INDOZONE.ID - Setiap manusia memiliki tujuan dalam kehidupannya masing-masing.
Dengan memiliki tujuan, maka hidup kita akan terarah, terbimbing, dan memberikan kepuasan yang mendalam ketika tujuan tersebut tercapai.
Namun, tidak semua orang bisa menemukan tujuan hidupnya dengan mudah.
Sebuah studi mengatakan, sebanyak 91 persen orang mengalami "kecemasan tujuan", yang berasal dari tekanan untuk mecoba menentukan tujuan yang sempurna.
Orang yang sulit menemukan atau mencari tujuan ini biasanya sering merasa stress, cemas, hingga depresi.
Kenyataannya adalah tujuan bukanlah sesuatu yang harus ditemukan, melainkan sesuatu yang harus kita ciptakan.
Bukan dengan menunggu momen yang tiba-tiba mengubah hidup untuk memberikan tujuan kepada kita.
Sebaliknya, kita berusaha membangunnya, sedikit demi sedikit, memanfaatkan unsur-unsur yang ada di sekitar hidup kita yang dapat memicu emosional diri kita.
Untuk melakukan ini, perlu untuk mengenali "jangkar tujuan" yang sudah ada di sekitar kita.
Jadi, bagaimana kita mengidentifikasi "jangkar tujuan" ini? Berikut adalah 4 langkah untuk mulai menciptakan tujuan yang kamu inginkan.
1. Penyesalan: Hal apa yang akan kamu sesali jika tidak melakukannya?
Merenungkan pertanyaan di atas dapat membuat kamu mendapat wawasan yang kuat tentang apa yang benar-benar penting bagi kamu.
Baca Juga: 5 Zodiak yang Dikenal Paling Ambisius, Siap Capai Semua Tujuan!
Selagi memiliki kemampuan untuk menindaklanjuti sekarang, maka lakukanlah! Sebelum kamu menyesalinya di kemudian hari.
2. Kegembiraan di masa kecil: Apa yang membuat Kamu bersemangat ketika kecil?
Anak-anak biasanya sangat mudah untuk menentukan tujuan hidup mereka. Seperti cita-cita, keinginan saat dewasa nanti, kan?
Mereka bersemangat melakukan hal-hal yang membuat mereka gembira tanpa memikul beban.
Anak-anak juga senang bermain, berkreasi, dan menjelajah tanpa mengkhawatirkan kesuksesan di masa depan.
Kecenderungan alami ini akan berkurang seiring bertambahnya usia, dan akan lebih fokus dengan berkarier, pencapaian, dan validasi eksternal.
Agar bisa menemukan tujuan hidup, ada baiknya kamu mengingat kembari apa yang membuat kamu bersemangat saat masih kecil.
Aktivitas, hobi, atau apapun itu yang secara naluriah menarik minat kamu? Dengan ini, akan memancing hasrat murni yang masih memiliki potensi.
Kenangan ini bisa menjadi dasar untuk membangun tujuan hidup.
3. Seni Pengurangan: Hilangkan yang tidak bermanfaat
Salah satu cara untuk mengidentifikasi "jangkar tujuan" adalah dengan seni pengurangan.
Kamu bisa membuat daftar pertanyaan untuk diri sendiri, seperti "Tugas mana yang tidak kamu sukai atau yang membuat kamu terkuras?".
Fokuslah pada apa yang tersisa pada pekerjaan atau kehidupan yang membuat kamu bersemangat serta bermakna.
4. Bereksperimen
Jika beberapa cara di atas tidak berhasil, kamu bisa mencoba dengan melakukan eksperimen, seperti keluar dari zona nyaman.
Cobalah dengan aktivitas baru, agar bisa menemukan pengalaman baru yang mungkin memacu semangat kamu.
Baca Juga: 4 Zodiak yang Dikenal Tekun untuk Mencapai Tujuan Jangka Panjang, Apa Saja?
Terkadang, tujuan itu bukan sesuatu yang pasti. Bisa jadi, tujuan adalah sesuatu yang kita temukan tanpa di sengaja saat menjalani hidup.
Kuncinya adalah terbuka terhadap proses, biarkan diri kamu dibimbing oleh rasa ingin tahu, bukan dengan kepastian.
Jika kamu mencoba hal baru dan membuat kamu bersemangat, bisa jadi itu merupakan "jangkar tujuan" yang sedang kamu cari.
Daripada mencari "satu hal" yang sulit dipahami, fokuslah pada "jangkar" yang sudah ada dalam hidup kamu.
Cari tahu melalui hal-hal yang mungkin membuatmu menyesal, kegembiraan saat kecil, membuang hal-hal tidak penting, dan yang bikin kamu semangat dari mencoba hal baru.
Langkah-langkah ini bisa membimbing kamu menuju tujuan hidup yang lebih dalam dan lebih autentik.
Membangun tujuan hidup yang bermakna tidak bisa hanyak diam menunggu kesempatan datang.
Tapi, ini tentang menciptakan kehidupan kamu. Semakin banyak hal yang kamu coba, semakin banyak tujuan yang akan kamu temukan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Psychology Today