Jumat, 13 JUNI 2025 • 13:29 WIB

Cara Menghadapi Sikap Avoidant Pada Pasangan Untuk Bangun Hubungan yang Lebih Sehat

Author

Ilustrasi pasangan menikmati sunset

INDOZONE.ID - Punya pasangan yang memiliki sikap avoidant atau dalam istilah sederhananya, yaitu sikap suka menghindar dari situasi yang membuat dirinya seperti memasang batasan pribadi karena kurang suka dengan keintiman dan kedekatan emosional dengan orang lain, memang bukanlah hal yang mudah dan butuh kesabaran yang tinggi.

Pada dasarnya sikap avoidant dalam seseorang sering muncul tanpa disadari, di mana kita nggak memberikan akses ‘masuk’ kepada lawan bicara untuk ikut campur dalam permasalahan yang sedang dihadapi.

Biasanya tanpa sadar sikapnya tersebut juga sering menunjukkan perubahan, seperti menutup diri dan menjauh dari orang lain.

Baca Juga: PNM Mekaar Bantu Transformasi Bisnis Ibu Putri: Dari Pinjaman Rp2 Juta hingga Masuk Mal

Ciri Orang Memiliki Sikap Avoidant

Bukan tanpa sebab, orang yang secara nggak sadar memiliki sikap suka menghindar dan sering menyembunyikan perasaan saat dihadapkan pada situasi emosional, bisa jadi di masa lalu ia nggak pernah diberikan ruang untuk mengekspresikan perasaan emosinya kepada orang lain.

Sehingga akhirnya pembentukan karakter mandiri dalam menyelesaikan masalahnya sering menjadi cara paling aman untuk dirinya sendiri tanpa memperlibatkan orang lain di dalamnya.

Dilansir dari The Attachment Project, ada beberapa ciri untuk mengetahui seseorang punya keterikatan menghindar dalam hubungan:

Baca Juga: Raut Wajah Bahagia Kurir Online Kebagian Daging Kurban Maknai Perayaan Idul Adha

  • Nggak nyaman dengan posisi yang membuatnya punya kedekatan secara emosional.
  • Nggak suka membuka diri kepada orang lain atau sulit mengungkapkan perasaannya.
  • Sulit percaya dan mengandalkan orang lain.
  • Lebih suka menjaga batasan dalam hubungan.
  • Suka menjauh saat seseorang mencoba mendekatinya secara emosional.
  • Lebih suka menyelesaikan konfliknya sendiri.
  • Sering keliatan jauh, acuh tak acuh, bahkan dingin.
  • Melihat dirinya sebagai orang yang mandiri.
  • Mungkin akan bertindak meremahkan pasangan yang lebih bisa mengekspresikan emosinya.

Cara Menghadapi Sikap Avoidant Terhadap Pasangan

Meskipun terasa sulit untuk dipahami, bukan berarti pasangan kita nggak cinta. Karena orang yang punya sikap avoidant masih bisa loh untuk menjalani hubungan secara sehat selama saling tahu cara menghadapinya.

Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi pasangan yang punya karakter avoidant:

1. Berikan Ruang Pribadi

Orang yang punya keterikatan menghindar biasanya perlu waktunya untuk menyendiri dalam memahami emosinya, karena dengan begini mereka akan merasa lebih nyaman dan aman dalam memahami perasaannya sendiri.

Dan sebagai pasangannya, nggak perlu takut merasa diabaikan jika pasanganmu terlihat memberikan jarak. Cukup pahami bahwa setiap orang perlu waktu untuk menenangkan dirinya sendiri saat mengelola emosinya sebelum melibatkan perasaannya dengan orang lain.

2. Buka Ruang Komunikasi Dua Arah, Tapi Jangan Terlalu Memaksa

Pada dasarnya dalam sebuah hubungan apapun komunikasi memang menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan ruang untuk saling berpengertian.

Namun jika kalian punya pasangan yang memiliki sikap avoidant, melakukan hubungan komunikasi dua arah memang mungkin sulit untuk dilakukan, tapi bukan berarti nggak bisa.

Kamu mungkin bisa mulai mencoba membangun keintiman dengan membuka obrolan bersama pasangan secara bertahap saat kondisinya dirasa sudah mulai aman untuk dilakukan diskusi bersama.

Caranya, kamu bisa menggali perasaannya dengan memvalidasi emosinya sebelum meyakinkan dirinya bahwa nggak masalah dengan mengekspresikan perasaannya secara jujur.

Akan tetapi juga jangan terlalu memaksa jika pada dasarnya pasanganmu belum cukup siap menunjukkan perasaannya guna menghindari komunikasi yang sifatnya jadi konfrontatif atau menimbulkan pertengkaran.

Kamu juga bisa memancingnya seperti memberikan contoh kepada pasangan kamu dengan jaminan yang bisa menenangkan mereka, seperti ‘aku di sini siap dengerin kamu’ atau kamu juga bisa contohkan komunikasi saat kamu butuh ruang sendiri, seperti ‘aku lagi butuh waktu sendiri nih, nanti aku hubungin kamu kalau perasaanku udah mendingan ya’, dan lain sebagainya yang bisa memancingnya untuk melakukan hal yang sama saat dihadapkan pada situasi tersebut.

Karena berani terhubung dengan orang lain, maka juga harus berani untuk menyelesaikan segala permasalahan secara bersama dengan komunikasi yang juga sehat.

3. Pahami Gaya Keterikatan Satu Sama Lain untuk Menghentikan Polanya

Nggak ada salahnya untuk bersikap mengalah saat dihadapi pada situasi di mana kamu sadar bahwa pasanganmu termasuk tipe yang suka menghindar dari situasi tertentu.

Karena dengan begitu kamu sudah berusaha untuk mencoba memahami gaya keterikatannya dan paham atas batasan-batasan tertentu yang mungkin belum bisa kamu sentuh.

Yang terpenting jangan putus dalam hal komunikasi dengan terus memancingnya dengan pendekatan terbaik yang bisa kamu lakukan, tanpa memaksa mereka untuk langsung terbuka tentang perasaannya.

Dengan memahami gaya keterikatan seperti ini, maka kamu juga akan menemukan pola untuk membantu pasangan kamu atau mungkin diri kamu yang punya sikap avoidant.

Yang mana kemudian berlatih dalam membangun kepercayaan diri dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk mendukung dan membagi perasaan emosionalnya kepada orang lain secara perlahan dengan perasaan yang juga lebih nyaman tanpa merasa kewalahan atau nggak terkendali.

4. Pahami Bahwa Kita Tidak Bisa Selalu ‘Menyelamatkan’ Orang Lain

Banyak orang yang mengira saat menjalani hubungan dengan orang lain, maka disertai dengan keyakinan kita juga dapat memperbaiki atau ‘menyelamatkan’ orang lain dari pengalaman di masa lalunya.

Namun apabila praktik ini nggak turut disertai dengan self-awareness dari pihak yang bersangkutan untuk sama-sama belajar mengelola pemicu dan sifat keterikatan mereka, maka akan sulit juga untuk menyembuhkannya.

Maka dari itu, selain diri kita yang terus mendorong pasangan secara lembut dengan membantunya memberikan rasa aman dan ruang komunikasi yang menimbulkan rasa kepercayaan, juga harus disertai dengan kesadaran diri dari pasangan kamu untuk turut melakukan perubahan demi hubungan yang lebih sehat.

5. Pertimbangkan Bimbingan Psikologis

Saat ternyata komunikasi yang kamu lakukan sudah dilakukan secara maksimal namun masih belum menemukan titik temunya.

Mungkin jawaban paling terbaik adalah dengan mempertimbangkan bimbingan psikologis dengan tujuan untuk membantu kamu atau pasangan kamu dalam mencari pemicu keterikatan, mengendalikan, atau mengatasi sikap avoidant.

Sesi terapi juga dikatakan jadi jalan pilihan sesi keterbukaan yang tepat sebagaimana terapis juga akan membantu kamu dalam mengelola dan mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan tanpa takut perasaannya tersebut ditolak atau dihakimi.

Menghadapi pasangan yang punya sikap avoidant memang bukanlah hal yang mudah. Saat kamu menaruh rasa peduli kepada orang lain, jangan sampai kamu melupakan kebutuhan emosional diri sendiri, ya.

Karena kunci suksesnya hubungan selain menciptakan ruang komunikasi yang sehat dengan berkomitmen, menaruh rasa saling mendukung dan memahami satu sama lain, juga disertai bagaimana kita bisa lebih sayang kepada diri sendiri.


Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: The Attachment Project