Kategori Berita
Media Network
Jumat, 14 APRIL 2023 • 12:44 WIB

Khutbah Jumat Renungan Akhir Bulan Ramadhan, Sedih Menyentuh Hati!

Khutbah Jumat akhir Ramadhan (pexels/@mohammadasbad)

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, kita akan lebih serig mendengarkan khutbah Jumat akhir Ramadhan di masjid dan musola terdekat.

Khutbah Jumat akhir bulan Ramadhan sejatinya menjadi renungan akan cepatnya waktu berlalu, sebagaimana Ramadhan meninggalkan umat Muslim.

Isi teks khutbah Jumat renungan akhir Ramadhan yang sedih dan menyentuh hati, juga dapat dijadikan motivasi untuk meraih malam Lailatul Qadar.

Contoh khutbah Jumat akhir Ramadhan ini pun bisa menjadi pendukung agar kita meningkatkan ibadah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Khutbah Jumat Akhir Ramadhan

Berikut ini kumpulan contoh teks khutbah Jumat akhir Ramadhan 2023 yang sedih dan menyentuh hati tentang renungan bulan puasa, singkat!

1. Ramadhan, Hendak Ke Mana Dikau?

 

Khutbah Jumat akhir Ramadhan (pexels/@mohammadasbad)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Tak terasa, kita telah sampai pada akhir Ramadhan. Seperti inilah umur berlalu. Seperti inilah dunia.

Kehidupan seorang hamba hanyalah sekumpulan waktu. Setiap kali berlalu satu hari, maka berkuranglah kesempatan hidupnya.

Seseorang yang dirindu sebelum kedatangannya, pastilah terasa berat untuk berpisah dengannya.

Andai saja diperkenankan maka masih ingin berlama-lama dengannya. Demikian halnya dengan bulan Ramadhan.

Bagi orang beriman, kedatangannya begitu dinanti dan kepergiannya akan menyisakan kesedihan yang mendalam.

Tidak berlebihan jika para ulama dan orang-orang saleh terdahulu punya keinginan, andai saja setiap hari adalah Ramadhan.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kesedihan itu kian bertambah ketika kita ingat betapa Allah subhanahu wata'ala sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya yang giat beribadah di bulan Ramadhan.

Allah memberikan peluang yang besar di bulan Ramadhan sebagai bulan pengampunan dosa.

Maka benar-benar rugi apabila seseorang meninggalkan peluang berharga tersebut, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya di masa lalu diampuni." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Demikian juga dengan amal sunnah shalat tarawih, di dalamnya terdapat pengampunan dosa dari Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

"Barang siapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Al-Bukhari No. 1901)

Tidak hanya itu saja, membaca Al-Quran, bersedekah, berselawat, dan mengeluarkan zakat juga merupakan sarana pengampunan dosa.

Dan anugerah terindah bagi seorang hamba adalah manakala Rabb-Nya mengampuni dosa-dosanya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kesedihan lainnya adalah kekhawatiran yang berat akan amal-amal yang telah dikerjakan ini, ditolak oleh Allah subhanahu wata'ala.

Sebab amal saleh yang dilakukan seorang hamba itu memang bisa saja tertolak karena tidak memenuhi syarat-syarat, rukun-rukun, sunah-sunah, dan adab-adabnya.

Atau bisa juga karena rusaknya hati dengan kerasukan virus riya', sum'ah, ujub, dan lain sebagainya, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,

"Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Rabbnya, mereka sangat berhati-hati, dan mereka yang beriman dengan tanda-tanda (kekuasaan) Rabbnya, dan mereka yang tidak mempersekutukan Rabbnya, dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabbnya, mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya." (QS. Al- Mu'minun: 57-61)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kesedihan melanda diri juga karena khawatir, apakah mampu istiqamah dalam ketaatan saat Ramadhan telah berlalu.

Apakah kita masih akan tetap konsisten dengan amalan sebagaimana yang kita lazimi di bulan Ramadhan?

Karena pemandangan yang kita lihat di sekeliling kita adalah banyak orang yang giat di bulan Ramadhan tapi kemudian bermalas-malasan saat Ramadhan telah selesai.

Padahal para ulama menjelaskan kepada kita bahwasanya tanda diterimanya amal adalah konsistennya seseorang dalam amal tersebut,

"Sesungguhnya diantara alamat diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya."

Maka, akhir Ramadhan adalah kesempatan kita untuk melakukan muhasabah diri. Mari kita koreksi kualitas amalan kita sejak hari pertama Ramadhan hingga detik ini.

Bagaimana kondisi puasa kita? Bagaimana kondisi shalat lima waktu kita? Bagaimana kondisi sedekah kita? Bagaimana kondisi tilawah kita? Bagaimana kondisi qiyamul lail kita?

Mumpung masih tersisa beberapa hari, mari maksimalkan kesempatan ini untuk mendongkrak kualitas dan kuantitas amal ibadah kita.

Sebab, kita tak pernah tahu apakah tahun depan masih Allah beri kesempatan berjumpa dengan bulan Ramadhan.

Hal yang pasti adalah waktu tidak akan pernah bisa kembali. Dan tak ada yang dapat kita lakukan ketika datang hari penyesalan.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Demikian materi khutbah Jumat renungan akhir Ramadhan yang dapat kami sampaikan.

Semoga Allah Ta'ala berkenan mengobati kesedihan kita dengan menerima amal-amal saleh yang kita kerjakan dan memberi kita istiqamah di waktu-waktu lainnya. Amin.

Baca Juga: Contoh Khutbah Idul Fitri Renungan yang Menyentuh Hati

2. Perjuangan di Sepuluh Terakhir Ramadhan

 

Khutbah Jumat akhir bulan Ramadhan (unsplash/@ini_adil)

Kaum Muslimin sidang jama'ah Jumat rahimakumullah

Kita telah berpisah dengan dua puluh hari pertama di bulan Ramadhan, tersisa di hadapan kita 10 hari terakhir dari bulan mulia ini.

Sepuluh hari yang terbaik dan terindah. Hari-hari yang paling utama yang ada di muka bumi.

Sesungguhnya kita akan berhadapan pada malam-malam yang merupakan malam terbaik dalam satu tahun.

Waktunya terbatas dan singkat. Malam itu penuh sesak dengan malaikat yang turun ke muka bumi. Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." [Quran Al-Qadr: 1-5]

Ini adalah satu malam yang kalau seseorang mengisinya dengan ibadah, setara dengan perbuatannya mengisi seluruh Ramadhan dengan ibadah.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." [HR. Bukhari, dari Abu Hurairahradhiyallahu 'anhu]

Bagi orang-orang yang mengisi malam ini dengan serius beribadah, maka hal itu sama dengan tekun beribadah selama delapan puluh tiga tahun.

Sama dalam keutamaannya, dalam pahalanya, dan dalam kebaikannya.

Oleh karena itu, alangkah ruginya orang yang bermalas-malasan di malam tersebut. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi darinya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan)."

Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, carilah pada malam-malam ganjil." [HR. Bukhari, no. 2027 dan Muslim, no. 1167]

Di sepuluh malam terakhir, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memutus hubungan dengan manusia demi mencari Lailatul Qadar. Ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan, mengencangkan sarungnya, dan menghidupkan malam-malamnya, serta membangunkan keluarganya." [Muttafaq Alaih]

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri radhiallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah beriktikaf mulai dari sepuluh hari pertama Ramadhan.

Ini semua Nabi lakukan demi mencari Lailatul Qadar. Tentu kita lebih layak lagi untuk bersemangat mencarinya.

Demi Allah, orang yang tidak mendapat kebaikan malam itu benar-benar telah terhalangi dari kebaikan. 

Karena itu ibadallah, bersungguh-sunggulah di malam tersebut dengan berbagai ibadah yang kita mampui.

Siapa yang mampu beriktikaf, lakukanlah. Yang paling utama adalah seseorang berdiam di masjid selama sepuluh hari terakhir, siang dan malam.

Kalau tidak bisa, maka siangnya saja atau malamnya saja. Atau minimal waktu-waktu yang ia mampui saja.

Bersungguh-sungguhlah! Hidupkanlah malam dengan shalat, dzikir, dan doa. Karena lailatul qadar adalah malam berdoa.

Kemudian bersedekahlah sesuai kemampuan yang Anda bisa lakukan.

Demikian khutbah Jumat akhir Ramadhan yang bisa khotib sampaikan. Semoga Allah memberi kita taufik dan kesehatan sehingga kita bisa mengisi sepuluh hari terakhir ini dengan maksimal.

Baca Juga: Ceramah Singkat Ramadhan dan Judulnya, Terbaik Menyentuh Hati!

3. Berpisah dengan Ramadhan

 

Khutbah Jumat renungan akhir Ramadhan (unsplash/@rakadwiwicaksana)

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Alhamdulillah hari ini kita telah memasuki 10 hari terakhir di  bulan Ramadhan.

Kita patut mengucapkan rasa Syukur karena masih diberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa di bulan yang sangat mulia ini.

Di balik rasa syukur karena telah menjalankan ibadah puasa selama 20 hari pertama, tentu bagi seorang hamba yang beriman, akan terselip rasa sedih yang mendalam.

Kesedihan yang ditimbulkan karena sebentar lagi bulan mulia Ramadhan akan meninggalkan kita semua.

Sedangkan selama 20 hari yang lalu, belum tentu semua amalan ibadah telah kita jalankan dengan baik.

Kita masih ingin berada pada bulan-bulan Ramadhan yang sangat agung, untuk terus menjadi peribadi yang lebih baik.

Bulan Ramadhan yang sangat berharga ini, bukan saja menimbulkan kesedihan bagi hamba yang beriman.

Namun, seluruh alam dan malaikat pun ikut menangisi kepergian bulan Ramadhan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahuanhu, Rasulullah SAW bersabda:

"Ketika datang akhir malam bulan Ramadhan, langit dan bumi, serta para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad SAW. Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, musibah apakah itu? Rasulullah menjawab: lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, dan sedekah diterima, kebaikan dilipat gandakan, dan adzab ditolak."

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Oleh karena itulah, marilah kita terus meningkatkan keimanan serta meningkatkan amal perbuatan yang baik, sehingga Insya Allah mendapatkan rida dari Allah SWT. 

Kesedihan akan semakin dekatnya akhir Ramadhan, dapat termanisfestasikan dalam bentuk amal ibadah yang semakin baik.

Sehingga kita benar-benar menjadi manusia yang bertakwa serta memperoleh predikat sebagai bagian dari orang-orang yang diberi keberkahan serta magfirah oleh Allah Ta'ala.

Demikianlah khutbah Jumat akhir bulan Ramadhan yang bisa saya sampaikan.  Semoga kita dipertemukan kembali pada Ramadhan tahun berikutnya. Aamiin Ya Rabbal 'aalamiin.


Itulah beberapa contoh teks khutbah Jumat renungan akhir bulan Ramadhan yang sedih dan menyentuh hati. Selamat mendengarkan khutbah Jumat!

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Khutbah Jumat Renungan Akhir Bulan Ramadhan, Sedih Menyentuh Hati!

Link berhasil disalin!