Kategori Berita
Media Network
Rabu, 01 JUNI 2022 • 15:45 WIB

Long Covid-19 dan Kesehatan Mental yang Diidap Pasien, Ahli: Mereka Menderita Depresi

Ilustrasi. (Foto/Unsplash/engin akyurt)

Depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental bisa menjadi efek jangka panjang yang paling menarik dari long COVID-19 yang parah.

Sebuah studi baru menemukan bahwa pasien yang terbaring di tempat tidur berisiko tinggi untuk kondisi ini yang dapat bertahan selama bertahun-tahun setelah serangan SARS-CoV-2.

COVID-19 dan Kesehatan Mental

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Public Health, para peneliti mempelajari keparahan COVID-19 akut dan komorbit bisa berdampak pada kesehatan mental pasien.

Medicaldaily melaporkan para peneliti mendata pasien mulai 27 Maret 2020 hingga 13 Agustus 2021. Termauk di enam negara: Denmark, Estonia, Islandia, Norwegia, Swedia, dan Inggris.

Sebanyak 247.249 pasien berpartisipasi dalam observasi studi ini, dan hanya orang berusia 18 tahun ke atas yang diizinkan untuk bergabung.

Sekitar 4% atau 9.979 dinyatakan positif virus corona baru selama masa penelitian.

Setelah pemeriksaan, para peneliti menemukan bahwa mereka yang dites positif lebih mungkin menderita depresi dan sulit tidur daripada mereka yang tidak.

Untungnya, masalah itu mereda dan hanya berlangsung selama dua bulan.

Sementara itu, keadaan tampak agak suram bagi mereka yang tertular virus long covid-19, menghabiskan tujuh hari atau lebih terbaring di tempat tidur sambil berjuang melawan penyakit itu.

Masalah kesehatan mental yang mereka alami berlangsung lebih lama. Para peneliti mencatat bahwa mereka menderita efek sampingnya selama sekitar 1,5 tahun.

Mereka juga 50-60% lebih mungkin untuk menderita depresi terus-menerus dan gejala kecemasan selama periode observasi.

Implikasi Studi

Menurut para peneliti, masalah mental jangka panjang di antara para penyintas COVID-19 yang parah harus diperhatikan oleh komunitas medis ketika merawat pasien yang berjuang melawan bentuk penyakit virus corona yang sama.

Mereka menulis bahwa temuan mereka menyerukan “peningkatan kewaspadaan terhadap perkembangan kesehatan mental yang merugikan” di antara pasien COVID-19 yang parah.

Untuk peneliti Universitas Islandia Ingibjörg Magnúsdóttir, gejalanya mungkin bertahan pada pasien yang terbaring di tempat tidur karena mereka juga khawatir tentang efek kesehatan jangka panjang dari COVID-19.

Selain itu, kontak sosial mereka dengan orang lain terbatas karena gejala long COVID-19, sehingga menimbulkan perasaan tidak berdaya.

“Terjadinya depresi dan kecemasan yang lebih tinggi di antara pasien dengan COVID-19 yang menghabiskan tujuh hari atau lebih lama terbaring di tempat tidur dapat disebabkan oleh kombinasi kekhawatiran tentang efek kesehatan jangka panjang serta persistensi gejala fisik COVID-19 jauh melampaui penyakit yang dideritanya. Batasan kontak sosial dan dapat mengakibatkan rasa tidak berdaya,” tulis Magnúsdóttir dalam penelitian ini, seperti dikutip oleh Euractiv.

Keuntungannya adalah pasien yang berjuang melawan gejala COVID-19 yang ringan memiliki risiko lebih rendah mengalami masalah kesehatan mental setelah pengamatan pada yang terbaring di tempat tidur.

“Kabar baiknya adalah mayoritas pasien tidak berisiko lebih tinggi mengalami gejala (kesehatan mental) jangka panjang,” beber Ahli epidemiologi psikiatri Universitas Islandia Unnur Anna Valdimarsdóttir, yang memimpin penelitian kepada USA Today.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Long Covid-19 dan Kesehatan Mental yang Diidap Pasien, Ahli: Mereka Menderita Depresi

Link berhasil disalin!