INDOZONE.ID - Informasi seputar mitos dan fakta dalam perkembangan otak anak sering kali membuat orang tua bingung.
Dalam artikel ini, kita akan membongkar empat mitos umum yang sering dihadapi orang tua mengenai perkembangan otak anak.
Harapannya, kamu dapat memahami lebih jelas apa yang sebenarnya dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Mitos #1: "Bermain hanya untuk bersenang-senang - itu bukan pembelajaran."
Fakta: Bermain adalah pembelajaran - dan orang dewasa memiliki peran penting dalam keseruan ini.
Ketika kamu meletakkan anak di atas selimut atau mat untuk tengkurap, berada di levelnya dan bermain bersama, satu lawan satu, tatap muka, dengan menyanyikan lagu dan menunjukkan bentuk serta warna benda di sekitar.
Anak yang masih kecil sangat tertarik pada wajah dan sebenarnya sedang memperhatikan kamu mengucapkan kata-kata melalui gerakan mulut. Ini mempersiapkan mereka untuk berbicara.
Mitos #2: "Perkembangan otak adalah hal genetik. Saya tidak memiliki kendali atas pertumbuhan otak anak saya."
Fakta: Pengalaman sehari-hari dan keterlibatan verbal menentukan bagaimana sel-sel otak anak akan membentuk dan terhubung satu sama lain.
Saat seorang anak tidak menerima pengalaman awal yang sederhana namun penting, seperti diajak berbicara, dibacakan cerita, dan dinyanyikan lagu secara dini dan sering, ini dapat berdampak negatif pada perkembangan koneksi di otak.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami lebih banyak interaksi positif dan kasih sayang antara orang dewasa dan anak, akhirnya memiliki kosa kata yang lebih besar, lebih baik di sekolah, lulus dari sekolah menengah, dan bahkan memiliki masa depan yang lebih sukses.
Baca Juga: Studi Ini Ungkapkan Memukul Anak Bisa Pengaruhi Perkembangan Otak Anak!
Mitos #3: "Belajar dimulai ketika anak masuk prasekolah."
Fakta: Meskipun prasekolah dan taman kanak-kanak secara umum dianggap sebagai awal "pendidikan formal" anak, kamu sebagai orang tua adalah guru terpenting anak.
Untungnya, kamu tidak memerlukan rencana pelajaran khusus untuk mulai mengajarkan anak. Setiap permainan seperti bercanda-canda, sekecil itu pun, bisa menjadi momen pembelajaran.
Buku adalah salah satu alat yang paling efektif untuk melibatkan anak dalam pembelajaran, bahkan sejak bayi.
Studi menunjukkan bahwa mendorong komentar dan tanggapan anak selama waktu cerita dapat mengakselerasi perkembangan bahasa anak usia dua tahun hingga sembilan bulan.
Baca Juga: Benarkah Petai Bikin Otak Anak Jadi Cerdas?
Mitos #4: "Jika ingin anak pintar, perlu membeli mainan edukasi"
Fakta: Tidak ada bukti bahwa mainan edukasi yang mahal memiliki dampak pada perkembangan otak.
Bahkan, seringkali mereka bisa memberikan stimulasi berlebihan pada anak, yang tidak akan membuat anak jadi lebih cerdas.
Meskipun bagus memiliki berbagai mainan berwarna-warni di rumah, "mainan" terbaik untuk anak adalah kamu dan suaramu.
Bicara, membaca, dan menyanyi kepada anak adalah aktivitas yang paling efektif yang dapat kamu lakukan bersama anak.
Terlepas dari mitos yang beredar, kunci utama dalam mendukung perkembangan otak anak terletak pada interaksi dan pengalaman sehari-hari.
Dari bermain hingga membaca, setiap momen bersama anak menjadi langkah penting dalam membentuk fondasi kognitif mereka.
Jangan tergoda oleh mitos yang mengarah pada pembelian mainan mahal atau kegiatan "formal" yang dimulai di prasekolah.
Hal yang paling berharga adalah waktu dan perhatian orang tua, karena itulah yang akan membentuk otak dan masa depan cerah anak-anak kita.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: First5california.com