Pelajar mengonsumsi rokok ingin terlihat keren. Ilustrasi rokok. (FREEPIK)
Hasil penelitian peneliti dari UIN Sumatera Utara (UINSU) menyebutkan bahwa salah satu alasan para pelajar mengonsumsi rokok karena ingin terlihat keren.
Peneliti dari UINSU, Rholand Muary dan Abdi Mubarak Syam memaparkan bahwa Kota Tebing Tinggi dan Kota Pematang Siantar merupakan kota yang memiliki tingkat perokok anak yang tinggi, meskipun sudah memiliki perda kawasan tanpa rokok (KTR).
Baca Juga: ODGJ Santai Merokok di dalam Rumah: Ujungnya Hangus Terbakar
Hal ini yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan oleh tim UINSU untuk melakukan penelitian terhadap perilaku perokok siswa di dua kota tersebut.
“Hasil penelitian oleh tim UINSU menemukan bahwa berbagai faktor seperti harga rokok yang murah, kesan bahwa merokok itu keren, dan rokok sebagai simbol pertemanan dan kedewasaan menjadi hal-hal utama yang mendorong konsumsi rokok di tengah para remaja,” demikian pernyataan yang diterima Indozone, Kamis (9/3/2023).
Di Kota Pematang Siantar dan Kota Tebing Tinggi, iklan rokok dan penjual rokok masih banyak ditemukan di titik-titik sekolah pada tingkat SMP ataupun SMA.
Hal ini menunjukkan penegakan KTR oleh pemerintah yang masih minim, terlepas dari pentingnya pengendalian konsumsi tembakau terhadap anak yang juga menjadi target RPJMN.
Hasil penelitian oleh tim UINSU merekomendasikan adanya revisi peraturan Walikota KTR dengan memasukkan larangan iklan rokok dan sponsorship di sekitar sekolah.
Lebih dari itu, tim UINSU juga mendorong adanya revisi perda KTR untuk melarang penjualan rokok di lingkungan sekolah.
Baca Juga: Parah! Wajahnya Jadi Iklan Larangan Merokok Tanpa Izin, Pria Lamongan Tuntut Keadilan
Sementara Dr. Al Asyari dari Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa puntung rokok filter membutuhkan waktu hingga 100 tahun untuk dapat diuraikan secara alamiah.
“Puntung rokok ini dinilai tidak hanya menyebabkan pencemaran laut dan tanah, namun juga kebakaran sehingga berdampak terhadap kerugian sosial ekonomi,” jelasnya.
Hasil penelitian oleh tim UI menemukan bahwa meskipun pulau Jawa merupakan pulau dengan penduduk terpadat, namun puntung rokok ditemukan paling banyak di pulau Sumatera.
Adapun estimasi berat sampah puntung rokok mencapai 8,5 ton atau menyumbang sebanyak 35,49% dari total sampah puntung rokok di Indonesia dengan 42.457.331 batang dikonsumsi selama setahun.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: