Ilustrasi anak memegang poster stop bullying. (Pexels/RODNAE Productions)
Sampai saat ini, bullying atau tindakan menyakiti seseorang secara verbal dan fisik maupun psikologis masih terus terjadi di Indonesia. Padahal, tindakan ini cukup serius karena bisa meninggalkan trauma.
Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus bullying seperti fenomena gunung es. Jumlah kasus sebenarnya lebih banyak karena sebagian kasus tidak dilaporkan.
Bahkan, berdasarkan laporan UNESCO pada 2019 menyebutkan bahwa satu dari tiga anak di seluruh dunia pernah dibully, setidaknya sekali di sekolah.
Data yang tersedia dari semua wilayah menunjukkan bahwa 32% siswa telah di-bully dalam beberapa bentuk oleh rekan-rekan mereka di sekolah dalam satu hari atau lebih dalam sebulan terakhir.
Sementara itu, di Indonesia per Mei 2028, KPAI mencatat bahwa diantara 161 kasus pendidikan di Indonesia, bullying menempati urutan pertama dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 36 kasus anak korban bullying dan 41 kasus anak pelaku bullying.
Baca juga: Survei: 1.182 Siswa Indonesia Pernah Jadi Pelaku Cyberbullying
Dampak bullying tidak hanya terjadi pada korban saja, tapi juga pada pelaku bahkan hingga saksi. Mereka bisa mengalami masalah kepribadian akibat bullying. Berikut dampak bullying berdasarkan kelompoknya:
Berisiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, kesulitan tidur, prestasi akademik yang rendah hingga putus sekolah
Kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri yang menurun, malu, trauma, tak mampu menyerang balik, merasa sendiri, serba salah dan takut sekolah
Mengasingkan diri, menderita ketakutan sosial hingga cenderung ingin bunuh diri
Berisiko lebih tinggi untuk menggunakan narkoba, mengalami masalah akademis dan mengalami kekerasan di masa dewasa
Berisiko lebih besar mengalami masalah kesehatan mental dan perilaku
Cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan impulsif, toleransinya juga rendah terhadap frustrasi
Masalah psikologis jangka panjang karena menganggap bullying adalah tindakan normal untuk dilakukan
Rentan dengan kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol
Cenderung mengalami rasa takut yang berlebih, tidak nyaman, rasa bersalah dan perasaan tidak berdaya
Meski demikian, bullying bisa dicegah. Orang tua dan pendidik memiliki peranan penting dalam mencegah bullying.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: