Studi HP: 87% Pekerja Indonesia Gunakan AI hingga Gen Z Rela Potong Gaji Demi Pekerjaan Idaman
INDOZONE.ID - Studi HP Inc., HP Work Relationship Index (WRI) mengungkapkan 87% pekerja intelektual di Indonesia kini sudah memanfaatkan artificial intelligence (AI), sementara Gen Z rela memotong gaji mereka hingga 19% demi mendapatkan pengalaman kerja idaman.
HP Work Relationship Index merupakan studi tahunan kedua dari HP Inc, yakni sebuah studi global yang mendalami hubungan antara pekerja dan pekerjaan mereka.
Survei melibatkan 15.600 responden lintas industri di 12 negara, termasuk Indonesia, ditemukan bahwa dunia kerja belum sepenuhnya membaik.
Hanya 28% pekerja intelektual di dunia yang melaporkan memiliki hubungan sehat dengan pekerjaan mereka. Meski meningkat 1 poin secara global dan 6 poin di Indonesia dari tahun sebelumnya, ini tetap menunjukkan masih ada masalah yang harus diatasi.
Baca Juga: 6 Topik Obrolan Menarik saat Nongkrong Bareng Rekan Kerja, Dijamin Makin Seru!
Di Indonesia, hasilnya sedikit lebih positif. Sekitar 44% pekerja intelektual di sini merasa punya hubungan yang sehat dengan pekerjaan mereka. Tapi, penelitian ini juga memberikan dua solusi penting yang dapat meningkatkan hubungan pekerja dengan pekerjaan, AI dan pengalaman kerja yang dipersonalisasi.
"Kami percaya teknologi pintar adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini," kata Managing Director HP Indonesia, Choon Teck Lim dalam siaran pers yang diterima Indozone, Rabu (25/9/2024).
Baca Juga: 5 Cara Menata Ruang Kerja di Rumah Agar Lebih Nyaman dan Produktif
Menurutnya, AI bisa menciptakan solusi yang mendukung pertumbuhan bisnis sekaligus meningkatkan kepuasan personal dan profesional para pekerja.
Gen Z Rela Potong Gaji
Penelitian WRI ini juga menyoroti pentingnya pengalaman kerja yang dipersonalisasi bagi pekerja intelektual.
Banyak pekerja yang ingin ruang kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, akses ke teknologi pilihan, dan lingkungan kerja fleksibel.
Fakta menariknya, 64% pekerja intelektual global, dan bahkan 87% di Indonesia, mengatakan kalau mereka bisa bekerja di tempat yang sesuai kebutuhan mereka, mereka akan lebih bersemangat berkontribusi untuk perusahaan.
Selain itu, 69% pekerja global dan 87% pekerja di Indonesia yakin bahwa personalisasi tempat kerja bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.
Bahkan, pekerja Indonesia rela mengorbankan sebagian gaji demi pengalaman kerja yang lebih sesuai dengan keinginan mereka.
Gen Z di Indonesia, misalnya, bersedia memberikan hingga 19% dari gaji mereka demi hal tersebut.
AI Meningkatkan Produktivitas dan Kebahagiaan Pekerja
Penggunaan AI di tempat kerja juga semakin meningkat. Pada 2024, 66% pekerja intelektual global menggunakan AI, naik dari 38% tahun sebelumnya.
Di Indonesia, angka ini lebih tinggi lagi, yakni 87% pekerja menggunakan AI, dibandingkan hanya 53% di tahun sebelumnya. Pekerja yang menggunakan AI mengaku pekerjaan mereka jadi lebih mudah dan lebih menyenangkan.
Sebanyak 73% pekerja global merasa AI membuat pekerjaan lebih gampang, dan 69% lainnya menyesuaikan penggunaan AI untuk meningkatkan produktivitas.
Di Indonesia, 92% pekerja setuju bahwa AI membuat pekerjaan lebih ringan, dan 83% di antaranya menggunakan AI untuk meningkatkan produktivitas.
Baca Juga: Viral AI Pelukan, Ternyata Manusia Butuh 12 Pelukan dalam Sehari!
AI juga berperan penting dalam keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sekitar 60% pekerja global, dan 64% di Indonesia, merasa bahwa AI membantu mereka menjaga keseimbangan ini.
Lebih dari itu, 73% pekerja global dan 88% pekerja di Indonesia setuju bahwa memahami AI dengan baik akan membantu karier mereka berkembang.
Namun, bagi pekerja yang belum menggunakan AI, ada kekhawatiran bahwa teknologi ini bisa menggantikan pekerjaan mereka.
Baca Juga: Gen Z di Jakarta Sudah Gak Tertarik Jadi PNS: Ada Pengaruh Teknologi dan Gaya Hidup
Sebanyak 37% pekerja global dan 60% pekerja di Indonesia yang belum menggunakan AI merasa khawatir akan kehilangan pekerjaan karena AI.
Pemimpin Perempuan Lebih Percaya Diri
Penelitian ini juga menemukan bahwa kepemimpinan yang baik berperan penting dalam hubungan sehat antara pekerja dan pekerjaan.
Namun, ada kesenjangan antara pengakuan pemimpin akan pentingnya keterampilan interpersonal, seperti empati, dan kepercayaan diri mereka untuk menerapkannya.
Di Indonesia, meski 99% pemimpin setuju bahwa empati berdampak positif, hanya 62% yang percaya diri dengan kemampuan mereka dalam menunjukkan empati.
Menariknya, pemimpin perempuan tampil lebih percaya diri dibandingkan pemimpin laki-laki. Secara global, pemimpin perempuan lebih percaya diri dalam keterampilan interpersonal dan teknis mereka, dengan peningkatan signifikan dalam setahun terakhir.
Sementara itu, kepercayaan diri pemimpin laki-laki justru stagnan atau bahkan menurun dalam keterampilan teknis.
Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi dan personalisasi tempat kerja bisa menjadi kunci untuk memperbaiki hubungan pekerja dengan pekerjaannya, terutama di era digital yang semakin berkembang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Press Release