Kisah Jose Mujica, Mantan Presiden Uruguay yang Dijuluki Presiden Presiden Termiskin di Dunia: Wafat di Usia Ke-89
INDOZONE.ID - Jose Mujica, presiden Uruguay masa jabatan 2010-2015 yang dikenal sebagai 'presiden termiskin' di dunia baru-baru ini dikabarkan telah menghembuskan nafas terakhir di usianya yang ke-89.
Kesederhanannya membuat dirinya dikenal di dunia dan mendapatkan julukan seperti itu.
Semasa hidupnya, Jose menyinggung soal ucapan orang yang menyebutnya presiden miskin.
“Orang miskin adalah mereka yang bekerja keras tetapi selalu merasa kurang,” ucapnya.
Baca Juga: Kisah Imam, Pemuda Madura yang Jadi Penerjemah Presiden Erdogan saat Kunjungan ke Indonesia
Jose meninggal dunia pada usia 89 tahun di rumah pertaniannya di Rincón del Cerro, di pinggiran Montevideo, Selasa (13/5/2025) waktu setempat.
Donasikan gaji dan memiliki kendaraan sederhana
Ia juga dikenal karena gaya hidup sederhananya bahkan selama masa kepresidenannya, ketika ia menolak tinggal di istana kepresidenan dan memilih tetap tinggal di rumah pertanian tempat ia menanam bunga.
Ia mengatakan kepada Al Jazeera pada tahun 2022 bahwa kemewahan seperti itu bisa “memisahkan” presiden dari rakyatnya.
“Aku percaya bahwa para politisi harus hidup seperti mayoritas rakyatnya, bukan seperti minoritas yang beruntung,” jelas Mujica.
Selama menjabat sebagai presiden, Jose mendonasikan 90% gajinya untuk rakyat kurang mampu di negaranya. Satu-satunya mobil yang dia miliki adalah Volkswagen kuno berwarna biru muda keluaran 1987.
Baca Juga: Kabar Duka, Seniman Hamzah Sulaiman Alias Raminten Meninggal Dunia di Usia 75 Tahun
Presiden yang mengeluarkan Uruguay dari kediktatoran militer
Mujica menjadi simbol bagi satu generasi pemimpin politik yang membantu mengarahkan negara mereka keluar dari kediktatoran militer selama paruh kedua abad ke-20. Seperti halnya Petro, Mujica juga adalah mantan pejuang pemberontak.
Sebagai pemuda di tahun 1960-an, ia memimpin para pejuang bersenjata sebagai bagian dari gerakan kiri radikal Tupamaros, yang dikenal karena merampok bank, mengambil alih kota-kota, dan bahkan terlibat baku tembak dengan polisi lokal.
Mujica beberapa kali ditangkap dan menghabiskan hampir satu dekade dalam kurungan isolasi, di penjara tempat ia mengalami penyiksaan.
Penindasan pemerintah terhadap para pejuang kiri turut membuka jalan bagi kudeta pada tahun 1973, diikuti oleh kediktatoran militer brutal yang melakukan pelanggaran HAM seperti penghilangan paksa.
Namun pada tahun 1985, Uruguay memulai transisi menuju demokrasi, dan Mujica serta para pejuang lainnya dibebaskan berdasarkan undang-undang amnesti.
Ucapan belasungkawa
Berita tentang wafatnya Mujica disambut dengan penghormatan dari seluruh dunia, khususnya dari tokoh-tokoh sayap kiri Amerika Latin.
Baca Juga: Kisah Epik Isaac Wright Jr: dari Narapidana Seumur Hidup, Bebasin Diri Sendiri hingga Jadi Pengacara
Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, menulis di media sosial:
“Kami sangat menyesalkan kepergian Pepe Mujica tercinta, sebuah teladan bagi Amerika Latin dan seluruh dunia atas kebijaksanaan, pandangan jauhnya, dan kesederhanaannya.”
Sementara itu, Presiden Chile Gabriel Boric mengenang optimisme Mujica dalam unggahannya sendiri.
“Jika ada satu hal yang kau wariskan, itu adalah harapan yang tak pernah padam bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih baik,” tulisnya.
Presiden Kolombia Gustavo Petro memberikan penghormatan kepada Mujica yang sekaligus menjadi seruan untuk kolaborasi dan integrasi yang lebih besar di seluruh Amerika Latin.
“Selamat tinggal, kawan,” tulis Petro setelah kepergian Mujica, seraya membayangkan sebuah kawasan yang lebih bersatu. “Aku berharap suatu hari nanti Amerika Latin memiliki lagu kebangsaan.”
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Al Jazeera