Ilustrasi sianida (photo/istock/RHJ)
Sianida kembali menjadi sorotan publik sejak kasus pemberian sate yang dicampur sianida merenggut nyawa seorang anak yang mengonsumsinya.
Kasus racun sianida ini, bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia. Lima tahun yang lalu, kasus serupa juga menewaskan seorang korban, ketika kopi yang diminumnya telah diracuni sianida.
Kedua kasus tersebut menjadi bukti kuat, bahwa sianida adalah zat kimia berbahaya, yang dalam jumlah tertentu bisa mengakibatkan kematian.
Maka dari itu, siapa saja bisa terkena sianida jika menghirup udara yang terpapar sianida, mengonsumsi makanan dan minuman yang dicampur sianida, atau menyentuh tanah yang mengandung sianida.
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung ikatan karbon-nitrogen (CN), umumnya ditemukan dalam bentuk gas seperti hidrogen sianida (HCN) atau sianogen klorida (CNCl), bentuk kristal seperti natrium sianida (NaCN) atau kalium sianida (KCN), dan bentuk cair seperti asam sianida (HCN).
Menurut World Health Organization (WHO), sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan, sebab reaksi yang ditimbulkan sangat cepat, sehingga dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit.
Sianida berkaitan dengan enzim sitokrom oksidase, yang mencegah sel-sel tubuh menggunakan oksigen untuk menghasilkan molekul energi.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan sel-sel tubuh kehilangan fungsinya, terutama bagi jantung dan otak yang notabene membutuhkan banyak oksigen.
Sederhananya, jika seseorang terpapar sianida hingga keracunan, tubuhnya akan bereaksi mengikat oksigen, sehingga oksigen yang ada tidak bisa digunakan untuk menjalankan fungsi organ-organ tubuh, yang berujung mengakibatkan kematian.
Sianida bukan hanya bersumber dari bubuk sianida, melainkan juga dari benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa sumber sianida yang memungkinkan terjadinya paparan racun sianida:
Sianida banyak digunakan untuk industri kertas, industri plastik, industri tekstil, pertambangan emas, hingga dunia kesehatan. Berikut ini penggunaan sianida yang umum terjadi:
Paparan senyawa sianida dapat menimbulkan berbagai efek samping, mulai dari yang ringan hingga berat. Berikut ini beberapa efek samping paparan sianida menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT):
Hidung
Sianida yang terhirup, dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan selaput lendir. Namun, jika terhirup dalam konsentrasi lebih dari 5 miligram, bisa mengakibatkan luka dan pendarahan pada hidung.
Mata
Mata yang mengalami kontak dengan sianida, memberikan efek samping berupa rasa nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, atau luka pada kornea.
Tetapi, jika sudah mengalami keracunan sianida, maka dapat memicu kerusakan saraf optik dan retina, hingga kebutaan.
Kulit
Kontak sianida pada kulit, menyebabkan kemerahan, rasa nyeri, luka bakar, hingga dermatitis dengan gejala gatal-gatal, erupsi berupa makula, papula, dan vesikula.
Tubuh
Paparan senyawa sianida dalam jangka waktu yang lama, meski dalam konsentrasi yang rendah, dapat menyebabkan penurunan selera makan, sakit kepala, kelemahan, mual dan pusing.
Terpapar senyawa sianida secara berlebihan, baik melalui mulut, hidung, atau kulit, dapat menunjukkan sejumlah gejala keracunan sianida, di antaranya yaitu:
Jika sianida terpapar dalam jumlah yang lebih besar, bisa mengakibatkan gejala keracunan dengan kondisi:
Jika merasakan gejala keracunan sianida, maka pertolongan pertama keracunan sianida dapat membantu, sebelum mendapatkan pengobatan secara medis. Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: