, bukan pisang asli yang dipamerkan di Miami, karena buah tersebut memang dirancang untuk diganti secara berkala.

Makna Simbolis di Balik Pisang

Ilustrasi pisang. (freepik.com)

Bagi sebagian orang, “Comedian” hanyalah sindiran terhadap dunia seni elite. Akan tetapi, menurut Chloé Cooper Jones, seorang profesor seni di Columbia University, pisang dalam karya ini memiliki makna dalam.

Pisang, sebagai buah dengan sejarah panjang, menjadi simbol eksploitasi global, termasuk dalam konteks imperialisme, tenaga kerja murah, dan dominasi perusahaan besar.

Jones berpendapat, bahwa karya ini memprovokasi penonton untuk memikirkan peran mereka dalam sistem yang menciptakan barang-barang biasa, seperti pisang.

“Jika ‘Comedian’ berhasil memancing refleksi moral, maka itu menjadi alat yang lebih bermakna,” ujarnya.

Antara Pisang Cattelan dan Monet

Water Lilies karya Claude Monet. (metmuseum.org)

Pada waktu yang sama, Sotheby’s juga melelang salah satu karya impresionis terkenal, “Water Lilies” karya Claude Monet, yang diperkirakan bernilai USD60 juta (Rp953 Milyar).

Ketika ditanya tentang perbandingan kedua karya ini, Galperin menjelaskan seni yang mendobrak norma selalu menimbulkan kontroversi pada awal kemunculannya.

“Setiap karya seni besar dalam sejarah awalnya memicu rasa tidak nyaman di kalangan masyarakat,” ujar Galperin.

Dengan perspektif ini, “Comedian” membuktikan seni modern tidak harus berwujud tradisional untuk dianggap bermakna.

“Comedian” karya Maurizio Cattelan tidak hanya menjadi pusat perhatian karena bentuknya yang sederhana, tetapi juga karena ide dan kontroversinya.

Melalui pisang dan lakban, Cattelan menggugah perdebatan tentang nilai seni, simbolisme, dan kapitalisme. Bagaimana menurut kamu?

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Cnalifestyle.channelnewsasia.com