Senin, 02 DESEMBER 2024 • 11:16 WIB

Fakta Mengejutkan di Balik Poligami: Adakah Dampaknya pada Anak?

Author

Ilustrasi pasangan. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Poligami merupakan salah satu fenomena dalam perkawinan di Indonesia. Meski dianggap tabu, poligami nyatanya dapat ditemui di mana saja, termasuk sekeliling kamu.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, definisi perkawinan di Pasal 1 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan istri. 

Ilustrasi pasangan zodiak yang memiliki hubungan paling rumit. (freepik.com)

Tujuan dari ikatan ini adalah untuk membangun keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan abadi, dengan landasan pada nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa. 

Berdasarkan ketentuan tersebut, perkawinan terdiri dari lima unsur, yakni ikatan lahir batin, terjadi antara seorang pria dan wanita, sah sebagai suami dan istri, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Maraknya Poligami

Dalam perkawinan atau pernikahan marak sekali terjadi poligami yang dapat menjadi isu yang kompleks dan kontroversial.

Poligami menjadi salah satu permasalahan dalam keluarga yang terus memicu berbagai isu. Pelaksanaan poligami selalu menimbulkan kontroversi dan problematika. 

Baca Juga: Cerita Wanita yang Sarankan Adik Kandungnya Poligami karena 2 Tahun Nikah Tak Punya Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), poligami diartikan sebagai praktik menikah lebih dari satu, baik seorang suami yang memiliki banyak istri maupun seorang istri yang memiliki banyak suami dalam satu waktu. 

Sementara itu, asas perkawinan di Indonesia mendorong pernikahan monogami. Sebab, tujuan pernikahan lebih mudah dicapai dalam konteks tersebut. 

Hukum di Indonesia masih memiliki kelemahan, terutama karena tidak adanya sanksi tegas bagi mereka yang melanggar persyaratan dan prosedur dalam Undang-Undang Perkawinan. 

Akibatnya, sering terjadi kasus poligami yang melanggar ketentuan tersebut. Selain itu, UU Perkawinan belum dapat diimplementasikan secara efektif di masyarakat, yang diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat terhadap hukum positif yang berlaku. 

Di sisi lain, Islam hadir untuk mengangkat derajat wanita dengan memberikan perhatian pada hak-hak mereka secara fundamental. Alhasil, pria tidak dapat bertindak semena-mena, seperti yang terjadi sebelumnya. 

Islam membawa perubahan yang positif dalam praktik poligami, menjadikannya bukan sebagai alasan untuk memenuhi hawa nafsu, melainkan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan masalah tertentu dalam masyarakat. Pada dasarnya, Islam melarang umatnya mengikuti hawa nafsu tanpa batas.

Ilustrasi anak membaca bersama orang tuanya.

Poligami sering dianggap sebagai salah satu penyebab tingginya angka perceraian, sebagaimana yang telah diidentifikasi oleh Komnas Perempuan dalam menelusuri faktor-faktor penyebab perceraian. 

Salah satu alasan utama adalah ketidaksetujuan atau ketidakrelaan istri untuk dipoligami oleh suaminya. Terlebih lagi, pada zaman sekarang ini, banyak perempuan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, juga berpengaruh pada meningkatnya kesadaran hukum mereka. 

Jadi, meningkatnya angka perceraian karena tingginya kesadaran hukum di kalangan perempuan. Selain itu, perempuan kini memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan mencapai kemandirian ekonomi. 

Alhasil, ketergantungan istri terhadap suami menjadi berkurang. Akibatnya, jika suami melakukan poligami, istri merasa lebih mampu secara finansial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus bergantung pada suami, sehingga tak ragu untuk menggugat cerai.

Dampak Poligami

Dampak dari poligami pun dapat dirasakan oleh anak. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga poligami, sering menghadapi situasi kompleks ketimbang teman-temannya dari keluarga monogami. 

Baca Juga: Kisah Lora Fadil, Anggota DPR RI Poligami dengan 3 Istri, Tetap Akur Tidur Satu Ranjang

Beberapa dampak psikologis yang umum terjadi, adalah anak-anak dari keluarga poligami mungkin merasa bingung dan cemas tentang posisi mereka, terutama jika ada persaingan atau ketegangan antara orang tua. 

Mereka bisa merasa terpaksa memilih salah satu pihak atau mengalami kekurangan perhatian emosional dari orang tua. Anak-anak dalam keluarga poligami sering bingung mengenai peran ayah atau ibu. 

Jika ayah tidak membagi waktu dengan adil, anak-anak mungkin merasa kurang mendapatkan perhatian atau pengawasan yang konsisten, dapat mempengaruhi perkembangan karakter dan kedisiplinan mereka. 

Berdasarkan hal tersebut poligami dapat menyebabkan berkurangnya kasih sayang antara ayah dan anak, bahkan menimbulkan rasa benci terhadap ayahnya. 

Dampak ini merupakan konsekuensi logis, karena bertambahnya jumlah anggota keluarga yang memerlukan perhatian dan kasih sayang. Kondisi ini tentu tidak baik, karena dapat mengganggu keharmonisan dan kedekatan dalam keluarga, serta berisiko menimbulkan perasaan negatif dari anak terhadap orang tuanya.


Banner Z Creators Undip.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Tana Mana, Journal Of Social Science Research