Ilustrasi WFH. (Pexels/Edward Jenner)
Situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir membuat orang harus terus berada di rumah guna melindungi diri dan menekan angka kasus penyebaran virus corona baru. Akan tetapi, di sisi lain kondisi ini berisiko besar menyebabkan stres. Terutama pada orang yang kepribadiannya ekstrovert.
Menurut psikoterapis Ferry Fibriandani, berada di rumah saja selama lebih dari satu bulan memang cukup memengaruhi pikiran. Terlebih kondisi seperti ini tidak tahu kapan berakhirnya. Tak sedikit orang yang merasa stres dan ingin sekali ke luar rumah karena sudah merasa bosan.
Apabila kamu mengalami perasaan tersebut, kamu bisa menerapkan teknik reframing atau memandang dari sudut pandang berbeda. Ada beberapa cara yang bisa diterapkan dalam teknik ini. Pertama, menanamkan kembali ke dalam pikiran bahwa kondisi saat ini sangat darurat.
"Ingat, keberadaan kita di rumah saat ini untuk melakukan physical distancing adalah upaya memutuskan potensi rantai penyebaran virus serta menolong orang lain dan diri sendiri," ujar Ferry dalam sesi diskusi online Stress Management Covid-19, Jumat (17/4/2020).
Selain menanamkan pikiran, pria yang juga Chairman dan Founder Rumah Remedi Indonesia itu mengatakan, penting pula untuk menanamkan kembali kesadaran bahwa orang lain juga mengalami kondisi yang sama. Saat ini, masyarakat secara bersama-sama tengah melakukan physical distancing demi kebaikan orang banyak.
Kemudian, apabila keinginan pergi ke luar rumah itu didasari keinginan berkunjung ke orang yang lebih tua, penting untuk diingat tindakan tersebut berpotensi menyebarkan penyakit pada mereka yang daya tahan tubuhnya sudah tidak sebaik orang muda.
"Orang tua memiliki potensi yang lebih riskan apabila terpapar virus. Bantu mereka dengan cara melakukan program physical dan social distancing," ucap Ferry.
Pandemi sekarang ini tidak bisa dikontrol oleh pikiran manusia sehingga menyebabkan stres. Oleh karenanya, beralihlah ke hal-hal yang bisa dikontrol. Contoh, memanfaatkan kesempatan ini untuk mulai belajar keluar dari zona nyaman. Cobalah menggali kreativitas untuk mencari aktivitas unik, seru dan menghibur atau bisa juga belajar hal baru yang selama ini tidak sempat dilakukan.
"Tidak bisa bertemu dengan keluarga atau teman, manfaatkan aplikasi online untuk saling bertemu tatap muka secara online. Saya pribadi mulai menerapkan conferencing untuk menemui keluarga tercinta yang terpisah jarak, arisan dan ngopi online di rumah masing-masing," ucap Ferry.
Meskipun secara online, atmosfer obrolan bisa tetap sama dan saling menghibur lewat candaan. Bahkan bisa juga memanfaatkan pertemuan online itu untuk berolahraga bersama-sama.
Cara lain untuk mengatasi stres akibat terus berada di rumah adalah mencoba untuk tidak di satu lokasi yang sama sepanjang hari. Cobalah sudut-sudut yang berbeda atau kalau perlu hiasi sudut ruangan dengan hal-hal baru.
"Banyak hal yang bisa kita lakukan. Namun keterampilan reframing, melihat dari sudut pandang berbeda dan memilih respons berbeda akan membantu kita mengatasi stres selama berada di rumah," pungkas Ferry.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: