Ilustrasi belanja untuk self reward. (Freepik/@gpointstudi)
Self reward merupakan salah satu istilah yang paling sering digunakan oleh anak muda masa kini. Self reward berarti memberi pengahargaan untuk diri sendiri ketika kamu sudah bekerja keras atau mampu bertahan melewati masa sulit.
Namun, self reward seringkali dijadikan tameng atau alasan untuk foya-foya alias boros. Atau tanpa sadar, seseorang tersebut tidak sadar bahwa yang dilakukannya hanyalah pemborosan.
Terkait hal tersebut, Psikolog klinis Inez Kristanti, M.Psi mengingatkan untuk selalu bersikap bijak setiap kali memilih bentuk self reward agar tidak merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
“Self reward yang bentuknya materi, kita perlu bijak untuk menentukan apa yang tepat untuk kita. Saya juga tidak ingin teman-teman salah kaprah, misalkan jadi beranggapan kalau self reward itu jadi boros,” kata Inez, dikutip dari Antara pada Sabtu (29/1/2022).
Inez mengatakan, membeli barang tanpa pikir panjang dan hanya sekadar lapar mata hingga merasa takut ketinggalan tren atau fear of missing out (FOMO) tidak bisa secara otomatis disebut self reward.
Baca juga: Pentingnya Self Reward setelah Bekerja Keras, Enggak Harus Mewah!
Jika ingin memberi self reward untuk diri sendiri, dipikirkan terlebih dahulu apakah masuk akal atau tidak dan yang pasti sesuaikan dengan budget. Mungkin tidak harus mahal, yang penting adalah bermakna.
Self reward, kata Inez, bisa dilakukan tanpa melulu mengaitkannya dengan hal-hal material. Sebagai contoh, beri apresiasi dalam bentuk kata-kata afirmasi kepada diri sendiri atas pencapaian-pencapaian kecil yang sudah dilakukan dalam satu hari.
“Ada orang yang suka kalau dapat kata-kata afirmasi. Kadang kita menunggunya dari orang lain, pacar, atau pasangan. Tapi kenapa kita tidak beri itu ke diri kita sendiri?” ungkap Inez.
Konsep self reward yang dimaknai secara salah kaprah bisa memberikan dampak buruk pada perilaku atau kecenderungan yang merugikan orang lain. Pada hakikatnya, self reward adalah mencintai diri sendiri, jadi jangan sampai merugikan diri sendiri hanya karena boros berkedok self reward.
Dalam memberikan self reward, perlunya memikirkan efek jangka panjang. Misalnya, saat ingin memberi self reward makanan, namun kamu malah memakan makanan yang tidak sehat dalam porsi besar.
Hal tersebut bisa memberi dampak kesehatan jangka panjang terhadap tubuh kita jika dilakukan secara terus menerus.
"Dalam jangka panjang, mungkin pada akhirnya itu bisa memberikan dampak yang justru buruk untuk diri kita. Self reward malah berubah jadi bukan bersifat baik lagi,” tutur Inez.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: