Rabu, 30 APRIL 2025 • 16:16 WIB

Balik ke Kost Setelah Pulang Kampung, Kenapa Rasanya Suka Sedih? Ternyata Ini Alasannya

Author

Ilustrasi wanita sedang sedih dan berpikir cara efektif melupakan mantan. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Bagi anak rantau, pulang ke rumah selalu menjadi momen yang paling dinantikan. Bertemu keluarga, duduk bersama di meja makan, menikmati masakan rumahan, dan merasakan suasana akrab yang hanya bisa ditemukan di rumah.

Semua terasa begitu hangat, nyaman, dan membuat waktu seolah berjalan lebih lambat. Namun, semua kehangatan itu mendadak memudar begitu harus kembali ke kost.

Setibanya di kamar, suasana langsung berubah. Sepi, dingin, asing. Tidak ada lagi suara riuh di ruang tamu, tidak ada aroma masakan dari dapur, tidak ada suara televisi yang menyala di latar belakang, yang ada hanyalah keheningan, tembok kamar, dan suara langkah kaki sendiri.

Kost yang selama ini terasa nyaman, kini seperti berubah menjadi tempat yang kaku dan hampa. Benda-benda di kamar tetap berada di posisi yang sama, tapi rasanya ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak bisa dipegang, namun sangat terasa, yaitu kehangatan.

Baca Juga: Kesejahteraan Psikologis Warga Sidoarjo di Tengah Ancaman Judi Online

Fenomena ini sering disebut sebagai post-holiday blues. Sebuah perasaan sedih, hampa, atau kehilangan setelah meninggalkan suasana menyenangkan, seperti liburan atau, dalam hal ini, pulang kampung.

Perasaan ini wajar dialami banyak orang, khususnya mereka yang merantau jauh dari keluarga. Pulang kampung bukan hanya soal bertemu keluarga. Itu juga tentang mengisi kembali energi emosional yang perlahan habis oleh kesibukan sehari-hari.

Di rumah, perhatian kecil seperti pertanyaan "Mau makan apa hari ini?" atau sekadar disiapkan sarapan terasa sederhana, tapi diam-diam membangun kenyamanan yang sulit ditemukan di tempat lain.

Saat semua itu harus ditinggalkan, tubuh kembali berhadapan dengan rutinitas yang keras. Bangun sendiri, masak sendiri, mengurus diri sendiri.

Baca Juga: Sandiaga Uno Jadi Pembicara Borderless Creativity:Ungkap Potensi Kreatif Tanpa Batas di Era Digital

Tidak ada lagi yang menyambut dengan pelukan atau sekadar tatapan hangat saat pulang dari luar. Kamar kost, sekecil atau sebesar apa pun, tetap tidak bisa menggantikan perasaan "dipunyai" seperti di rumah.

Di tengah rasa kehilangan itu, rasa baper pun perlahan muncul. Kenapa sih, setelah pulang kampung, balik ke kost terasa seperti patah hati?

1. Suasana Rumah Terlalu Nyaman

Di rumah, segalanya terasa lebih hangat. Ada tawa keluarga, makanan kesukaan, dan obrolan santai.

Balik ke kost yang sepi membuat semua kehangatan itu terasa hilang seketika. Hanya dalam hitungan jam, semua kenyamanan itu berubah menjadi hening.

2. Kembali ke Rutinitas yang Melelahkan

Kalau di rumah masih bisa menikmati momen santai, di kost realita menunggu tanpa ampun.

Tugas-tugas, pekerjaan, hingga rutinitas yang tiada habisnya seolah menyerbu dari segala arah. Masa santai yang baru saja dirasakan terasa terlalu cepat berlalu.

3. Sunyi Tanpa Kehadiran Orang Tersayang

Suara tawa keluarga yang sebelumnya menemani kini tergantikan oleh keheningan. Tak ada lagi percakapan ringan di sore hari atau suara langkah kaki di koridor rumah.

Kini, yang terdengar hanya suara laptop, kipas angin, atau kendaraan lalu lalang dari kejauhan.

4. Kamar Kost Terasa Asing

Meskipun kamar itu sudah berbulan-bulan ditempati, tetap saja rasanya seperti kembali ke tempat asing.

Dinding yang kosong, aroma ruangan yang tak berubah, dan barang-barang yang diam di tempat membuat hati terasa lebih sendu.

5. Kenangan di Rumah Masih Terngiang

Setiap sudut rumah, setiap tawa, setiap hidangan sederhana di meja makan terus berputar di kepala. Kenangan itu seolah belum rela ditinggalkan, membuat hati terasa berat untuk kembali ke keseharian di rantau.

Rasa kosong ini makin terasa saat malam datang. Ketika aktivitas sudah selesai, tugas sudah dikerjakan, dan satu-satunya yang terdengar hanyalah suara dengungan kipas angin. Di saat-saat seperti itu, rasa rindu makin menjadi-jadi, menyerang diam-diam tanpa aba-aba.

Namun, rasa ini bukan sesuatu yang harus ditakuti. Belajar hidup di kost mengajarkan banyak hal.

Belajar bahwa sepi bukan berarti sendiri. Belajar bahwa mandiri bukan berarti harus kuat setiap saat. Ada kekuatan tersendiri dalam mengakui bahwa rindu itu ada, dan tidak apa-apa merasakannya.

Sedikit demi sedikit, kost bukan lagi tempat asing. Suara ketukan pintu dari teman sebelah kamar, aroma mie instan yang menguar dari dapur bersama, hingga tumpukan buku di meja belajar perlahan mengisi ruang-ruang kosong itu.

Kost menjadi bagian dari perjalanan. Tempat sementara, namun penuh makna.

Kost mengajarkan bagaimana bertahan, bagaimana mengobati rindu dengan cara sederhana seperti menelpon orang di rumah, atau sekadar merapikan kamar sambil memutar lagu favorit. Hal-hal kecil yang membantu menjaga waras di tengah kesunyian.

Pada akhirnya, rasa sedih saat kembali ke kost justru memperlihatkan betapa berharganya arti rumah dan keluarga. Dan suatu hari nanti, ketika waktu berlalu dan hidup membawa langkah ke tempat-tempat baru, kamar kost itu pun akan menjadi bagian dari kenangan yang dirindukan.

Tempat di mana tawa, tangis, kesepian, dan semangat pernah bertemu menjadi satu. Sepi yang dulu menakutkan, kelak menjadi saksi betapa kuatnya seseorang bertumbuh.


Z Creators UNIV. NEGERI MALANG

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal