INDOZONE.ID - Sebuah kisah memilukan datang dari Gaza, di mana kekurangan gizi dan kelangkaan makanan telah mencapai titik kritis.
Seorang ibu di Gaza Utara, Amira al-Taweel, terpaksa memberi putranya, Youssef, minum air tepung karena tidak menemukan susu di apotek setempat.
Kisah viral Amira dan Youssef hanyalah salah satu dari banyak tragedi yang terjadi di Gaza, di mana konflik yang berkepanjangan telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi penduduknya, terutama anak-anak.
Baca Juga: Para Pemuda Jepang Bersatu dalam Aksi Solidaritas Gaza di Stasiun Shibuya, Tokyo
Kekurangan Susu dan Gizi
Kekurangan susu formula dan bahan makanan pokok lainnya telah menjadi masalah yang semakin serius di Gaza. Amira al-Taweel mengungkapkan betapa sulitnya mencari susu untuk Youssef.
"Saya telah mencari ke berbagai apotek, tetapi semuanya kehabisan stok susu. Akhirnya, saya tidak punya pilihan lain selain memberi Youssef air tepung, meskipun saya tahu itu tidak baik untuknya," kata Amira pada jurnalis.
Air tepung, yang diberikan sebagai pengganti susu, menyebabkan kembung dan ketidaknyamanan bagi Youssef. Kondisi ini tidak hanya membahayakan kesehatan fisiknya tetapi juga menggambarkan situasi genting yang dihadapi oleh banyak keluarga di Gaza, Palestina.
Bayi yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup selama masa pertumbuhan mereka berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan jangka panjang.
Baca Juga: Misi Kemanusiaan Jose Andres: Kirim 200 Ton Bantuan Makanan ke Jalur Gaza
Dampak Konflik Terhadap Kesehatan Anak-anak
Menurut laporan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 32 orang di Gaza telah meninggal dunia karena kekurangan gizi sejak konflik dimulai.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa lebih dari 80% anak-anak di Gaza kadang-kadang tidak makan seharian atau hanya makan sekali dalam 72 jam.
Kondisi ini menunjukkan betapa parahnya krisis pangan dan gizi yang melanda wilayah tersebut.
Baca Juga: Muhammad Al-Yaziji, Disebut sebagai Newton di Gaza Usai Temukan Solusi Kreatif Saat Krisis Listrik
Krisis Kemanusiaan yang Memburuk
Krisis di Gaza tidak hanya disebabkan oleh konflik bersenjata tetapi juga oleh blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Blokade ini telah membatasi aliran barang, termasuk makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya. Akibatnya, penduduk Gaza harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka setiap hari.
Amira al-Taweel bukanlah satu-satunya ibu yang menghadapi kesulitan ini.
Banyak keluarga di Gaza mengalami hal yang sama, di mana mereka harus membuat pilihan yang sulit antara membeli makanan atau obat-obatan.
Kekurangan pangan dan air bersih telah menyebabkan peningkatan penyakit dan kematian, terutama di kalangan anak-anak dan orang tua.
Baca Juga: Pasangan Menikah di Tenda Pengungsian Rafah-Gaza: Sakralnya Pernikahan di Tengah Ketegangan Perang
Upaya Bantuan dan Solidaritas Internasional
Di tengah krisis ini, berbagai organisasi kemanusiaan berusaha untuk memberikan bantuan kepada penduduk Gaza.
Namun, upaya mereka sering kali terhambat oleh kondisi keamanan dan pembatasan akses.
Meskipun demikian, solidaritas internasional tetap kuat, dengan banyak individu dan kelompok yang berusaha untuk mengirimkan bantuan dan dukungan.
Baca Juga: Wanita Norwegia Mualaf, Terinspirasi dari Keteguhan dan Keimanan Warga Gaza
Harapan di Tengah Kesulitan
Meskipun situasi di Gaza sangat suram, masih ada harapan. Kisah Amira dan Youssef telah menarik perhatian internasional dan mendorong banyak orang untuk bertindak.
Donasi dan kampanye kesadaran terus dilakukan untuk membantu meringankan penderitaan penduduk Gaza.
Kisah ini adalah pengingat betapa pentingnya solidaritas dan tindakan nyata dalam menghadapi krisis kemanusiaan.
Dengan dukungan yang tepat, ada harapan bahwa suatu hari nanti, anak-anak seperti Youssef tidak lagi harus minum air tepung karena kekurangan susu.
Mereka berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik, bebas dari kelaparan dan penderitaan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: AFP