INDOZONE.ID - Bagi kebanyakan wanita, nyeri pada area vagina sering kali menjadi masalah yang tidak terlihat, kerap diabaikan, salah diagnosis, atau disalahpahami.
Salah satu kondisi yang sering terabaikan adalah vulvodynia, yaitu sindrom nyeri kronis pada vulva yang dapat membuat aktivitas sehari-hari dan hubungan intim menjadi sangat menyakitkan.
Kondisi ini memicu sensasi terbakar, gatal, atau ketidaknyamanan yang terus-menerus tanpa penyebab atau pengobatan yang jelas.
Baca Juga: 3 Cara Alami Mencerahkan Kulit Sekitar Vagina: Mudah Dilakukan di Rumah!
Meskipun memengaruhi jutaan orang, vulvodynia masih diselimuti stigma, membuat banyak penderitanya memilih untuk diam dan menahan rasa sakit.
Vulvodynia: Gejala dan Klasifikasi
Dr. Sowmya memaparkan bahwa kemunculan vulvodynia ini ditandai dengan nyeri kronis yang terlokalisasi di vulva.
"Vulvodynia muncul sebagai nyeri kronis yang terlokalisasi di vulva, tetapi gejalanya sangat bervariasi pada setiap individu. Sementara beberapa wanita mengalami nyeri yang berkelanjutan, yang lain hanya merasakannya saat ditekan atau disentuh," katanya.
Karena ini khususnya bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari, hubungan dekat, dan kesehatan mental secara umum.
Menurut sebuah penelitian tahun 2023, vulvodinia memengaruhi sekitar 8-16% individu dengan vulva, yang berakibat negatif pada kualitas hidup dan kesehatan mental mereka.
Kondisi kronis ini bisa memicu depresi, kecemasan, dan penurunan kesejahteraan secara menyeluruh.
Diagnosis yang tertunda dan pengobatan yang tidak memadai dapat menyebabkan penderitaan berkepanjangan, bahkan terkadang berujung pada keputusasaan.
Biasanya, vulvodinia didiagnosis melalui proses eliminasi karena tidak ada tes khusus yang dapat memastikan keberadaannya.
"Jika semua tes diagnostik menyingkirkan infeksi, masalah dermatologis, atau penyebab patogenik lainnya, diagnosis vulvodynia dapat ditegakkan. Terkadang, kurangnya kriteria diagnostik yang ditetapkan dengan tepat mengakibatkan kesalahan diagnosis, yang memperburuk masalah wanita dalam menerima terapi yang tepat," tegas Dr. Sowmya.
Fakta Risiko Potensial dan Alasan di Baliknya
Walaupun penyebab pasti vulvodynia masih belum diketahui, berikut ini adalah beberapa faktor yang dipercaya dapat berperan menurut para ahli:
- Kerusakan saraf kronis atau hipersensitivitas terhadap sinyal nyeri.
- Meningkatnya kepekaan terhadap peradangan, sebelumnya infeksi vagina mengubah persepsi nyeri.
- Reaksi biologis normal terhadap cedera.
- Kejang otot dasar panggul.
- Aspek psikologis mencakup stres dan kecemasan.
Komponen-komponen ini menyoroti sifat kompleks dari kondisi tersebut dan perlunya pendekatan multidisiplin untuk perawatan yang efektif.
Cara Mengobati Vulvodynia
Pengobatan vulvodinia telah mengalami perkembangan selama bertahun-tahun.
Walaupun antidepresan trisiklik sebelumnya sering direkomendasikan, efektivitasnya kini masih menjadi perdebatan.
Pendekatan terapi modern lebih menekankan pada kombinasi perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien.
Baca Juga: 8 Makanan yang Bantu Kurangi Bau Vagina, Rahasia Merawat Area Intim
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang umum digunakan:
- Terapi fisik dasar panggul bertujuan untuk merelaksasikan otot-otot di sekitar vagina, sehingga membantu meredakan ketegangan dan kejang.
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dapat meningkatkan kemampuan mengelola dampak emosional akibat rasa sakit, kecemasan, dan stres.
- Penggunaan anestesi lokal, krim estrogen, atau obat penstabil saraf dapat membantu meredakan gejala nyeri.
- Suntikan Botox berfungsi untuk mengendurkan otot-otot dasar panggul yang tegang, sehingga mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
- Terapi alternatif seperti akupunktur dan blok saraf, yang menargetkan sirkuit nyeri, juga dapat memberikan kelegaan dan mengurangi gejala.
- Obat antiperadangan efektif dalam menurunkan peradangan lokal dan mengurangi sensasi nyeri.
- Vestibulektomi, yang memberikan kelegaan signifikan bagi hampir separuh pasien, biasanya menjadi pilihan terakhir dalam kasus yang sulit ditangani.
Dr. Sowmya meluruskan bahwa, "Dengan memecah kesunyian seputar vulvodinia, dokter akan bisa memberikan edukasi, pilihan pengobatan, dan alat yang dibutuhkan wanita untuk menangani kondisi yang menantang ini. Menangani aspek psikologis dan fisik akan membantu mereka yang terkena penyakit yang tidak terlihat tetapi melumpuhkan ini menjalani kehidupan yang lebih baik," ujarnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Onlymyhealth.com