INDOZONE.ID - Tradisi Sadranan di Sleman memicu menjamurnya pedagang bunga mawar tabur, terutama di sekitar Pasar Cebongan Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta pada Jumat (8/3/2024). Pedagang bunga mawar tabur kini mulai mendominasi sepanjang tepi jalan depan pasar, baik yang berjualan secara rutin maupun yang datang secara musiman.
Bendaharawan Pasar Cebongan, Sukirmanto, turut melakukan pemantauan dan memberikan himbauan kepada pedagang agar menjaga kebersihan area Pasar Cebongan dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dengan berjualan terlalu menepi jalan raya.
Simak asal-usul, makna, ragam nama di berbagai daerah dan pentingnya tradisi nyadran untuk menyambut bulan Ramadan berikut.
1. Asal-usul dan Makna Nyadran
Tradisi nyadran berasal dari bahasa Sanskerta "sraddha," yang mengandung arti keyakinan. Awalnya, nyadran merupakan bentuk kepercayaan terhadap nenek moyang dan animisme.
Seiring masuknya Islam, tradisi ini mengalami perubahan menjadi wujud syukur masyarakat Jawa terhadap anugerah Allah SWT. Akulturasi budaya Jawa dan Islam menciptakan nyadran sebagai ungkapan kekayaan warisan nenek moyang.
Baca Juga: Mengenal Nyadran: Tradisi Masyarakat Jawa Sambut Bulan Suci Ramadhan
2. Ragam Nama dan Pelaksanaan di Berbagai Daerah
Nyadran dikenal dengan berbagai sebutan di setiap daerah, seperti nyadran di Banyumas, sadranan di Temanggung dan Boyolali, serta manganan atau sedekah bumi di Jawa Timur.
Meskipun memiliki nama berbeda, esensi dan makna dari tradisi ini tetap sama. Nyadran biasanya dilaksanakan sebulan sebelum Ramadan, dengan kegiatan seperti ziarah kubur, mandi di sungai, membersihkan lingkungan, dan kenduri bersama untuk menyambut bulan suci.
Baca Juga: FOTO: Tradisi Nyadran Pepunden Gandurejo
3. Pentingnya Nyadran sebagai Kekayaan dan Perekat Masyarakat
Nyadran bukan sekadar tradisi bersejarah, melainkan juga sebagai tradisi kearifan lokal yang mempersatukan masyarakat di tengah modernisasi dan perkembangan zaman.
Melalui kegiatan nyadran, masyarakat tidak hanya merayakan warisan budaya, tetapi juga menjalin hubungan batin dengan nenek moyang, membersihkan diri secara fisik dan spiritual, serta menyatukan masyarakat dalam semangat syukur dan doa bersama menjelang bulan Ramadan.
Dalam menyambut bulan suci, pedagang bunga mawar dan Pasar Cebongan sebagai pusat aktivitas masyarakat Sleman memainkan peran penting.
Pemantauan dan himbauan oleh pihak berwenang menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan kelancaran lalu lintas, menjadikan para pedagang bunga mawar sebagai bagian tak terpisahkan dari tradisi Sadranan.
Dengan begitu, warna-warni bunga mawar tabur tidak hanya menghiasi pasar, tetapi juga membawa kesegaran dan kebahagiaan dalam menyambut bulan penuh berkah, Ramadan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Djkn.kemenkeu.go.id, X / Twitter (@merapi_uncover)