Ilustrasi sampel darah untuk tes HIV. (Freepik)
Baru-baru ini, seorang warganet mengirimkan pesan kepada Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof dr Zubairi Djoerban, melalui pesan di media sosial.
Dalam isi pesan tersebut, warganet yang identitasnya dirahasiakan itu cerita, bahwa ia akan menikah. Namun, calon suaminya pernah didagnosis positif HIV pada tahun 2019.
Usai didagnosis itu, calon suaminya hanya mengonsumsi obat Antiretroviral (ARV) selama tiga bulan. Akan tetapi, ketika baru-baru ini kembali tes HIV, hasil menunjukkan bahwa calon suaminya negatif HIV.
Tentu saja, hasil itu membuat warganet yang bercerita ini bingung. Apakah hasilnya benar-benar negatif atau ada kesalahan dalam pemeriksaan calon suaminya itu.
Baca Juga: Beda dengan Orang Dewasa, HIV Pada Anak Biasanya Langsung Muncul Gejala Berat
Melalui utasan di akun Twitter miliknya, Prof Zubairi memberikan penjelasan terkait hasil negatif calon suami dari warganet itu. Ia sempet mempertanyakan soal sejumlah rangkaian tes yang dilakukan calon suami warganet ini.
“Kemudian, kenapa bisa hasilnya negatif? Ya mungkin data awalnya belum lengkap. Apakah tes HIV pada 2019 itu tes serologi saja, ELISA saja atau sudah periksa viral load dan CD4-nya?” ucap Prof Zubairi, dikutip dari akun Twitter pribadinya, Kamis (8/12/2022).
“Agak sukar menjawab tanpa data itu. Katakanlah viral load-nya tinggi dan sekarang menjadi negatif, dan serologinya juga tidak terdeteksi. Ya artinya tidak ada virus sama sekali. Ini langka, karena biasanya satu kali terinfeksi akan terinfeksi jangka panjang dan seumur hidup,” sambungnya.
Sang Pacar yang akan dinikahi mengaku positif HIV pada 2019 dan hanya minum obat Antiretroviral 3 bulan saja. Dia berhenti minum obat. Tapi ketika dites saat ini hasilnya negatif. Calon mempelai perempuan pun bingung. Bagaimana bisa tanpa terapi obat tapi hasilnya negatif? pic.twitter.com/VTUnFfmaNy
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) December 7, 2022
Namun kata Prof Zubairi, ada kemungkinan jika hasil pertama calon suami warganet ini false positive. Sebab, kala itu mungkin yang dites hanya serologi, atau ELISA saja. Tapi jumlah virusnya tidak diperiksa.
“Kalau memang hanya ELISA saja, maka bisa sekali untuk false positive. Namun, kalau sudah periksa viral load dan jumlah virusnya tinggi banget, ya artinya memang benar positif. Jadi tolong kirim data awalnya seperti apa,” katanya.
Dokter yang menemukan HIV pertama di Indonesia ini bilang, ada kemungkinan hasil tes kedua yang dilakukan baru-baru ini negatif. Ia menganggap, calon suami warganet itu belum melakukan tes viral load, CD4, dan hanya tes serologi serta ELISA.
“Namun, yang menjadi penting tentunya adalah, kesahihan status pacar Anda. Ini penting untuk memandu kalian saat menikah nanti. Kalau memang positif, ya harus minum obat, meski itu tanpa gejala,” tuturnya.
Prof Zubairi mengatakan, seseorang yang terinfeksi HIV tanpa gejala, bisa saja selama tiga tahun tidak minum obat. Sebab, orang yang terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuhnya akan menurun secara perlahan.
“Kemudian, masuk kuman-kuman lain dan menjadi kuman ganas—yang tadinya teman kita. Jadi infeksi oportunistik, baik jamur, toksoplasma, cytomegalovirus, dan lain-lain,” katanya.
Baca Juga: UNICEF: 110 Ribu Anak dan Remaja Meninggal Akibat AIDS
“Demikian pula TBC. Menjadi lebih mudah masuk dan menyebabkan TBC yang berat. Karena kondisinya makin menurun. Rata-rata akan meninggal pada usia setelah 2-4 tahun terinfeksi. Apakah semua meninggal? Tidak, selalu ada pengecualian,” lanjutnya.
Meski begitu, Prof Zubairi menyarankan agar calon suami warganet ini diminta untuk kembali melakukan pemeriksaan secara menyeluruh di tempat lain. Sehingga, nanti bisa diketahui hasil yang pasti, apakah benar negatif atau ternyata masih positif.
“Biar yakin dan sahih, periksa ELISA di tempat lain. Kemudian viral load-nya itu menjadi mutlak perlu (dicek), untuk validasi apakah di dalam tubuh pacar Anda ada infeksi HIV atau tidak. Semangat ya. Jangan khawatir, doa saya untuk kalian berdua,” imbuhnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: