Sabtu, 08 OKTOBER 2022 • 14:08 WIB

Pernah Bergidik Saat Kencing? Ternyata Ini Penyebabnya

Author

Ilustrasi seseorang yang hendak pipis di toilet. (Pixabay)

Kamu pernah enggak sih, merasakan sensasi bergidik atau geli saat kencing? Kalau iya, hal itu masih dianggap wajar dan umumnya sering terjadi pada pria. Namun, apa penyebab fenomena aneh ini? Belum ada yang benar-benar tahu sebab pastinya.

Akan tetapi, pengetahuan para ilmuwan tentang kandung kemih dan hubungannya dengan sistem saraf, mungkin bisa menjawab pertanyaan soal itu. Para ilmuan menjelaskannya dengan dua ide utama, yakni penurunan suhu dan sistem saraf.

Dikutip Indozone dari Live Science, bergidik saat kencing atau pee shiver, dinilai bisa terjadi akibat penurunan suhu ketika urine hangat keluar dari tubuh. Alasan ini dianggap masuk akal, karena tubuh manusia biasanya menggigil akibat merasakan dingin yang mendadak.

Baca Juga: Muncul Kristal saat Buang Air Kecil Belum Tentu Pertanda Batu Ginjal, Ini Penjelasan Ahli

Perihal buang air kecil, itu membuka bagian bawah tubuh untuk mengeluarkan urine yang hangat dari tubuh. Hal tersebut menciptakan ketidakseimbangan suhu internal tubuh (suhu dingin), yang memicu geli atau bergidik yang enggak terkendali.

Namun, enggak semua ilmuwan setuju dengan alasan tersebut. Salah satunya adalah Dr Simon Fulford, ahli urologi di Rumah Sakit James Cook University, Inggris. Ia justru lebih cenderung menyetujui alasan kedua mengenai sistem saraf, yaitu kebingungan antara sinyal dan sistem saraf otonom (ANS).

Fulford menjelaskan, proses kencing diawasi oleh ANS, pusat kendali otak yang mengatur fungsi tubuh otomatis seperti suhu dan detak jantung. Tapi, kencing enggak sepenuhnya otomatis, karena kita memiliki kontrol sukarela ketika kencing.

Sebelum kencing diatur ANS, ia harus melewati sistem saraf parasimpatik (PNS) dan sistem saraf simpatetik (SNS). Ketika kandung kemih penuh, reseptor peregangan kecil di dinding ototnya mendeteksi gerakan. Ini kemudian mengaktifkan satu set saraf di sumsum tulang belakang yang disebut saraf sakral.

Baca Juga: Kenali Gejala Gagal Jantung, Sulit Fokus hingga Sering Buang Air Kecil di Malam Hari

Kemudian, PNS masuk untuk membuat otot kandung kemih berkontrasksi dan mempersiapkannya mendorong urine keluar dari tubuh. Proses otonom ini bekerja seperti sakelar yang menekan reflek saraf instruktif, ketika kandung kemih masih terisi. Hal aneh dari pengaturan ini adalah, urine yang meninggalkan tubuh membuat tekanan darah menurun.

"Tampaknya ada bukti yang baik bahwa tekanan darah akan naik sedikit ketika kandung kemih penuh. Tekanan darah ini akan turun saat berkemih atau sesaat setelahnya," ujar Fulford dikutip dari Live Science, Sabtu (8/10/2022).

Tekanan darah yang mendadak turun ini, memicu sistem saraf simpatetik memberi respons melawan atau lari dari tubuh. Untuk diketahui, SNS mengatur banyak faktor, termasuk tekanan darah, sebagai bagian dari reaksi ini. Ketika SNS mendeteksi tekanan darah rendah, ia melepaskan serangkaian neurotransmiter yang disebut katekolamin.

Neurotransmitter ini punya fungsi secara hati-hati mengembalikan tekanan darah ke keseimbangan sebelumnya di seluruh tubuh. Ketika berhubungan dengan kencing, mungkin gelombang katekolamin inilah yang menimbulkan sensasi bergidik atau geli.

Baca Juga: Jangan Sepele! Ini 3 Bahaya Menahan Pipis saat Perjalanan Mudik

Fulford mengatakan, fenomena serupa yang disebut dysreflexia otonom kadang terjadi pada pasien dengan cedera tulang belakang. Hal ini terjadi ketika stimulus, seperti kandung kemih penuh, terjadi di bawah tempat cedera tulang belakang.

"(Hal itu menghasilkan), dalam respons sistem saraf otonom berlebihan yang menyebabkan tekanan darah naik dengan cepat, denyut nadi turun, dan pasien menyiram dan keringat," jelas Fulford.

Reaksi enggak konsisten ini menggemakan getaran aneh yang kamu dapatkan ketika kencing. Petunjuk lainnya adalah, fenomena ini lebih sering dialami pria dibanding wanita.

Hal Itu kemungkinan disebabkan karena pria biasanya berdiri ketika kencing, yang mengintensifkan penurunan tekanan darah melalui getaran tersebut. Meski begitu, keanehan ini enggak perlu kamu khawatirkan berlebihan.

"Belum ada penelitian substansial mengenai hal ini, tapi itu adalah fungsi tubuh yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan," imbuh Dr Grant Stewart, ahli bedah urologi di Cambridge University, Inggris.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERBARU
Link berhasil disalin!