Jumat, 26 JANUARI 2024 • 16:53 WIB

10 Puisi Pendek 4 Bait tentang Anti Korupsi, Penuh Kritik!

Author

Ilustrasi membaca puisi tentang anti korupsi

INDOZONE.ID - Ada banyak puisi yang mengangkat kisah tentang para koruptor dan aksi korupsinya.

Puisi mengenai korupsi diciptakan sebagai bentuk perlawanan terhadap tindakan penyalahgunaan uang.

Puisi tentang aksi korupsi juga menjadi pengingat, akan buruknya tradisi korupsi di Indonesia.

INDOZONE sudah merangkum kumpulan puisi pendek dan panjang 4 bait tentang anti korupsi di bawah ini.

Puisi Pendek Korupsi

Mmbaca puisi korupsi pendek

Meski singkat, puisi korupsi pendek memiliki makna mendalam yang mampu menjadi pengingat akan buruknya tindakan korupsi.

1. Koruptor

Mereka mati karena rezekinya kau rampas
Rezeki yang harusnya mereka nikmati
Justru kau kantongi demi kepentingan pribadi
Untuk memuaskan hasrat duniawi

Apa kau tak punya hati?
Sampai tega melukai membiarkan mereka mati?
Kenapa tak kau bunuh saja mereka dengan senapan atau belati?
Sehingga mereka tak perlu lagi menderita karena perutnya tak terisi

2. Negeri Ngeri

Tak ada lumbung padi
Tak ada lumbung energi
di negeri ini

di negeri ini
Banyak lumbung kolusi
Banyak lumbung korupsi

3. Cuma Mau Tanya

Bukankah rencana makar dan pemufakatan jahat
Ketika sudah ditemukan alat bukti
Pelakunya dapat langsung dipidanakan

Cuma mau tanya
Bagaimana dengan rencana jahat korupsi
Tidakkah perlu dibuat aturan hukumnya
Agar berpikir korupsi saja akan takut

4. Puisi untuk Bapak Bangsat

Oleh: Aditya Iskandar

Kita membayar pajak
untuk mereka pakai dasi
Dan rumah mewahnya terisi

Kita giat bekerja
agar anggaran negara tercukupi
Lalu mereka korupsi
Sementara kawan kita tak mampu beli nasi

Baca Juga: Quote Anti Korupsi dari Najwa Shihab

Puisi tentang Aksi Korupsi

Membaca puisi tentang korupsi

Puisi tentang korupsi menggambarkan kemarahan korban-korban para koruptor yang serakah ingin menguasai apa yang bukan milik mereka.

5. Sembilan Cahaya Putih

Oleh: Agung Kharisma

Selamat pagi putra-putri negeri
Bangunlah dari kasur keacuhanmu
Senyum mentari sudah menghampiri

Dari tidurmu tadi
Izinkan aku bertanya tentang bagaimana kau punya mimpi?
Aku yakin di mimpi tadi, kau bertemu dengan sembilan cahaya putih
Jujur, adil, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, peduli, dan berani
Sembilan cahaya putih
Sembilan nilai anti korupsi

Selamat pagi putra-putri negeri
Mari singsingkan lengan dan bergandeng tangan
Wujudkan mimpi raih sembilan cahaya putih
Niscaya negeri ini kan menjadi surga duniawi
yang tak pernah terbeli oleh upeti

6. Koruptor Tengik

Oleh: Robi Sugara

Wajah negeriku lesu menjerit pada hati yang rapuh
Kekuasaan di antara mereka yang serakah, tuli, bisu, dan acuh
Mereka jadikan kesewenangan sebagai mahkota angkara
Rakus dan terus menggerogoti dengan sandiwara

Koruptor kau pintar tapi otakmu kotor
Kau rapi tapi tak berhati
Kau sadar ucapan tapi tak sadar perbuatan

Koruptor tingkah tengikmu mencekik tak terpuji
Kelicikan kau jadikan budaya di bumi pertiwi
Buta akan makna kejujuran hati nurani
Merampas dengan topeng suci

Wahai pemuda bangkit jangan lagi terlena
Mari gelombangkan semangat anti korupsi hingga membahana
Jangan kita biarkan mereka semakin mengundang
Kita hentikan dengkuran mereka yang berdendang di meja sidang

7. Potret Negeriku

Oleh: Ida Nurhaidah

Aku telah berjalan
Berjalan mengitari kampung dan pojok negeri
Aku menemukan korupsi sudah menjadi budaya
Mereka mengakui sendiri saat berjumpa denganku

Pemilihan ketua RT ada politik uang
Pemilihan RW juga ada politik uang
Pemilihan kepala desa sudah pasti sama
Pemilihan wakil rakyat bukan rahasia tawar menawar harga

Pemilihan kepala daerah?
Jika tak memiliki modal jangan coba-coba ikut
Ingin menduduki jabatan harus berdompet tebal
Ingin ini itu perlu uang dan koneksi

Aku bosan menyaksikan itu semua
Tapi aku bukan pecundang
Hanya berdiam diri melihat itu semua
Aku akan terus berjalan dan bergerak

Pada bocah kumenyemai benih kejujuran
Menanam rasa peduli dan tanggung jawab
Untuk negeri berizzah nan jaya
Indonesia emas yang damai

Puisi tentang Anti Korupsi

Membaca puisi anti korupsi

Untuk memperingati Hari Anti Korupsi, puisi anti korupsi bisa memotivasi kita semua agar tidak terbuai dengan godaan korupsi.

8. Negeri Tertatih

Oleh: Agung Kharisma

Seakan tak kenal lelah tak kenal letih
Selalu bersemayam di dalam negeri
Membuat langkah negeri jadi tertatih
Seperti hidup segan tak kunjung mati

Hadirmu simbol sayatan perih
Perih yang tak terobati
Keberadaanmu lambang cacat nurani
Penyebab pincang birokrasi
Terbelakangnya mental reformasi

Hari ini
Aku tegas berdiri
Tak takut api tak takut duri
Aku tetap berdiri
Meneriakkan suara hati

Wahai para petinggi birokrasi
Yang terhormat di antero negeri
Marilah kemari
Temani aku berdiri
Meneriakkan suara hati
Bahwa kita siap mengebiri korupsi

9. Merah Putih dan Puisi

Oleh: Adhie M Massardi

Aku melihat politik sudah kotor
Limbahnya pekar mencemari langit
Uang yang mereka jarah dari kas negara
Jadi awan merah yang bikin hujan susah tercurah

Kehidupan di bumi jadi sunyi
Bunyi jangkrik dianggap kritik
Beda pendapat disikat
Sedang para bedebah menjarah lebih parah

Politik sungguh sudah sangat kotor
Tapi ke mana penyair berkelana
Meninggalkan ladang politik yang harus dijaganya
Disiangi dari rumput liar yang ngotori ladang?

Sudah terlalu lama penyair musafir
Melintas cakrawala pembatas putih dan hitam
Tata nilai terbengkalai
Bumi sunyi puisi

10. Maklum

Pencuri mengacungkan parang
Memaki nasibnya
"Tak perlu kau urusi dari apa perutku terisi!"
Sambil mengunyah roti
Tangannya meraih dompet orang yang duduk di sampingnya

Kalau dia sedikit tersadar dan motivasi untuk mencuri mulai hilang
Cepat-cepat dia pulang
Mengambil remot menonton para koruptor berpidato di TV
Dia resapi setiap kata-kata mutiara
yang keluar dari mulut mereka
yang semakin lama semakin lancip

Pencuri itu berkhidmat
Lantas, untuk beberapa waktu ke depan
Malaikat jenis apapun tak bisa menyadarkannya
Barang sebentar saja


Itulah kumpulan puisi mengenai korupsi yang bisa jadi inspirasi kamu. Mana nih puisi yang paling kamu suka?

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: