Rabu, 22 JANUARI 2025 • 17:00 WIB

Menelusuri Makna dan Narasi Isra Miraj dalam Perspektif Naskah Kuno yang Jarang Dibahas

Author

Ilustrasi peristiwa Isra Miraj.

INDOZONE.ID - Isra Miraj adalah salah satu peristiwa penting dalam Islam yang menandai perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. 

Namun, peristiwa ini tidak hanya menjadi narasi keagamaan, tetapi juga membuka ruang interpretasi dalam sejarah, kebudayaan, hingga kajian teks kuno. 

Dilansir dari YouTube @guru gembul, artikel ini akan membahas Isra Miraj dari sudut pandang yang jarang diangkat, termasuk keabsahan sumbernya, pendekatan sufistik dan legalistik, serta pengaruhnya terhadap peradaban.

Baca Juga: Sejarah Isra Mi'raj, Mengungkap Perjalanan Istimewa Rasulullah SAW

Narasi Isra Miraj: Antara Tradisi dan Keaslian

Ilustrasi Peringatan Isra Miraj.

Isra Miraj tercatat dalam Al-Qur'an, khususnya pada Surat Al-Isra, dengan garis besar yang memadai. 

Namun, banyak detail perjalanan Nabi Muhammad yang kita kenal hari ini berasal dari hadis-hadis yang dikategorikan sebagai shahih, dhaif, atau juga palsu. 

Narasi besar menyebutkan bahwa Nabi Muhammad, baik secara fisik maupun spiritual, melesat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, melakukan ritual di sana, lalu melanjutkan perjalanan ke langit bersama malaikat Jibril.  

Di langit, Nabi diperlihatkan surga, neraka, serta bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya. 

Puncak dari perjalanan ini adalah pertemuan intens Nabi dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha.

Meskipun narasi ini telah diterima secara luas, beberapa tambahan detail dalam berbagai riwayat menciptakan perdebatan, seperti pendekatan legalistik yang menekankan perintah shalat, dan pendekatan sufistik yang lebih menyoroti aspek spiritual dan mistis dari perjalanan ini.

Pendekatan Sufistik dan Legalistik

Ilustrasi Peringatan Isra Miraj.

Dua pendekatan utama dalam memahami Isra Miraj adalah pendekatan legalistik dan sufistik.

Pendekatan legalistik berfokus pada aspek hukum dan kewajiban agama, khususnya perintah shalat yang diterima Nabi Muhammad dalam perjalanan ini. 

Pendekatan ini menegaskan pentingnya keteraturan dalam ibadah dan halal-haram dalam Islam.  

Sebaliknya, pendekatan sufistik melihat Isra Miraj sebagai perjalanan spiritual yang mengungkap keajaiban langit. 

Dalam pandangan ini, Nabi Muhammad disebut bertemu dengan malaikat-malaikat luar biasa, seperti malaikat yang separuh tubuhnya api dan separuhnya es, serta menyaksikan simbol-simbol kekuasaan Tuhan yang melampaui batas logika manusia. 

Perdebatan antara kedua pendekatan ini sering kali melibatkan isu perjalanan Nabi secara fisik atau hanya spiritual, dengan kaum sufi cenderung mendukung perjalanan spiritual saja.

 Baca Juga: Yuk Simak! 5 Fakta Menarik di Balik Peristiwa Isra' Mi'raj

Kontroversi Masjidil Aqsa dan Pengaruh Kebudayaan

Ilustrasi peristiwa Isra Mi'raj.

Salah satu fakta menarik yang jarang dibahas adalah bahwa Masjidil Aqsa pada masa Isra Miraj, bukanlah masjid seperti yang kita kenal sekarang.

Kata "masjid" dalam konteks awal Islam merujuk pada tempat sujud atau ibadah, termasuk tempat ibadah agama lain. 

Beberapa sejarawan mengklaim bahwa Masjidil Aqsa saat itu sebenarnya adalah gereja yang dibangun oleh Kekaisaran Romawi, yang kemudian dijadikan masjid pada masa Khalifah Umar bin Khattab.  

Hal ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana masyarakat memahami istilah "masjid" dalam konteks Isra Miraj, sekaligus menunjukkan toleransi Nabi Muhammad terhadap agama lain. 

Sebagai contoh, Nabi pernah meminjamkan Masjid Nabawi untuk kebaktian umat Kristen, menunjukkan bahwa Islam sejak awal memiliki pendekatan yang inklusif terhadap tempat ibadah.

Pengaruh Teks Kuno terhadap Narasi Isra Miraj

Ilustrasi peristiwa Isra Mi'raj.

Beberapa kritikus Islam menganggap bahwa cerita Isra Miraj terinspirasi dari teks-teks kuno seperti Kitab Henokh dan Ardaviraf Namag, yang berasal dari tradisi Zoroaster

Dalam Kitab Henokh, terdapat narasi tentang Abraham yang melakukan perjalanan ke langit dan bertemu dengan Tuhan. 

Namun, para sarjana modern menolak klaim ini, menyebut bahwa Ardaviraf Namag yang kita kenal sekarang sebenarnya merupakan teks abad ke-10 atau ke-11, jauh setelah masa Nabi Muhammad.

Sebaliknya, narasi peristiwa Isra Miraj justru banyak menginspirasi karya-karya selanjutnya, termasuk Divine Comedy karya Dante Alighieri. 

Meskipun diadaptasi ke dalam konteks Kristen, struktur cerita perjalanan Dante ke surga dan neraka sangat mirip dengan Isra Miraj.

Sayangnya, dalam Divine Comedy, Nabi Muhammad digambarkan berada di neraka, mencerminkan bias kebudayaan Eropa terhadap Islam pada masa itu.

Baca Juga: 5 Amalan Isra Miraj: Meraih Berkah di Malam Istimewa

Isra Miraj dan Interpretasi Modern

Peringatan Isra Miraj.

Dewasa ini, banyak tafsir modern mencoba menghubungkan Isra Miraj dengan fenomena ilmiah seperti perjalanan waktu, wormhole, atau teknologi canggih. 

Meskipun menarik, pendekatan ini sering kali bersifat spekulatif dan tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. 

Sebaliknya, memahami Isra Miraj sebagai kisah spiritual dalam konteks budaya dan humaniora, memberikan kedalaman makna yang lebih kaya tanpa terjebak pada cocoklogi ilmiah.  

Ilustrasi peristiwa Isra Miraj.

Isra Miraj bukan hanya perjalanan spiritual Nabi Muhammad, tetapi juga kisah yang mencerminkan kekayaan tradisi, peradaban, dan tafsir manusia terhadap keajaiban ilahi. 

Dengan memahami berbagai sudut pandang narasi Isra Miraj baik legalistik, sufistik, maupun historis, kita dapat lebih menghargai kompleksitas peristiwa ini. 

Narasi Isra Miraj dari berbagai perspektif tetap relevan sebagai sumber inspirasi spiritual, budaya, dan toleransi dalam dunia yang terus berubah.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: YouTube