Kamis, 30 MARET 2023 • 13:47 WIB

Virus Marburg Tewaskan 27 Jiwa di Afrika, Akankah Menyebar ke Indonesia?

Author

Ilustrasi virus Marburg (Freepik/zaie)

Masyarakat dunia tengah dihebohkan dengan kemunculan virus Marburg (MVD) yang menyebar di Afrika. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa penularan virus Marburg masih terus terjadi di Guinea Khatulistiwa pada 22 Maret 2023.

Tercatat jumlah total kasus konfirmasi dan probable saat ini ada 29 kasus, termasuk 27 kematian. Lantas, bagaimana kemungkinan virus Marburg di Indonesia?

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Muhammad Adib Khumaidi, SpOT, berbicara soal kemungkinan penyebaran virus marburg di Indonesia. Menurutnya, harus ada upaya-upaya pencegahan penyebaran penyakit, terlebih transportasi internasional kini sudah berjalan normal.

"Karena kita negara yang istilahnya itu juga ada transportasi publik ya dari luar negeri juga, maka upaya-upaya di dalam mencegah penyebaran penyebaran penyakit dari luar negeri itu menjadi suatu proses yang harus dilakukan," jelas dr Adib dalam keterangannya di Jakarta Pusat, Kamis (30/3/2023).

"Sehingga perkembangan-perkembangan adanya penyakit dari luar negeri itu harus menjadi suatu langkah antisipatif yang harus dilakukan. Artinya COVID kemarin kan juga kondisinya seperti ini juga," sambungnya.

Baca juga: 5 Orang di Tanzania Meninggal Akibat Virus Marburg, Alami Pendarahan hingga Gagal Ginjal

Dr Adib menegaskan, harus menjadi kewaspadaan pemerintah dan penting untuk disosialisasikan pada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menyadari dan paham akan ancaman virus tersebut.

"Sekaligus yang paling penting yang  harus dilakukan adalah sosialisasi terkait virus yang baru ini. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi sebagai salah satu upaya untuk masyarakat agar waspada," terangnya.

Pentingnya Karantina

Ilustrasi orang karantina (freepik)

Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai pemerintah perlu menerapkan karantina pelaku perjalanan dari Afrika. Mengingat, tren kasus virus Marburg dengan angka kematian mencapai 90 persen.

"Saya menganjurkan pertama, dari para pendatang Afrika khususnya yang mengalami KLB untuk mendapatkan pemeriksaan yang ketat, dalam hal ini perlu saya kira mewajibkan adanya karantina, penting sekali setidaknya satu minggu lah, atau lima hari misalnya," terang dr Dicky dalam keterangannya, Kamis (30/3/2023).

Dicky mengatakan, masa inkubasi virus Marburg hingga dua minggu sehingga gejala yang ditimbulkan relatif lebih lama muncul.

Baca juga: Virus Marburg Berpotensi Pandemi, Kemenkes Pantau Kedatangan dari Afrika

Oleh karenanya, Dicky mengimbau masyarakat Indonesia untuk menghindari perjalanan tidak perlu sementara waktu ke Afrika terutama pada daerah 'hotspot' atau penyebaran virus. Imbauan tersebut baiknya dirilis secara resmi oleh Kementerian terkait.

"Ini untuk memastikan mereka tidak dalam fase masa inkubasi, kemudian termasuk bagi para WNI, kita yang berencana ke Afrika untuk dipesankan berhati-hati, bahkan disarankan untuk tidak ke sana," pesan Dicky.

"Kecuali hal yang sangat diplomatik ya misalnya misi diplomatik, misi bisnis dan itupun jangan ke wilayah yang sedang menjadi pusat atau epicentrum dari outbreak ini. Ini penting sekali dirilis anjurannya oleh Kemenlu bekerja sama dengan Kemenkes RI," sambungnya.

Langkah Kemenkes RI Hadang Virus Marburg

Ilustrasi virus Marburg (Freepik/kjpargeter)

Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, saat ini pemerintah telah melakukan pengetatan di berbagai pintu masuk pelabuhan dan transportasi udara melalui skrining.

"Jadi untuk Marburg ini kita sudah deteksi beberapa negara yang ada, terutama di Afrika, jadi penguatan pintu masuk itu terus dilakukan seperti biasa," jelas dr Maxi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

"Jadi untuk negara-negara yang terinfeksi kedatangan di daerah itu, di skrining pada pintu masuk terutama di Pelabuhan dan Udara," imbuhnya.

Selain itu, pihak Kemenkes juga telah menyiapkan laboratorium khusus untuk mendeteksi virus Marburg.  

"Seperti COVID-19 sama persis, ada gejala, dilakukan pemeriksaan. Kemudian rujukan diambil sampel dan diperiksa, kita sudah mempersiapkan, seperti laboratorium sudah ada," pungkas dr Maxi.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir