Rabu, 03 JULI 2024 • 09:00 WIB

Mengulik Kisah Penuh Emosional dari Novel Hujan Karya Tere Liye

Author

Novel "Hujan" karya Tere Liye

INDOZONE.ID - Darwis, atau yang dikenal dengan nama penanya Tere Liye, berhasil mengukir dunia sastra melalui berbagai tulisannya yang dikemas dengan sangat apik dari tahun ketahun.

Tere Liye memang sudah dikenal dengan kemampuannya dalam menulis berbagai novel best seller yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. Mulai dari "Hafalan Shalat Delisa", "Negeri Para Bedebah", "Bumi", "Hujan", dan masih banyak lagi.

Pada dasarnya, otak manusia diciptakan tidak mampu untuk melupakan. Mereka terlalu sibuk mencari cara untuk melupakan, tanpa mau repot untuk menerima terlebih dahulu.

Epilog singkat yang mampu mengguncang hati pembaca ini tersimpan rapat dalam tulisan tangan berjudul "Hujan" karya Tere Liye.

Novel "Hujan" berhasil diterbitkan pada Januari tahun 2016 oleh Gramedia Pustaka Utama. Tak berselang lama, novel "Hujan" sukses mencuri perhatian banyak orang dikala itu.

Berisi 320 halaman yang memuat banyak makna tersembunyi di setiap kata yang terselip. Bertemakan science fiction (sci-fi), pembaca diajak berkelana ke masa depan yang canggih.

Alur maju mundur yang dimuat membuat pembaca terombang-ambing. Setiap halaman menyimpan sajak puitis, mampu menyeret pembaca untuk merasakan segala emosi yang tertulis.

Tentang persahabatan, tentang cinta, tentang perpisahan, tentang melupakan, dan tentang hujan.

Baca Juga: Tere Liye Sindir Harga Tiket Candi Borobudur Berlapis: Selamat Datang di Sistem Kasta Baru

Kisah Penuh Emosional di Novel "Hujan"

Tragedi gempa vulkanik 10 skala richter akibat meletusnya Gunung Purba yang terlupakan, merupakan awal mula bertemunya dua tokoh utama. Keduanya masih berusia dini pada saat itu, namun sudah menelan pahitnya kenyataan.

Sosok Soke Bahtera atau yang akrab dipanggil Esok, cekatan meraih tas punggung milik gadis kecil yang masih berteriak memanggil ibunya. Sepersekian detik kemudian, keduanya berhasil sampai di permukaan.

Saat itu hujan turun, menemani air mata Lail. Sekeliling mereka bukan lagi kota yang indah, namun seluruhnya telah hancur lebur dimakan gempa disusul kebakaran yang terjadi dimana-mana.

Di dalam tulisannya, pembaca juga diajak untuk belajar mengenai letusan gunung berapi. Tidak pernah terbayangkan oleh Lail tragedi yang membuatnya menjadi yatim piatu ini. Hal yang sama juga dialami Esok, hanya dirinya yang tersisa dari keempat saudaranya yang telah tertimbun.

Keduanya saling berkenalan, merasa senasib atas bencana yang telah terjadi. Dari situlah persahabatan terjalin, menjadi benang-benang yang tersimpan dalam ingatan Lail.

Namun, keadaan mengharuskan mereka untuk berpisah. Esok diadopsi oleh keluaraga Wali Kota saat mereka berada di pengungsian yang mengharuskannya melanjutkan studi ke ibu kota. Lail yang masih kecil pun pindah ke panti asuhan dan bertemu dengan Maria, sahabat barunya.

Perlahan-lahan Lail mulai menyadari percikan cinta yang ia rasakan saat bersama sosok Esok yang hangat. Sosok yang selalu ia tunggu untuk memberikan kabar atau mengajak Lail keluar dengan sepedanya. Rasa cemburu pun muncul dengan sendirinya ketika Lail menyadari seberapa dekat Esok dan saudari angkatnya. Perasaan itu tidak bisa terhindarkan, benang-benang ingatan Lail sudah terekam dengan sempurna.

Konflik kembali muncul, Esok mulai sibuk dengan pekerjaannya. Dirinya sudah jarang memberi kabar kepada Lail, lalu akhirnya mereka bertemu hari itu. Esok menjelaskan bahwa masyarakat bumi nantinya akan dipilih untuk ikut dalam rombongan menggunakan pesawat yang dirancangnya.

Hal ini bertujuan untuk memindahkan sebagian rakyat bumi karena akan terjadi musim panas yang berkepanjangan efek dari bencana besar yang menyerang beberapa tahun lalu. Lail mengetahui bahwa Esok memiliki 2 tiket dan langsung termakan pikirannya sendiri bahwa Esok akan mengajak saudari angkatnya, bukan Lail.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Penulis Novel yang Diangkat Jadi Film 'Tuhan Izinkan Aku Berdosa'

Lail kembali putus asa, kemudian tekadnya kuat untuk menghapus seluruh ingatan yang menyedihkan termasuk Esok. Maria yang menemaninya merasa gelisah, tidak tahan lagi dan memutuskan untuk menghubungi Esok.

Esok yang mengetahui hal tersebut bergegas ke tempat di mana Lail berada. Berusaha keras agar dirinya tidak terlambat, namun seberapa keras pun usahanya, Lail tidak akan pernah keluar dari ruangan itu dengan ingatan yang utuh.

Tapi, takdir berkata lain, Lail keluar dari ruangan dengan ingatannya yang utuh. Ia memutuskan untuk memeluk erat segala kesedihan yang menimpanya. Ia menyadari bahwa segala kenangan buruk itu tidak dapat hilang dengan cara dilupakan, tetapi genggamlah dengan erat dan menerimanya.

Tiket pesawat Esok memang ia berikan kepada saudari angkatnya atas permintaan Wali Kota, tetapi satunya lagi ia berikan kepada ibunya. Kesalahpahaman itupun hilang, Esok merasa senang akhirnya dapat menghabiskan waktu bersama Lail tanpa diganggu oleh pekerjaan lagi.

Novel ini ditutup dengan Esok dan Lail yang menikah di tengah teriknya matahari akibat musim kemarau yang berkepanjangan.

Novel ini dikemas dengan sempurna, dari segi bahasa, karakter setiap tokoh serta banyak pembelajaran berharga yang dapat dipetik. Tak heran, novel "Hujan" menjadi salah satu novel karya Tere Liye yang best seller.

Kisah yang dimuat mampu membawa pembaca terhanyut dan merasa haus untuk mengetahui kelanjutan dari setiap babnya. Tere Liye kemudian memutuskan untuk mengganti sampul depan novel "Hujan" pada tahun 2018.

 


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Gramedia.com