Banyaknya manusia di muka bumi ini, membuat berjuta-juta orang berlomba untuk menjadi yang terbaik hingga dikenal dunia. Namun, ambisi tersebut nyatanya tak dimiliki oleh semua orang.
Pasalnya, ada beberapa orang yang menganut kehidupan slow living. Konsep hidup ini minim ambisi dan cenderung menikmati hidup. Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep kehidupan ini, yuk simak apa itu slow living.
Ilustrasi hidup slow living (freepik.com)
Sesuai dengan namanya, slow living adalah konsep hidup yang dijalani dengan berfokus pada hari-hari yang sedang dijalani.
Gaya hidup ini menekankan pentingnya melambat, merenung, dan menikmati setiap momen dalam kehidupan sehari-hari.
Slow living adalah tanggapan terhadap masyarakat yang semakin sibuk dan terobsesi dengan produktivitas serta kecepatan dalam menjalani kehidupan.
Baca Juga: 7 Cara Menigkatkan Kualitas Diri Jadi Lebih Baik, Yuk Terapin!
Ilustrasi slow food dengan tetap mempertahankan makanan daerah (freepik.com)
Kemunculan slow living tentu diawali dari sebuah hal yang membentuk ide ini.
Dilansir dari slowlivingldn, konsep hidup slow living pertama kali muncul pada tahun 1980an di Italia.
Pada saat itu, konsep hidup ini diawali dari gerakan "Slow Food", yaitu sebuah gerakan yang mempertahankan tradisi makanan daerah yang diinisiasi oleh Carlo Petrini dan sekelompok aktivis saat menghadapi pembukaan McDonald's.
Hingga kini, gerakan "Slow Food" memiliki pendukung di lebih dari 150 negara dan terus melindungi tradisi gastronomi, mempromosikan upah yang adil bagi produsen, mendorong kenikmatan makanan berkualitas baik, dan terlibat dalam aktivitas seputar keberlanjutan.
Sejak saat itu, Carl Honoré, salah satu penulis dan pembicara paling terkenal tentang slow living membantu membawa konsep hidup lambat ke arus utama pada tahun 2004 dengan menerbitkan bukunya In Praise of Slowness.
Honoré mengeksplorasi bagaimana gerakan "Slow Food" memicu gerakan hidup lambat yang lebih luas dengan 'lambat' hingga dapat diterapkan ke area kehidupan lain yang telah mengalami percepatan besar, termasuk pekerjaan, mengasuh anak, dan rekreasi.
Sejak penerbitan buku, kecepatan hidup kita terus meningkat, begitu pula kesadaran akan gerakan hidup yang lambat. Ini karena semakin banyak orang mengakui bahwa lebih cepat tidak selalu lebih baik.
Baca Juga: Ingin Menjadi High Value Woman? Pelajari 10 Sifat Membangun Ini!
Ilustrasi slow living (freepik.com)
Meski slow living terkesan seperti hidup yang minim ambisi dan tak tentu tujuan, gaya hidup ini nyatanya memiliki prinsipnya tersendiri, seperti berikut.
Hidup slow living mengurangi ketergantungan pada hal-hal materi dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting saja.
Dalam hal ini, slow living dijalani dengan menghindari terlalu banyak agenda dan terlalu banyak kewajiban dalam waktu yang terbatas, sehingga ada ruang untuk relaksasi dan koneksi dengan diri sendiri dan orang lain.
Orang yang menjalani slow living memiliki kesadaran tentang bagaimana waktu dihabiskan dan menghindari terjebak dalam penggunaan waktu yang sia-sia.
Slow living juga dijalani dengan memaknai setiap momen yang dialami dengan saksama dan menghargai keindahan kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Menghabiskan waktu di alam dan lebih terhubung dengan lingkungan sekitar, selain itu kembali ke alam akan menciptakan ruang untuk diri sendiri, sehingga kamu bisa merenung, bermeditasi, atau melakukan aktivitas kreatif tanpa gangguan.
Baca Juga: Studi Sebut Orang yang Sering Memasak di Dapur Punya Kehidupan Lebih Bahagia
Itulah yang dapat kamu ketahui tentang apa itu slow living. Jika kamu selalu memiliki fase hidup yang cepat, tak ada salahnya untuk mencoba konsep hidup ini agar kamu terus mengingat bahwa kamu hidup untuk hari ini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber