Ilustrasi penduduk di salah satu kota di Jepang. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
INDOZONE.ID - Sebuah penelitian yang dilakukan Value Management Institute mengungkapkan, Jepang membutuhkan setidaknya 6,74 juta pekerja asing pada tahun 2040. Jumlah ini mencapai hampir empat kali lipat jumlah pekerja asing pada 2020, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata sekitar 1,24%.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa kesenjangan antara desa dan kota di Jepang kemungkinan akan semakin buruk seiring berjalannya waktu. Di mana semua prefektur di Jepang, kecuali Tokyo akan menghadapi kekurangan tenaga kerja pada tahun 2040.
Prefektur Kyoto misalnya, diperkirakan akan kekurangan sekitar 39% pekerja dari yang dibutuhkan. Sementara pulau utara Hokkaido akan mengalami tingkat kekurangan hampir 32%.
Baca Juga: Keren! Mba Minimarket di Purwokerto Ini Fasih Berbahasa Jepang Bermodalkan Nonton Anime
"Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa perkiraan ini relatif konservatif, karena model tersebut mengasumsikan hampir tidak ada pertumbuhan ekonomi," tulis hasil penelitian itu, dinukil Straits Times, Senin (25/12).
Ini artinya, setiap peningkatan signifikan dalam aktivitas perekonomian akan membuat kelangkaan tenga kerja ini semakin parah.
Sementara itu, dalam penelitian lain menemukan bahwa, Jepang mungkin akan kekurangan lebih dari 11 juta pekerja pada tahun 2040, karena penuruna jumlah penduduk signifikan. Kondisi ini pun membuat tantangan ekonomi yang harus dihadapi negara ini semakin besar.
Di sisi lain, menurut lembaga pemikir independen, Recruit Works Institute, populasi usia kerja diperkirakan akan menurun dengan cepat pada tahun 2027. Dengan pasokan pekerja diperkirakan akan menyusut sekitar 12% pada tahun 2040, dibandingkan tahun 2022, meskipun permintaan tenaga kerja tetap stabil.
Untuk mengatasi masalah ini, sebelumnya Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menjadikan upaya peningkatan angka kelahiran di Jepang sebagai prioritas bagi pemerintahannya. Upaya ini dilakukan beriringan dengan peningkatan pelatihan kepada pekerja, dengan anggaran sekitar 1 triliun yen atau S$10 miliar), untuk melatih pekerja agar dapat melakukan lebih banyak pekerjaan berketerampilan tinggi dalam lima tahun ke depan.
Studi ini juga memperingatkan bahwa kekurangan tenaga kerja kemungkinan akan menjadi masalah besar bagi sektor-sektor padat karya seperti transportasi dan konstruksi, serta layanan kesehatan karena meningkatnya permintaan dari populasi yang menua. Selain itu, masalah ini juga bakal berdampak pada penurunan ekonomi Jepang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters