Setelah dua tahun pandemi Covid-19 melanda, tradisi perang obor Desa Tegalsambi, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah digelar, Senin, 20 Juni 2022 malam. Acara tersebut dihadiri oleh ribuan masyarakat.
Perang obor Tegalsambi ini bermula dari pertengkaran antara Kyai Babatan dan Ki Gemblong. Kyai Babadan marah karena sapi miliknya yang dipelihara Ki Gemblong pada sakit karena kurang dirawat.
Dalam kemarahannya Ki Babadan memukul Ki Gemblong dengan api. Anehnya percikan api itu kemudian menyembuhkan puluhan sapi yang sakit. Setelah mengetahui kenyataan itu mereka berdua pun akhirnya menghentikan perkelahian.
Bahkan kemudian mereka bersama-sama mengumpulkan kembali sapi yang berlari ke berbagai penjuru dan membuatkan kandang yang lebih baik.
Berdasarkan tradisi yang berkembang secara lisan di kalangan masyarakat Tegalsambi, sejak itu anak cucu Kyai Babadan dan Ki Gemblong lalu melakukan perang obor untuk mengenang kedua tokoh tersebut.
Tradisi perang obor ini sekaligus dimaksudkan untuk mengusir segala roh jahat yang mendatangkan penyakit dan mengganggu penduduk Tegalsambi. Sedangkan, oboro dibuat dari gulungan dua atau tiga pelepah kelapa yang sudah kering dan bagian dalamnya diisi dengan daun pisang kering.
Obor digunakan sebagai alat untuk saling menyerang. Oleh sebab itu masyarakat menyebut tradisi ini sebagai perang obor. Tradisi unik ini diadakan setahun sekali.
Upacara ini kemudian dilengkapi dengan pergelaran wayang kulit. Juga ada prosesi mengarak pusaka berupa dua buah pedang yaitu pedang Gendir dan pedang Gampang serta sebuah arca dan Bedug Dobol yang dipercayai sebagai warisan Sunan Kalijaga.
Kedua pedang itu konon merupakan serpihan kayu yang dipakai membangun Masjid Demak. Sebelum acara perang obor dimulai, terlebih dahulu diadakan ziarah ke makam leluhur. Setelah itu dilakukan penyembelihan seekor kerbau jantan muda yang belum pernah dipakai untuk membajak.
Penyembelihan itu dilakukan di rumah petinggi yang dulunya dilakukan oleh kebayan Leger Desa Tegalsambi. Sedangkan sesaji ditaruh di sebuah kendil yang terdiri dari darah kerbau, jeroan, dan daging yang sudah dimasak.
Sesaji ini diperuntukkan bagi para leluhur yang dipercayai ikut menjaga keselamatan Desa Tegalsambi. Seusai upacara perang obor, pasukan langsung menuju rumah Petinggi Tegalsambi.
Di sana mereka diobati oleh istri Petinggi dengan cara mengoleskan minyak londoh pada bagian yang luka. Anehnya, luka ini langsung sembuh seketika.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: