Jumat, 17 NOVEMBER 2023 • 06:20 WIB

Kisah Narapidana yang Dihukum 15 Tahun, Raih Gelar Sarjana di Penjara

Author

Gerald Massey meraih gelar Sarjana Komunikasi setelah menyelesaikan kuliahnya di California State University dari balik penjara.
INDOZONE.ID - Gerald Massey resmi lulus dari California State University dengan gelar Sarjana Komunikasi. Menariknya, gelar ini didapatkan Massey saat berada di balik jeruji besi dan harus menjalani hari-harinya sebagai tukang cukur penjara.

Menukil AP News, Rabu (15/11) Massey kini sedang menjalani hukumannya karena insiden mengemudi di bawah pengaruh alcohol dan membuat sahabatnya meregang nyawa. Tahun ini merupakan tahun ke-9 pria itu berada di penjara, dia didakwa dengan hukuman kurungan 15 tahun hingga seumur hidup. 

Massey ingat betul, sahabatnya itu lah yang meminta Massey melanjutkan kuliah.

“Pada saat terakhir saya berbicara dengannya, dia memberi tahu saya bahwa saya seharusnya kembali ke perguruan tinggi," katanya mengingat kali terakhir berbicara dengan sahabatnya.

"Jadi ketika saya masuk penjara dan melihat kesempatan untuk kuliah, saya memanfaatkannya,” imbuhnya.

Baca Juga: Luar Biasa! Anak Petani di Jember Dapat Beasiswa Kuliah Kedokteran di Cina, Begini Kisahnya

Kesempatan yang dimaksud Massey adalah beasiswa Pell Grant. Program dari pemerintah Amerika Serikat yang menawarkan bantuan biaya kuliah kepada mahasiswa yang paling membutuhkan dan tidak perlu dikembalikan.

Gerald Massey meraih gelar Sarjana Komunikasi setelah menyelesaikan kuliahnya di California State University dari balik penjara.
Beasiswa ini dikhususkan untuk orang-orang yang sedang berada di balik jeruji besi. Sejak Juli lalu, beasiswa ini diberikan kepada sekitar 30.000 mahasiswa narapidana, dengan dukungan keuangan sekitar US$130 juta per tahun.

Bagi narapidana yang mendapatkan beasiswa ini, termasuk mereka yang berasal dari Folsom State Prison, seperti Massey, bisa memiliki masa depan cerah setelah bebas dari penjara, atau tetap mendekam di rumah tahanan.

Sementara itu, beasiswa yang mulai diberikan sejak 2016 ini dimaksudkan untuk mempermudah eks narapidana untuk mencari pekerjaan saat mereka bebas.

Sebab, selama ini akses pekerjaan menjadi sulit bagi orang-orang dengan catatan pidana.

“Gelar perguruan tinggi adalah keuntungan yang sangat dibutuhkan oleh mantan narapidana,” tulis AP News.

Sebelumnya, Massey pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi selama 1 tahun, tapi keluar dan kemudian menjadi asisten perawat berlisensi serta bekerja selama 10 tahun. Dia menikah dan dikarunia dua buah hati.

“Setelah saya menyelesaikan sekolah menengah, saya bergabung dengan Angkatan Udara. Saya bergabung dan beberapa orang mengira saya adalah teroris yang mencoba menyusup. Itu benar-benar mengganggu saya. Jadi ketika saya keluar dari militer, saya tidak ingin ada hubungannya dengan mereka," katanya.

Massey memang merupakan keturunan Asia Selatan, dengan orangtua berdarah Pakistan dan bermigrasi ke San Francisco. Meski kebanyakan orang dari kampung halamannya adalah seorang Muslim, namun tidak dengan Massey. Keluarganya termasuk ke dalam komunitas kecil Kristen di Karachi, Massey pun lahir dan besar di San Francisco.

Sementara itu, hidup Massey nampaknya mulai rusak saat dia ketergantungan alkohol dan ganja. Meski telah menikah dan memiliki anak, sikap Massey sendiri masih kekanak-kanakan.

Gerald Massey meraih gelar Sarjana Komunikasi setelah menyelesaikan kuliahnya di California State University dari balik penjara.

“Saya hidup seperti anak kecil dan saya memiliki anak-anak kecil saya sendiri," kata Massey.

Namun, ternyata penjara membuatnya bertanggung jawab atas tindakannya. Dia fokus, mencari rehabilitasi untuk alkoholisme, dan memulai kembali upayanya dalam pendidikan.

Di antara waktunya memotong rambut untuk petugas koreksi dan staf penjara lainnya, Massey memanfaatkan aksesnya ke koneksi WiFi untuk belajar, mengikuti ujian, dan mengerjakan tugas. Pasalnya, layanan internet tidak mencapai unit perumahan narapidana.

Sampai pada akhirnya, dia dapat lulus dan menjadi orang terakhir yang mengenakan topi dan jubah kelulusannya. Dia adalah anggota pengawal kehormatan upacara tersebut - seragam penjara yang dipakainya dihiasi dengan aiguillette putih, tali berkepang hias yang menunjukkan pengabdiannya dalam dinas militer.

"Ini adalah prestasi besar. Saya merasa, jujur, bahwa Tuhan membuka pintu dan saya hanya melangkah melaluinya,” syukur laki-laki keturunan Asia Selatan itu.

Selain gelar komunikasi, Massey juga meraih gelar dalam teologi dan studi kitab suci. Menjelang kelulusan, ayah dua anak ini mulai meikirkan bagaimana dia akan menjalani kehidupannya setelah bebas nanti.

Harapan Massey ini nampaknya tidak hanya harapan kosong belaka. Sebab, Komisioner negara menilai Massey layak untuk bebas bersyarat. Sebuah kelompok nirlaba yang membantu veteran militer yang dipenjara juga sempat bertemu dengannya pada bulan Mei lalu untuk menyiapkan tempat tinggal transisional, makanan, pakaian, dan asuransi kesehatan setelah bebas.

“Ada stasiun radio yang saya dengarkan, stasiun radio Kristen, yang selama ini saya pikirkan bahwa suatu hari saya ingin bekerja di sana. Mereka selalu berbicara tentang kisah-kisah penebusan. Jadi saya ingin berbagi kisah penebusan saya, suatu hari,” tekat Massey.

Pada 3 Juli, sehari sebelum Hari Kemerdekaan, Massey keluar dari dinding granit, melangkah melewati menara pengawas tembaga hijau dari Penjara Negara Bagian Old Folsom, ke dalam pelukan orang-orang yang dicintainya. Orangtua, istri dan kedua anaknya.

Massey tidak sendiri, dari 11 pria yang mendapatkan gelar sarjana dari program beasiswa Pell Grant, ada pula Michael Love. Love yang sudah bebas lebih dulu, 15 bulan sebelum upacara kelulusan dihelat. Pada hari H upacara kelulusan, Love hadir untuk memberikan pidato perpisahan. Ia mengenakan setelan jas dan dasi di bawah topi dan jubahnya.

Gerald Massey meraih gelar Sarjana Komunikasi setelah menyelesaikan kuliahnya di California State University dari balik penjara.

Bagi teman-teman sekelasnya, Love adalah contoh nyata tentang apa yang mungkin terjadi dalam perjalanan penebusan mereka. Pasalnya, setelah menjalani lebih dari 35 tahun di penjara, pria berusia 55 tahun ini saat ini terdaftar di program Magister di Sacramento State.

Selain itu, dia juga telah bekerja sebagai asisten pengajar dan akan mengajar mahasiswa komunikasi tingkat pertama pada musim gugur 2023. Pada saat yang sama, dia juga bekerja sebagai mentor dengan Project Rebound, sebuah organisasi yang membantu mantan narapidana.

Baca Juga: Sosok Matteo Messina Denaro, Bos Mafia Terkenal Italia yang Meninggal karena Kanker di Penjara

"Kamu bisa memiliki nilai sebanyak siapa pun di komunitas ini. Kamu dicintai. Saya mencintaimu, itulah sebabnya saya di sini,” kata Love kepada narapidana lainnya dalam pidatonya.

Terlepas dari kisah Massy dan Love, pemberian beasiswa Pell Grant kepada narapidana masih menjadi perdebatan. Pertimbangannya ialah karena biaya yang harus digelontorkan pemerintah untuk membiayai Kehidupan satu orang pria dewasa di dalam penjara di California mencapai sekitar $106.000 per tahun.

Sedangkan biaya untuk memberikan pendidikan kepada seorang narapidana melalui program gelar sarjana melalui Transforming Outcomes Project di Sacramento State atau TOPSS, mencapai sekitar $20.000 per tahun.

Meski begitu, Direktur Sementara TOPSS David Zuckerman menilai, jika seorang narapidana yang memiliki gelar tanpa melakukan pelanggaran kembali, bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang baik setelah bebas dan membayar pajak, maka ekspansi pendidikan di dalam penjara seharusnya bukanlah hal yang sulit dilakukan. Program ini pun mendapat dukungan pula dari Presiden Joe Biden.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Z Creators