Selasa, 24 DESEMBER 2024 • 16:03 WIB

Brain Rot Mengintai Gen Z karena Kecanduan Game, Scrolling hingga FOMO

Author

  Ilustrasi bermain social media dan game yang menyebatkan brain rot. (Freepik)

INDOZONE.ID - Brain rot, suatu istilah yang baru-baru ini bertebaran di internet. Sebenarnya sudah muncul sejak lebih dari 200 tahun lalu. Tepatnya pada tahun 1854 oleh Henry David Thoreau dalam bukunya yang berjudul "walden."

Thoreau menggambarkan brain rot sebagai keadaan saat seseorang menekan naluri bawaannya untuk mencari tahu hal baru dan malah melakukan kebiasaan tidak reflektif. Unreflective habits atau kebiasaan tidak reflektif dalam hal ini merujuk pada kebiasaan mengabaikan rasa ingin tahu dan keinginan untuk mengeksplorasi serta memahami lingkungan sekitar secara mendalam.

Kebiasaan ini di antaranya adalah melakukan sesuatu hanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial tanpa memperhatikan nilai dan keinginan pribadi, berfokus pada kebutuhan dasar dan mengabaikan peluang untuk pengembangan diri, dan mengobrol tentang topik-topik viral tanpa memahami makna dan dampaknya secara mendalam.

Arti brain rot saat ini lebih merujuk pada kondisi mental fogginess dan penurunan kognitif akibat paparan layar berlebih. Mental fogginess atau dalam bahasa Indonesia berarti kabut mental menggambarkan kesulitan untuk berpikir jernih, fokus, dan mengingat sesuatu seolah-olah ada kabut yang menghalangi pikiran.

Baca Juga: Habits Gen Z Pengaruhi Kesehatan Mental, Eks Menkes Nila Moeloek Beri Pesan Ini

Kembali ke brain rot, penggunaan internet melalui HP, laptop, atau perangkat lainnya untuk mengakses salah satunya media sosial menghantarkan pada jumlah informasi yang sangat banyak. Berbagai macam konten baik itu konten menggembirakan maupun konten yang membuat tidak nyaman bercampur aduk sehingga sulit untuk menentukan apa yang baik dan tidak untuk ditampilkan di layar.

Terkadang melihat foto influencer dengan gaya yang memukau serta penampilan yang hampir selalu melalui proses pengeditan dapat mendorong rasa ketertinggalan atau kesenjangan yang jelas antara level kehidupan.

Selain itu, algoritma juga tidak secara penuh menjauhkan paparan berita negatif serta informasi tidak berguna. Ini bisa menyebabkan kelelahan mental, stress, demotivasi, maupun penurunan produktivitas.

Berdasarkan newport institute, brain rot hadir dalam berbagai bentuk yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Gaming

Tidak jarang ditemui pemain game yang kecanduan sehingga menghabiskan sebagian besar waktunya di depan layar.

2. Zombie Scrollin

Seperti namanya, zombie scrolling berarti kondisi seseorang yang menggulirkan layarnya beralih dari konten yang satu ke konten yang lain tanpa tujuan yang jelas. Ini seperti zombie yang digambarkan dalam film berkeliaran tanpa arah.

Baca Juga: Hati-hati! Kecanduan Gadget Bisa Bikin Anak Depresi hingga Narsistik

3. Doomscrolling

Keinginan untuk selalu up to date atau mengetahui informasi terkini sekalipun informasinya mengganggu dan membuat tidak nyaman adalah arti dari doomscrolling. Ini hampir seperti FOMO (fear of missing out) yang tidak ingin melewatkan informasi. Lebih jelasnya, FOMO didorong oleh pengalaman menyenangkan orang lain sedangkan doomscrolling didorong oleh keinginan untuk selalu terinformasi.

4. Social Media Addiction

Penggunaan media sosial memang memberikan rasa senang sehingga cocok menjadi media pelepas penat. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan berlebih dapat menjadi kebiasaan dan kecanduan. Ini mengakibatkan seseorang berulang kali mengakses media sosial yang mana dapat mengakibatkan kesulitan berpikir jernih.

Mengakses internet memang sangat penting dan memberikan banyak manfaat, Namun tidak dapat dipungkiri bahwa internet juga berpotensi membawa dampak negatif seperti brain rot. Penting untuk membatasi paparan layar terhadap hal-hal penting saja.

Apabila merasa telah menscroll layar tanpa tujuan, segera hentikan dan lakukan aktivitas lainnya. Tetap waspada agar tidak terkena brain rot ya!

Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: NPR