Ilustrasi gejala cacar monyet.
INDOZONE.ID - Penyakit cacar monyet atau monkeypox, sudah menyebar di sejumlah wilayah di Indonesia. Kabar terakhir menyebutkan, sudah ada sekitar 27 kasus positif cacar monyet, yang tersebar di Jakarta, Tangerang Selatan, dan Bekasi.
Meski begitu, penyakit cacar monyet ini tidak sampai membuat menderitanya mengalami kondisi yang kritis atau meninggal dunia. Pemerintah Indonesia pun tengah melakukan berbagai upaya, untuk menekan penyebaran penyakit ini.
Nah, berikut ada tujuh fakta soal cacar monyet, yang sudah dirangkum Indozone dari berbagai sumber. Simak ulasan singkat ini!
Baca Juga: Enggak Cuma Jakarta, Kini Kasus Cacar Monyet Melebar ke Bandung
Kasus cacar monyet memang baru-baru ini saja ditemukan di beberapa negara, termasuk Indonesia. Namun rupanya, kondisi ini bukan penyakit yang baru ditemukan seperti kasus COVID-19.
Dikutip dari Healthline, direktur klinis di Carbon Health, dr. Bayo Curry-Winchell bilang, para ilmuwan menemukan virus monkeypox pada tahun 1958, pada suatu penelitian di Denmark.
Sementara itu, kasus cacar monyet pada manusia, pertama kali ditemukan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sedangkan di Indonesia, kasus cacar monyet sudah ada sejak beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi virus cacar monyet (Freepik)
Penyebaran atau penularan cacar monyet terjadi karena kontak fisik dengan orang lain yang sudah dinyatakan positif. Misalnya, bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan, dan berciuman.
Orang yang tidak sengaja terkena cairan air liur, dahak, atau droplets lain dari penderita, juga berisiko tertular cacar monyet.
Selain itu, hubungan seksual berisiko dengan penderita monkeypox, juga bisa menjadi celah penularan cacar monyet.
Ketika seseorang mengalami cacar monyet, maka akan timbul beberapa gejala pada tubuhnya. Misal, demam atau kenaikan suhu tubuh hingga 38 derajat celsius atau lebih.
Selain itu, demam tersebut juga sering disertai dengan sakit kepala hebat, nyeri otot, dan tubuh merasa kelelahan. Lalu, gejala cacar monyet lainnya yaitu muncul ruam atau lesi pada kulit.
Ruam biasanya diawali dengan bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau menjadi keropeng lalu rontok.
Baca Juga: Upaya Pemerintah Atasi Cacar Monyet: Gaet Komunitas Lelaki Suka Lelaki hingga Vaksinasi
Ilustrasi hubungan seksual (freepik)
Penularan cacar monyet bisa terjadi akibat hubungan intim. Meski demikian, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, cacar monyet bukan penyakit menular seksual.
Hal itu karena penyakit ini tidak hanya menyebar akibat berhubungan intim dengan penderita. Namun, penularannya juga bisa terjadi karena kontak fisik atau menyentuh benda milik penderita.
Akan tetapi, cacar monyet yang ditemukan selama ini, terjadi lantaran hubungan seksual dengan sesama jenis atau mereka yang kerap bergonta-ganti pasangan.
Penyakit cacar monyet umumnya dapat disembuhkan dan tidak selalu menyebabkan kematian.
Namun, infeksi virus ini dapat mengakibatkan komplikasi seperti infeksi kulit dan radang paru-paru atau pneumonia.
Hanya penderita cacar monyet dalam kondisi berat yang perlu mendapatkan obat antivirus. Penderita cacar monyet dianggap dalam kondisi berat, jika terdapat lebih dari 100 ruam di kulitnya, atau mengalami gejala lain seperti mual, muntah, dan demam tinggi.
Penderita lain yang juga dapat diberikan antivirus adalah mereka yang lokasi lesinya berada di tempat rentan, seperti di sekitar mata yang dapat menimbulkan kebutaan, dan di tenggorokan yang bisa menutup jalan napas.
Baca Juga: Jumlah Penderita Kian Bertambah, Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Vaksin Cacar Monyet
Ilustrasi vaksin untuk cacar monyet.
Kini, untuk menekan penyebaran cacar monyet, pemerintah Indonesia, tengah melakukan beberapa langkah. Misalnya, melakukan upaya kerja sama dengan sejumlah organisasi pemerhati komunitas LSL (lelaki suka lelaki) dan biseksual.
Hal itu lantaran seperti diketahui sebelumnya, beberapa kasus aktif yang berada di Indonesia terjadi kepada orang yang memiliki orientasi biseksual.
"Selain kerja sama, kita juga melakukan sosialisasi untuk menyampaikan kepada mereka, supaya paham dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), agar selalu ditingkatkan, demikian juga dengan perilaku dan keamanan seksualnya," kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Prima Yosephine, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Prima menyatakan, Kemenkes senantiasa melakukan sejumlah upaya tata laksana penanggulangan cacar monyet. Mulai dari upaya promotif hingga melakukan penelusuran terhadap kontak erat.
Selain itu, pemerintah juga mulai gencar melakukan vaksinasi kepada mereka yang berisiko tertular cacar monyet tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber