Kategori Berita
Media Network
Kamis, 20 MEI 2021 • 13:53 WIB

Kisah Perjuangan 5 Tokoh Kebangkitan Nasional Indonesia

Ilustrasi tokoh kebangkitan nasional (photo/p4tk-pknips)

Kebangkitan Nasional adalah periode ketika rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia".

Masa kebangkitan ini ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda Boedi Oetomo (Budi Utomo) pada tanggal 20 Mei 1908.

Kelahiran Boedi Oetomo kemudian ditetapkan pemerintah Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sejak tahun 1959.

Di balik momen kebangkitan tersebut, terdapat perjuangan tokoh-tokoh kebangkitan nasional yang telah mengerahkan tenaga dan pikirannya demi kemajuan rakyat Indonesia.

Tokoh Kebangkitan Nasional

Untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional, berikut ini Indozone bagikan ulasan mengenai lima tokoh kebangkitan nasional di Indonesia.

1. dr. Soetomo

 

dr. Soetomo (photo/civitasbook)

dr. Soetomo lahir tanggal 30 Juli 1888 di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur.

Ia memiliki nama asli Subroto dan kerap dipanggil dengan sebutan Bung Tomo.

Setelah menyelesaikan studinya di STOVIA, ia pun mengabdi sebagai dokter selama 8 tahun di berbagai wilayah di Indonesia.

Soetomo menjadi tokoh kebangkitan nasional karena telah memprakarsai berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908.

Itulah sebabnya, tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) sejak 1959.

Boedi Oetomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.

Meski pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa.

Soetomo juga turut membuat organisasi Indonesische Studie Club (ISC), yang berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).

Dari organisasi tersebut, Soetomo berhasil membangun bank kredit, sekolah tenun, hingga koperasi.

Soetomo memiliki cita-cita untuk menghilangkan batasan yang membedakan status sosial dan tingkat pendidikan rakyat Indonesia.

Dengan harapan, agar rakyat Indonesia bisa bersatu dan berhasil merebut kemerdekaan.

"Berhasil dan tidaknya usaha ini bergantung kepada kesungguhan hati kita, bergantung kepada kesanggupan kita bekerja. Saya yakin bahwa nasib Tanah Air di masa depan terletak di tangan kita." - Soetomo

 

2. Ki Hajar Dewantara

 

Ki Hajar Dewantara (photo/ikpni.or.id)

Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889.

Soewardi bersama Douwes Dekker dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo merupakan Tiga Serangkai yang mendirikan Indische Partij.

Indische Partij adalah partai politik pertama di Hindia Belanda, yang menuntut kemerdekaan Indonesia.

Bersama Tiga Serangkai, Soewardi juga terlibat mendirikan organisasi Boedi Oetomo.

Dalam perjalanan kariernya, Soewardi sempat bergabung bersama Douwes Dekker di De Expres sebagai editor.

Kemudian ia menulis artikel berjudul Als ik eens Nederlander was, yang berarti "Seandainya Saya Orang Belanda", pada tahun 1913.

Artikel tersebut memuat kecaman pada pemerintah Hindia Belanda yang melakukan perayaan 100 tahun bebas dari jajahan Prancis, namun malah masih berada di tanah jajahannya sendiri.

Akibat sindiran pedasnya, tokoh kebangkitan nasional ini diasingkan ke Belanda selama lima tahun.

Saat kembali ke Indonesia, ia mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara dan mendirikan Taman Siswa.

3. dr. Tjipto Mangoenkoesoemo

 

dr. Tjipto Mangoenkoesoemo (photo/indonesianvisualartarchive)

dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dilahirkan pada 4 Maret 1886 di desa Pecangakan, Jepara, Jawa Tengah.

Sejak bersekolah di STOVIA, Tjipto kerap menyampaikan pernyataan radikalnya terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

Berbeda dengan rekan Tiga Serangkai lainnya yang mengabdi di bidang pendidikan, Tjipto lebih memilih jalur politik.

Selain menjadi pengurus Boedi Oetomo, ia juga mendirikan partai politik Indische Partij.

Saat Belanda memperingati 100 tahun kemerdekaannya dari Prancis, Tjipto menganggap hal tersebut sebagai penghinaan terhadap Indonesia yang sedang dijajah.

Ia kemudian menginisiasi Comite Boemi Poetera, untuk mengirimkan telegram kepada Ratu Wilhelmina di Belanda.

Tujuannya, agar pasal pembatasan kegiatan politik dan membentuk parlemen, dicabut.

Melalui harian De Expres, Tjipto menulis artikel yang mendukung Soewardi (Ki Hajar Dewantara) untuk memboikot perayaan kemerdekaan Belanda.

Tulisan yang terbit tanggal 26 Juli 1913 itu diberi judul Kracht of Vrees? yang artinya "Kekuatan atau Ketakutan?"

Akibat aksi propagandanya tersebut, ia lalu ditangkap dan diasingkan ke Belanda.

Sebagai seorang dokter, Tjipto pun kerap membuka praktik dan berhasil memberantas wabah pes di Malang.

4. Douwes Dekker

 

Ernest Douwes Dekker (photo/ist)

Tokoh kebangkitan nasional lainnya yaitu Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi.

Ia lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879 dan merupakan anak dari warga Belanda yang memiliki keturunan Indonesia.

Meski memiliki darah Belanda, ia tidak segan menentang perlakuan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.

Douwes Dekker menjadi salah satu anggota Tiga Serangkai yang turut membangun organisasi Boedi Oetomo dan mendirikan Indische Partij tahun 1912.

Sebagai seorang aktivis, wartawan, dan pemimpin redaksi De Expres, Douwes Dekker selalu bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda.

Salah satu tulisan panasnya berjudul Hoe kan Holland het spoedigst zijn koloniën verliezen? yang artinya "Bagaimana caranya Belanda dapat segera kehilangan koloni-koloninya?".

Penangkapan dua rekan Tiga Serangkai oleh Hindia Belanda, memicu Douwes Dekker kembali menerbitkan tulisannya di De Expres tanggal 5 Agustus 1913.

Artikel tersebut berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat yang artinya "Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat".

Akibatnya, ia pun turut ditangkap dan dibuang ke Belanda bersama rekan Tiga Serangkai lainnya.

5. dr. Wahidin Soedirohoesodo

 

dr. Wahidin Soedirohoesodo (photo/opacperpusnas)

dr. Wahidin Soedirohoesodo lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 7 Januari 1852.

Wahidin merupakan penggagas berdirinya organisasi Boedi Oetomo.

Ide tersebut muncul saat ia mengunjungi sekolah kedokteran STOVIA, tempatnya mengenyam pendidikan.

Saat bertemu dengan para mahasiswa STOVIA, ia menyerukan mereka agar membentuk organisasi yang dapat mengangkat derajat bangsa.

Gagasan tersebutlah yang menggerakkan Soetomo dan teman-temannya melahirkan organisasi Boedi Oetomo.

Wahidin juga mencetuskan tentang dana pelajar untuk membantu pemuda-pemuda cerdas yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya.

Ketika menjadi pemimpin redaksi Retnodhoemilah, ia juga melontarkan pemikirannya mengenai kebangkitan bangsa Jawa.

Sejak saat itulah, ia dikenal sebagai satu dari sekian banyak tokoh-tokoh kebangkitan nasional.

Wahidin juga merupakan seorang dokter, yang tidak pernah meminta bayaran jika mengobati rakyat.

Semasa hidupnya, Wahidin sering bergaul dengan rakyat biasa, sehingga ia disukai banyak orang.


Demikianlah ulasan mengenai kisah lima tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Selamat Hari Kebangkitan Nasional, Indonesia!

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Kisah Perjuangan 5 Tokoh Kebangkitan Nasional Indonesia

Link berhasil disalin!