Senin, 24 MARET 2025 • 20:50 WIB

Kompor Biomassa Karya Anak Bangsa Nggak Laku di Tanah Air, Malah Laris di Luar Negeri!

Author

Kompor Biomassa Karya Anak Bangsa Nggak Laku di Tanah Air, Malah Laris di Luar Negeri.

INDOZONE.ID - Kompor biomassa hasil penemuan dosen Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang, Muhammad Nurhuda, kini sudah merambah pasar internasional. Bahkan, produksinya kini sudah berlangsung di Norwegia.

“Selain dipasarkan dan diproduksi massal di Norwegia, pemasaran dan produksi biomassa yang ditangani pihak ketiga, yakni Primecookstove ini juga dipasarkan di sejumlah negara, seperti India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja dan negara-negara di belahan Afrika,” ujar Nurhuda.

Salah satu keunggulan kompor biomassa adalah efisiensi bahan bakar yang lebih baik dibandingkan kompor tradisional.

Keunggulan lainnya terletak pada emisi gas buangnya yang jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan WHO.

Baca Juga: Miris! Demi Bebaskan Ibu yang Ditahan, Dua Remaja Ini Ingin Jual Ginjal hingga Datangi Gedung DPR

Dari segi bahan bakar, kompor ini bisa menggunakan kayu cacahan yang diproduksi dengan mesin berkapasitas sekitar 20 ton per hari.

Selain itu, kompor ini dapat menggunakan bahan bakar pelet sawit atau butiran kayu. Bahkan, ada klaim bahwa penggunaan pelet atau butiran kayu dapat memberikan aroma khas pada masakan.

Pengguna kompor ini juga tidak perlu khawatir soal asap. Berbeda dengan dapur yang menggunakan kompor berbahan bakar kayu atau minyak tanah, biomassa nyaris tidak menghasilkan asap saat digunakan.

Bagi masyarakat di pedesaan yang kerap masih menggunakan kayu bakar, ketersediaan bahan bakar tentu bukan hal yang harus dikhawatirkan.

Nurhuda sempat mengungkapkan bahwa untuk menghasilkan kompor biomassa berbahan stainless itu, ia perlu melakukan penelitian sekak 2008 silam sebelum akhirnya siap didistribusikan.

Baca Juga: Lebaran 2025 Diperkirakan Serentak, Ini Jadwal Versi Pemerintah dan Muhammadiyah

Kini, ia mengaku produksi dalam negeri lebih sedikit, bahkan dibuat hanya berdasarkan pesanan.

Hal ini berbanding terbalik dengan hasil pemasaran pada sejumlah negara luar. Hal ini disebabkan oleh berbagai pertimbangan seperti persaingan yang cukup ketat dengan elpiji.

“Kalau pengguna kompor biomassa tinggal di pedesaan yang masih banyak pepohonan dan bisa dijadikan bahan bakar, tentu tidak masalah, namun bagi yang tinggal di perkotaan dan harus membeli kayu cacah atau pelet, memang lebih hemat kompor elpiji,” ungkap Nurhada.

Terdiri dari tiga komponen, kompor biomassa di Indonesia memiliki harga harga Rp195 ribu untuk ritel, namun akan mendapat harga lebih murah jika membeli dalam jumlah yang banyak.

Sekarang waktunya kita mendukung karya anak bangsa dengan lebih menghargai dan dikembangkan di dalam negeri.

Jangan sampai kita hanya jadi penonton saat dunia menikmatinya, saatnya mendukung dan menghargai karya dalam negeri!

Penulis: Eliani Kusnedi

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Instagram @rumpi_gosip