Sejak 5 tahun terakhir ini Arifin (40) warga Tulungagung, Jawa Timur disibukkan dengan order layang-layang sukhoi yang diterimanya dari pelanggan setianya, tidak hanya warga sekitar Tulungagung saja namun kini tembus Jakarta, Depok, hingga luar Jawa.
Lajang yang memiliki keterbatasan fisik ini tidak berpangku tangan, sebab selain melayani orderan layang-layang, ia juga bekerja sebagai pemecah batu. Arifin sendiri tak menyangka, layang-layang sukhoi buatannya diminati banyak pecinta layang-layang aduan alias kite fighter.
Ditemui di rumahnya, Arifin masih sibuk menyiapkan layang-layang sukhoi dari beberapa orang yang telah memesannya, baik melalui online maupun offline.
Arifin berkisah, bermain layang-layang merupakan hobinya sejak kecil namun membuat layang-layang baru dijalaninya 5 tahun terakhir ini, semuanya berawal dari keisengannya membongkar salah satu layang-layang sukhoi yang dibelinya.
Kemudian dengan keterampilan seadanya, Arifin memberanikan diri membuat 10 layang-layang sukhoi dan membawanya ke lapangan untuk dimainkan, rupanya satu persatu layang-layangnya laku jual.
"Awalnya itu saya beli terus saya bongkar,saya lihat susunannya seperti apa, kemudian saya tiru, jadi 10 buah saya bawa ke lapangan buat main sama teman-teman, kok banyak yang minat,banyak yang beli," ujarnya.
Kemudian dirinya bergabung di komunitas pecinta layang-layang yang ada di media sosial maupun group whatsapp, rupanya semakin banyak pecinta layang-layang yang mengorder layang-layang sukhoi buatannya.
"Biasanya kita kan dapat info dari grup, misal ada aduan disana, atau ada spot main layang-layang disanan, gitu kita akhirnya dapat banyak kenalan," ucapnya.
Sejak saat itu, dirinya mulai menekuni pembuatan layang-layang dalam jumlah banyak dan mengunggahnya di media sosial, rupanya orderan terus berdatangan hingga dirinya kewalahan.
"Kalau sekitar Tulungagung itu ada yang dari Kediri, kemudian yang diluar itu ada yang sampai Depok, Bandung, Kalimantan, macam - macam, kenalnya pun ada yang dari media sosial, tapi ada juga yang orangnya pas ada kerjaan di Tulungagung kemudian sama-sama main layang-layang terus saling kenal," ungkapnya.
Arifin mengakui, semua pengerjaan layang-layang sukhoinya dilakukan secara manual, mulai dari memilih bambu, kemudian membelahnya menjadi bagian-bagian kecil. Awalnya dirinya kesulitan membuat ukuran bambu yang seragam namun kini dengan pengalaman yang dimilikinya, hal itu sudah bisa diselesaikan.
"Dulu di serut satu satu, sekarang sudah ada alat bantunya tapi tetap manual, tidak pakai mesin, karena pernah dulu pas bagian tertentu dikerjakan orang lain, itu pemesannya komplain," terangnya.
Untuk menciptakan layang-layang berkualitas, dirinya sangat selektif dalam memilih jenis bambu, bambu yang digunakan adalah bambu yang lurus tanpa sambungan, kemudian jenis bambu yang dipilih adalah bambu apus maupun bambu petung.
Bambu apus memiliki tekstur yang lebih halus, sedangkan bambu jenis petung sebaliknya, karena selektif dalam menentukan jenis bambu dan ukuran inilah, banyak pemesannya mengakui keunggulan layang-layang yang dibuatnya itu ringan dan tidak terlalu berat, sehingga disukai oleh para pecinta layang-layang.
Artikel menarik lainnya:
- Tak Disangka, Tembakau Klaten Ternyata Jadi Bahan Baku Cerutu di Uni Eropa dan Amerika
- Eksplore Telaga 12, Keindahan Alam Nias yang Tersembunyi di Balik Tebing Tinggi
- Warung Steak Wong Cilik, Masakan Barat Bisa Dirasakan Rakyat Biasa: Harganya Rp12 Ribuan!
- Punya Khasiat Luar Biasa, Daun Kelor dari NTT Dapat Predikat Terbaik di Dunia
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: