INDOZONE.ID - Pada Selasa, (11/6/2024) mahasiswa Universitas Andalas yang merupakan volunteer dari American Corner UNAND mengadakan talk show mengenai menjadi perempuan difabel dan pentingnya inklusivitas di Sumatera Barat. Kegiatan ini dipimpin oleh Putiviola Elian Nasir yang merupakan dosen Hubungan Internasional Universitas Andalas.
Talk show tersebut berlangsung di American Corner Universitas Andalas Kampus Limau Manis. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan dihadiri oleh 25 orang mahasiswa dari berbagai prodi serta kampus. AmCor UNAND juga turut mengundang dua orang penyandang disabilitas yang juga mahasiswa sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut.
Tidak hanya itu, dua orang teman Tuli yang merupakan mahasiswa UNAND pun ikut menghadiri kegiatan ini untuk berbagi pengalaman.
Acara talk show mengenai perempuan difabel dan inklusivitas di Sumatera Barat ialah salah satu dari serangkaian kegiatan yang diadakan AmCor UNAND dalam series West Sumatran Women's Voices and Their Power.
Baca Juga: Curahan Hati Wanita Disabilitas Bertubuh Mini dalam Pentas Menembus Batas di Yogyakarta
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya akses bagi penyandang disabilitas untuk menciptakan lingkungan yang inklusif. Aksesibilitas ini juga mencakup pelayanan dan kegiatan di kampus, fasilitas dan pelayanan publik khususnya dalam hal transportasi umum.
Salah satu narasumber memaparkan mengenai perbedaan kata disabilitas dan difabel. Disabilitas ialah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Sementara difabel mengacu pada keterbatasan peran penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Karena adanya keterbatasan dalam melakukan sebuah aktivitas maka dibutuhkan akses yang dapat membantu.
"Menurut saya penyebutan kata disabilitas maupun difabel sebenarnya balik lagi kepada niatnya untuk tidak mendiskriminasi," ucap Rika sebagai pemateri pertama.
Terdapat juga sesi berbagi pengalaman dan hambatan yang ditemui saat mengakses fasilitas publik. "Untuk di Indonesia sendiri mengenai transportasi publik untuk teman-teman difabel masih belum banyak bahkan sedikit, di Sumatera Barat bahkan belum ada," kata Rika.
Narasumber kedua yaitu Fira pun berbagi pengalaman saat menempuh pendidikan. Ia juga mengalami kesulitan dalam mobilisasi terutama saat berhadapan dengan tangga. Akses lift ataupun ramp sangat dibutuhkan agar mempermudah mobilisasinya.
Baca Juga: Sudah Dimodali Kemensos, Difabel Tulungagung ini Pilih Kembali Mengemis
Fira juga menambahkan bahwa pemerintah maupun dinas pendidikan Provinsi Sumatera Barat juga sudah memperhatikan keseteraan mendapatkan pendidikan antara penyandang disabilitas dengan non-disabilitas. Tingkat pendidikan yang ditempuh seharusnya jumlahnya tidak terlalu jauh terutama dalam memperoleh pendidikan dasar dan menengah.
Dalam hal kesempatan kerja juga ada diberikan peluang namun perlu diperhatikan kembali. Fira mengatakan bahwa, "Untuk pekerjaan alhamdulillah saya diterima menjadi guru disabilitas di sebuah yayasan. Saya juga mengajar dua anak non disabilitas," ucapnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung