INDOZONE.ID - Di tengah persaingan bisnis global yang semakin sengit, sejumlah pengusaha Muslim berhasil menonjol dan meraih kesuksesan yang luar biasa.
Mereka tidak hanya menjadi contoh dalam hal keberhasilan bisnis, tetapi juga inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia.
Dalam kesempatan kali ini, kita akan mengulas tiga pengusaha Muslim terkaya di dunia yang telah mengukir prestasi gemilang dalam dunia bisnis internasional.
Dengan keberanian, kegigihan, dan visi yang kuat, mereka berhasil meraih kesuksesan finansial yang luar biasa, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral dalam kehidupan mereka.
Mari kita lihat siapa saja mereka dan bagaimana perjalanan mereka menuju kesuksesan yang gemilang!
Baca Juga: Kemnaker Kembali Gelar Mudik Bersama 2024 bagi Pekerja dan Keluarganya
Aliko Dangote
Aliko Dangote, pengusaha Nigeria, terkenal sebagai orang terkaya di Afrika. Dia memulai karirnya dengan menjual permen di sekolah dan kemudian mendirikan Dangote Group pada tahun 1977.
Awal mula bisnisnya bergerak di perdagangan komoditas, Dangote beralih ke industri manufaktur dengan mendirikan pabrik semen pada tahun 2000. Kesuksesannya membawa perusahaan ke berbagai sektor industri lainnya, termasuk pertanian, minyak, dan gas.
Dangote juga dikenal karena kontribusinya terhadap perekonomian Nigeria dan Afrika serta filantropinya melalui Dangote Foundation. Keberhasilan Dangote menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan visi yang jelas, seseorang dapat mencapai kesuksesan yang luar biasa.
Total keyayaanya mencapai US$9,8 miliar atau setara Rp146,85 triliun. Dangote juga menjadi orang terkaya di dunia dengan urutan ke-130.
Baca Juga: Gaet Pemerintah Daerah, BPJPH Kemenag Gelar Edukasi Wajib Sertifikasi Halal di 1.068 Titik
Shahid Khan
Shahid Khan, seorang pengusaha dan pemilik tim sepak bola profesional, lahir pada tahun 1950 di Pakistan. Setelah pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1967 untuk mengejar pendidikan, Khan memulai karirnya dengan bekerja untuk perusahaan otomotif Flex-N-Gate.
Pada tahun 1980, Khan membeli perusahaan tersebut dan mengubahnya menjadi salah satu produsen suku cadang otomotif terbesar di dunia.
Selain sukses dalam bisnis otomotif, Khan juga dikenal karena kepemilikan nya dalam tim sepak bola Amerika Jacksonville Jaguars, yang ia beli pada tahun 2011. Pada tahun 2013, Khan juga membeli klub sepak bola Inggris Fulham FC.
Kesuksesan Khan dalam bisnis otomotif dan investasi olahraga telah membuatnya menjadi salah satu pengusaha paling sukses di dunia.
Keberhasilannya juga menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama di kalangan diaspora Pakistan, untuk mengejar impian mereka.
Diketahui kini total kekayaan mencapai US$11,7 miliar atau setara Rp175,32 triliun dan menjadi orang terkaya urutan ke-146.
Azim Premji
Azim Premji, seorang pengusaha asal India, lahir pada tahun 1945. Dia adalah ketua dari Wipro Limited, sebuah perusahaan teknologi informasi dan konsultasi global yang didirikan oleh ayahnya pada tahun 1945 sebagai Western India Vegetable Products Limited.
Premji mengambil alih perusahaan tersebut pada usia 21 tahun setelah ayahnya meninggal.
Di bawah kepemimpinan Premji, Wipro berkembang pesat dari sebuah perusahaan minyak yang kecil menjadi salah satu pemimpin global dalam layanan teknologi informasi. Dia mengubah perusahaan tersebut menjadi salah satu pemain utama di industri IT di India dan di seluruh dunia.
Selain sukses dalam bisnis, Premji juga dikenal karena filantropinya. Pada tahun 2001, dia mendirikan Azim Premji Foundation, sebuah organisasi amal yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan di India.
Premji telah menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk yayasan tersebut dan berkomitmen untuk menyumbangkan setidaknya 50% kekayaannya untuk amal.
Azim Premji adalah contoh nyata kesuksesan dan kebaikan hati. Melalui dedikasinya dalam bisnis dan filantropi, dia telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Economist.com