Selasa, 10 JUNI 2025 • 19:45 WIB

Senior Bukan Tuhan: Saatnya Kaderisasi Bebas dari Toxic Power!

Author

Ilustrasi senioritas

INDOZONE.ID - Tiap awal tahun ajaran baru, suasana kampus dan sekolah mulai ramai dengan wajah-wajah baru yang siap menyambut babak baru dalam hidup mereka. Tapi, nggak cuma soal buku dan kelas, mereka juga harus siap-siap ketemu satu tradisi lama yang udah kayak "warisan budaya": kaderisasi berbalut senioritas.

Konsep awalnya sih bagus-bagus aja. Kaderisasi digadang-gadang jadi ajang pembentukan karakter, pelatihan kepemimpinan, dan membangun solidaritas. Teorinya, dari sinilah mahasiswa belajar jadi pemimpin masa depan, belajar ngatur tim, ambil keputusan, sampai komunikasi yang efektif. Tapi, kenyataannya? Nggak sesimpel itu.

Baca Juga: Curhat Pilu Mahasiswi Dihina Senior saat Mau Gabung UKM Bahasa Asing: Kamu Gemuk!

Masih banyak banget kasus di mana proses kaderisasi malah berubah jadi arena adu kuasa. Senior merasa punya wewenang lebih buat mengatur, bahkan mengintimidasi junior. Mulai dari bentak-bentak yang katanya “buat mental,” tugas-tugas absurd yang katanya “buat ngasah loyalitas,” sampai peraturan aneh yang nggak jelas ujungnya. Junior yang berani ngomong malah dicap “lemah,” “nggak punya solidaritas,” atau “nggak cocok masuk organisasi.”

Ilustrasi Universitas

Pertanyaannya, kalau ini soal pembentukan karakter, kenapa caranya harus dengan intimidasi? Bukankah seharusnya karakter itu dibentuk lewat empati, kerja sama, dan saling dukung? Kalau memang mau menciptakan generasi pemimpin, kenapa metodenya justru menciptakan rantai kekuasaan yang menekan?

Di era Gen Z yang lebih vokal dan sadar akan kesehatan mental, cara-cara usang ini udah mulai dipertanyakan. Banyak yang berani speak up soal toksisitas dalam kaderisasi, dan nggak sedikit pula institusi yang mulai berbenah. Tapi perubahan itu tetap butuh keberanian kolektif. Butuh suara-suara baru yang nggak takut buat bilang, “Ini salah.” Butuh mahasiswa yang sadar bahwa solidaritas sejati nggak tumbuh dari rasa takut, tapi dari rasa hormat.

Baca Juga: Viral, Senior Ospek Mahasiswa Baru di Kupang, Tunjukkan Sikap Semi Militer dan Penuh Emosi

Jadi, buat kamu yang bakal masuk lingkungan baru dan dihadapkan sama tradisi kaderisasi, ingat: kamu punya hak buat dihormati. Pembentukan karakter itu penting, tapi bukan berarti harus diam kalau digasak seenaknya. Kritis boleh, hormat harus, tapi tunduk buta? Big no. Saatnya kaderisasi berubah jadi ruang tumbuh, bukan trauma.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Radio Republik Indonesia